Syariah

Hukum Puasa Sebulan Penuh di Bulan Rajab

NU Online  ยท  Selasa, 2 April 2019 | 03:15 WIB

Kesunnahan puasa Rajab telah dirumuskan oleh para ulama dalam beberapa literatur fiqih klasik. Mereka hampir dalam titik sepakat mengenai anjuran berpuasa Rajab, sebab dalil-dalinya sudah jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami sampai menentang keras kepada pihak yang menuduh bahwa puasa Rajab adalah bidโ€™ah. Argumen utuh Syekh Ibnu Hajar telah kami jelaskan dalam sebuah tulisan yang berjudul โ€œTanggapan Syekh Ibnu Hajar atas Tuduhan Bidโ€™ah Puasa Rajab.โ€

Berkaitan dengan anjuran berpuasa Rajab, masih ada yang bertanya-tanya bagaimana bila puasa Rajab dilakukan sebulan penuh? Realitas di masyarakat ada yang memiliki wadhifah (rutinan) berpuasa penuh di bulan Rajab.

Baca juga:
โ€ข Pernahkah Rasulullah SAW Melaksanakan Puasa Rajab?
โ€ข Penjelasan Seputar Kontroversi Kesunahan Puasa Rajab
โ€ข Amalan pada Jumat Terakhir Bulan Rajab
Anjuran berpuasa Rajab di antaranya dirumuskan berdasarkan hadits sahabat Abdullah bin al-Harits al-Bahili. Beliau sangat rajin berpuasa. Beliau hanya makan di malam hari, sampai badannya kurus dan lemah. Nabi sampai โ€˜panglingโ€™ (tidak mengenali) al-Bahili karena perubahan drastis pada kondisi fisik tubuhnya, padahal baru satu tahun tidak berjumpa. Nabi akhirnya memperikan petunjuk agar al-Bahili mengurangi frekuensi puasanya. Nabi menyarankan agar al-Bahili berpuasa pada waktu-waktu tertentu, di antaranya adalah di bulan-bulan mulia (Dzulqaโ€™dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Nabi menganjurkan kepada al-Bahili agar berpuasa di bulan-bulan mulia dilakukan dengan jeda, sehari berpuasa sehari berbuka atau tiga hari berpuasa tiga hari berbuka.

Berikut ini adalah bunyi lengkap haditsnya:

ุนูŽู†ู’ ู…ูุฌููŠุจูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุจูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ูŽุฉู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุนูŽู…ู‘ูู‡ูŽุง ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุฃูŽุชูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุงู†ู’ุทูŽู„ูŽู‚ูŽ ููŽุฃูŽุชูŽุงู‡ู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุณูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุชูŽุบูŽูŠู‘ูŽุฑูŽุชู’ ุญูŽุงู„ูู‡ู ูˆูŽู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุชูู‡ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ ุฃูŽู…ูŽุง ุชูŽุนู’ุฑูููู†ููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุจูŽุงู‡ูู„ููŠู‘ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุฌูุฆู’ุชููƒูŽ ุนูŽุงู…ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽู…ูŽุง ุบูŽูŠู‘ูŽุฑูŽูƒูŽ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูู†ู’ุชูŽ ุญูŽุณูŽู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽูƒูŽู„ู’ุชู ุทูŽุนูŽุงู…ู‹ุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุจูู„ูŽูŠู’ู„ู ู…ูู†ู’ุฐู ููŽุงุฑูŽู‚ู’ุชููƒูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูู…ูŽ ุนูŽุฐู‘ูŽุจู’ุชูŽ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูู…ู’ ุดูŽู‡ู’ุฑูŽ ุงู„ุตู‘ูŽุจู’ุฑู ูˆูŽูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุดูŽู‡ู’ุฑู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฒูุฏู’ู†ููŠ ููŽุฅูู†ู‘ูŽ ุจููŠ ู‚ููˆู‘ูŽุฉู‹ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูู…ู’ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽูŠู’ู†ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฒูุฏู’ู†ููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูู…ู’ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠู‘ูŽุงู…ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฒูุฏู’ู†ููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ ุตูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ ุตูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูุฃูŽุตูŽุงุจูุนูู‡ู ุงู„ุซู‘ูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ููŽุถูŽู…ู‘ูŽู‡ูŽุง ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ูŽู‡ูŽุง

โ€œDari Mujibah al-Bahiliyyah, dari bapaknya atau pamannya, bahwa ia mendatangi Nabi. Kemudian ia kembali lagi menemui Nabi satu tahun berikutnya sedangkan kondisi tubuhnya sudah berubah (lemah/kurus). Ia berkata, โ€˜Ya Rasul, apakah engkau mengenaliku?โ€™ Rasul menjawab, โ€˜siapakah engkau?โ€™ Ia menjawab, โ€˜Aku al-Bahili yang datang kepadamu pada satu tahun yang silam.โ€™ Nabi menjawab, โ€˜Apa yang membuat fisikmu berubah padahal dulu fisikmu bagus (segar).โ€™ Ia menjawab, โ€˜Aku tidak makan kecuali di malam hari sejak berpisah denganmu.โ€™ Nabi berkata, โ€˜Mengapa engkau menyiksa dirimu sendiri? Berpuasalah di bulan sabar (Ramadhan) dan satu hari di setiap bulannya.โ€™ Al-Bahili berkata, โ€˜Mohon ditambahkan lagi ya Rasul, sesungguhnya aku masih kuat (berpuasa).โ€™ Nabi menjawab, โ€˜Berpuasalah dua hari.โ€™ Ia berkata, โ€˜Mohon ditambahkan lagi ya Rasul.โ€™ Nabi menjawab, โ€˜Berpuasalah tiga hari.โ€™ Ia berkata, โ€˜Mohon ditambahkan lagi ya Rasul.โ€™ Nabi menjawab, โ€˜Berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah.โ€™ Nabi mengatakan demikian seraya berisyarat dengan ketiga jarinya, beliau mengumpulkan kemudian melepaskannya.โ€ (HR. Abu Daud).

Mengomentari redaksi โ€œNabi mengatakan demikian seraya berisyarat dengan ketiga jarinya, beliau mengumpulkan kemudian melepaskannyaโ€, Syekh Abu al-Thayyib Syams al-Haq al-Adhim mengatakan:

ุฃูŽูŠู’ ุตูู…ู’ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ู…ูŽุง ุดูุฆู’ุชูŽ ูˆูŽุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ุจูุงู„ู’ุฃูŽุตูŽุงุจูุนู ุงู„ุซู‘ูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ูŠูŽุฒููŠู’ุฏู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุซู‘ูŽู„ูŽุงุซู ุงู„ู’ู…ูุชูŽูˆูŽุงู„ููŠูŽุงุชู ูˆูŽุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุซู‘ูŽู„ูŽุงุซู ูŠูŽุชู’ุฑููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฅูุดูŽุงุฑูŽุฉูŽ ู„ูุฅูููŽุงุฏูŽุฉู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุตููˆู’ู…ู ุซูŽู„ูŽุงุซู‹ุง ูˆูŽูŠูŽุชู’ุฑููƒู ุซูŽู„ูŽุงุซู‹ุง ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ูย  ู‚ูŽุงู„ูŽู‡ู ุงู„ุณู‘ูู†ู’ุฏููŠู‘ู

โ€œMaksudnya, berpuasalah dari bulan-bulan mulia sekehendakmu. Nabi berisyarat dengan ketiga jarinya untuk menunjukan bahwa al-Bahili hendaknya berpuasa tidak melebihi tiga hari berturut-turut, dan setelah tiga hari, hendaknya meninggalkan puasa selama satu atau dua hari. Pemahaman yang lebih dekat adalah, isyarat tersebut untuk memberikan penjelasan bahwa hendaknya al-Bahili berpuasa selama tiga hari dan berbuka selama tiga hari. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh al-Sindi. Wallahu Aโ€™lam.โ€ (Syekh Abu al-Thayyib Syams al-Haq al-Azhim, โ€˜Aun al-Maโ€™bud Syarh Sunan Abi Daud, juz 7, hal. 58).

Dalam hadits tersebut Nabi memerintahkan kepada Sahabat al-Bahili agar puasa di bulan Rajab tidak dilakukan secara terus-menerus, akan tetapi diberi jeda waktu. Bisa tiga hari berpuasa, tiga hari berbuka. Atau tiga hari berpuasa berturut-turut, selanjutnya diberi jeda satu atau dua hari untuk berbuka, kemudian memulai lagi berpuasa tiga hari.

Pertanyaannya kemudian, apakah anjuran Nabi untuk membuat jeda puasa Rajab tersebut juga berlaku untuk semua orang? Atau perlu diarahkan konteksnya?

Ulama menegaskan bahwa anjuran Nabi tersebut konteksnya hanya berlaku bagi orang yang tidak mampu berpuasa penuh di bulan Rajab, seperti al-Bahili. Di dalam awal hadits ditegaskan bahwa al-Bahili memang tidak kuat berpuasa, ia memaksakan diri hingga menimbulkan dampak yang buruk untuk kesehatannya. Sehingga wajar bila Nabi membatasi frekuensi puasa Rajab al-Bahili. Adapun orang yang mampu berpuasa penuh di bulan Rajab, maka sunah bagi dia untuk melakukannya.

Syekh Abdul Hamid al-Syarwani mengutip statemen Syekh Ibnu Hajar al-Haitami:

ูˆูŽูููŠู‡ู ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ุฑูŽูˆูŽู‰ ุฃูŽุจููˆ ุฏูŽุงูˆูุฏ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ยซุตูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูˆูŽุงุชู’ุฑููƒู’ยป ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุงู„ู’ู…ูุฎูŽุงุทูŽุจูŽ ุจูุงู„ุชู‘ูŽุฑู’ูƒูุ› ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุดูู‚ู‘ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฅูƒู’ุซูŽุงุฑู ุงู„ุตู‘ูŽูˆู’ู…ู ูƒูŽู…ูŽุง ุฌูŽุงุกูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุตู’ุฑููŠุญู ุจูู‡ู ูููŠ ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซูย 

โ€œDan di dalam kitab al-Iโ€™ab juga disebutkan, Abu Daud dan lainnya meriwayatkan, โ€˜Berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah.โ€™ Nabi memerintahkan al-Bahili untuk meninggalkan puasa, sebab memperbanyak puasa baginya berat, sebagaimana yang disebutkan dalam awal hadits.โ€ย 

ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุดูู‚ู‘ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽุตูŽูˆู’ู…ู ุฌูŽู…ููŠุนูู‡ูŽุง ู„ูŽู‡ู ููŽุถููŠู„ูŽุฉูŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุซูŽู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ุฌูุฑู’ุฌูŽุงู†ููŠู‘ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ูŠูู†ู’ุฏูŽุจู ุตูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูุฑูู…ู ูƒูู„ู‘ูู‡ูŽุง ุงู‡ู€

โ€œAdapun orang yang tidak berat berpuasa, maka berpuasa di sepanjang bulan-bulan mulia merupakan keutamaan. Karena itu, Syekh al-Jurjani dan lainnya mengatakan sunah berpuasa penuh di bulan-bulan mulia.โ€ (Syekh Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani โ€˜ala al-Tuhfah, juz 3, hal. 461).

Walhasil, hukum berpuasa penuh di bulan Rajab adalah sunah bagi orang yang kuat menjalankannya. Sedangkan bagi yang memiliki kendala kesehatan atau ketahanan fisik, maka dianjurkan berpuasa semampunya.


Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pesantren Raudlatul Qurโ€™an, Geyongan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat.