Kesunnahan puasa Rajab telah dirumuskan oleh para ulama dalam beberapa literatur fiqih klasik. Mereka hampir dalam titik sepakat mengenai anjuran berpuasa Rajab, sebab dalil-dalinya sudah jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami sampai menentang keras kepada pihak yang menuduh bahwa puasa Rajab adalah bidโah. Argumen utuh Syekh Ibnu Hajar telah kami jelaskan dalam sebuah tulisan yang berjudul โ
Tanggapan Syekh Ibnu Hajar atas Tuduhan Bidโah Puasa Rajab.โ
Berkaitan dengan anjuran berpuasa Rajab, masih ada yang bertanya-tanya bagaimana bila puasa Rajab dilakukan sebulan penuh? Realitas di masyarakat ada yang memiliki wadhifah (rutinan) berpuasa penuh di bulan Rajab.
Baca juga:
โข Pernahkah Rasulullah SAW Melaksanakan Puasa Rajab?
โข Penjelasan Seputar Kontroversi Kesunahan Puasa Rajab
โข Amalan pada Jumat Terakhir Bulan Rajab
Anjuran berpuasa Rajab di antaranya dirumuskan berdasarkan hadits sahabat Abdullah bin al-Harits al-Bahili. Beliau sangat rajin berpuasa. Beliau hanya makan di malam hari, sampai badannya kurus dan lemah. Nabi sampai โpanglingโ (tidak mengenali) al-Bahili karena perubahan drastis pada kondisi fisik tubuhnya, padahal baru satu tahun tidak berjumpa. Nabi akhirnya memperikan petunjuk agar al-Bahili mengurangi frekuensi puasanya. Nabi menyarankan agar al-Bahili berpuasa pada waktu-waktu tertentu, di antaranya adalah di bulan-bulan mulia (Dzulqaโdah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Nabi menganjurkan kepada al-Bahili agar berpuasa di bulan-bulan mulia dilakukan dengan jeda, sehari berpuasa sehari berbuka atau tiga hari berpuasa tiga hari berbuka.
Berikut ini adalah bunyi lengkap haditsnya:
ุนููู ู
ูุฌููุจูุฉู ุงููุจูุงูููููููุฉู ุนููู ุฃูุจููููุง ุฃููู ุนูู
ููููุง ุฃูููููู ุฃูุชูู ุฑูุณูููู ุงููู ุตููููู ุงููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ุซูู
ูู ุงููุทููููู ููุฃูุชูุงูู ุจูุนูุฏู ุณูููุฉู ููููุฏู ุชูุบููููุฑูุชู ุญูุงูููู ููููููุฆูุชููู ููููุงูู ููุง ุฑูุณูููู ุงููู ุฃูู
ูุง ุชูุนูุฑูููููู ููุงูู ููู
ููู ุฃูููุชู ููุงูู ุฃูููุง ุงููุจูุงููููููู ุงูููุฐูู ุฌูุฆูุชููู ุนูุงู
ู ุงููุฃูููููู ููุงูู ููู
ูุง ุบููููุฑููู ููููุฏู ููููุชู ุญูุณููู ุงููููููุฆูุฉู ููุงูู ู
ูุง ุฃูููููุชู ุทูุนูุงู
ูุง ุฅููููุง ุจููููููู ู
ูููุฐู ููุงุฑูููุชููู ููููุงูู ุฑูุณูููู ุงููู ุตููููู ุงููู ุนููููููู ููุณููููู
ู ููู
ู ุนูุฐููุจูุชู ููููุณููู ุซูู
ูู ููุงูู ุตูู
ู ุดูููุฑู ุงูุตููุจูุฑู ููููููู
ูุง ู
ููู ููููู ุดูููุฑู ููุงูู ุฒูุฏูููู ููุฅูููู ุจูู ูููููุฉู ููุงูู ุตูู
ู ููููู
ููููู ููุงูู ุฒูุฏูููู ููุงูู ุตูู
ู ุซูููุงุซูุฉู ุฃููููุงู
ู ููุงูู ุฒูุฏูููู ููุงูู ุตูู
ู ู
ููู ุงููุญูุฑูู
ู ููุงุชูุฑููู ุตูู
ู ู
ููู ุงููุญูุฑูู
ู ููุงุชูุฑููู ุตูู
ู ู
ููู ุงููุญูุฑูู
ู ููุงุชูุฑููู ููููุงูู ุจูุฃูุตูุงุจูุนููู ุงูุซููููุงุซูุฉู ููุถูู
ููููุง ุซูู
ูู ุฃูุฑูุณูููููุง
โDari Mujibah al-Bahiliyyah, dari bapaknya atau pamannya, bahwa ia mendatangi Nabi. Kemudian ia kembali lagi menemui Nabi satu tahun berikutnya sedangkan kondisi tubuhnya sudah berubah (lemah/kurus). Ia berkata, โYa Rasul, apakah engkau mengenaliku?โ Rasul menjawab, โsiapakah engkau?โ Ia menjawab, โAku al-Bahili yang datang kepadamu pada satu tahun yang silam.โ Nabi menjawab, โApa yang membuat fisikmu berubah padahal dulu fisikmu bagus (segar).โ Ia menjawab, โAku tidak makan kecuali di malam hari sejak berpisah denganmu.โ Nabi berkata, โMengapa engkau menyiksa dirimu sendiri? Berpuasalah di bulan sabar (Ramadhan) dan satu hari di setiap bulannya.โ Al-Bahili berkata, โMohon ditambahkan lagi ya Rasul, sesungguhnya aku masih kuat (berpuasa).โ Nabi menjawab, โBerpuasalah dua hari.โ Ia berkata, โMohon ditambahkan lagi ya Rasul.โ Nabi menjawab, โBerpuasalah tiga hari.โ Ia berkata, โMohon ditambahkan lagi ya Rasul.โ Nabi menjawab, โBerpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah, berpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah.โ Nabi mengatakan demikian seraya berisyarat dengan ketiga jarinya, beliau mengumpulkan kemudian melepaskannya.โ (HR. Abu Daud).
Mengomentari redaksi โNabi mengatakan demikian seraya berisyarat dengan ketiga jarinya, beliau mengumpulkan kemudian melepaskannyaโ, Syekh Abu al-Thayyib Syams al-Haq al-Adhim mengatakan:
ุฃููู ุตูู
ู ู
ูููููุง ู
ูุง ุดูุฆูุชู ููุฃูุดูุงุฑู ุจูุงููุฃูุตูุงุจูุนู ุงูุซููููุงุซูุฉู ุฅูููู ุฃูููููู ููุง ููุฒูููุฏู ุนูููู ุงูุซููููุงุซู ุงููู
ูุชูููุงููููุงุชู ููุจูุนูุฏู ุงูุซููููุงุซู ููุชูุฑููู ููููู
ูุง ุฃููู ููููู
ููููู ููุงููุฃูููุฑูุจู ุฃูููู ุงููุฅูุดูุงุฑูุฉู ููุฅูููุงุฏูุฉู ุฃูููููู ููุตูููู
ู ุซูููุงุซูุง ููููุชูุฑููู ุซูููุงุซูุง ููุงูููู ุฃูุนูููู
ูย ููุงูููู ุงูุณููููุฏูููู
โMaksudnya, berpuasalah dari bulan-bulan mulia sekehendakmu. Nabi berisyarat dengan ketiga jarinya untuk menunjukan bahwa al-Bahili hendaknya berpuasa tidak melebihi tiga hari berturut-turut, dan setelah tiga hari, hendaknya meninggalkan puasa selama satu atau dua hari. Pemahaman yang lebih dekat adalah, isyarat tersebut untuk memberikan penjelasan bahwa hendaknya al-Bahili berpuasa selama tiga hari dan berbuka selama tiga hari. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Syekh al-Sindi. Wallahu Aโlam.โ (Syekh Abu al-Thayyib Syams al-Haq al-Azhim, โAun al-Maโbud Syarh Sunan Abi Daud, juz 7, hal. 58).
Dalam hadits tersebut Nabi memerintahkan kepada Sahabat al-Bahili agar puasa di bulan Rajab tidak dilakukan secara terus-menerus, akan tetapi diberi jeda waktu. Bisa tiga hari berpuasa, tiga hari berbuka. Atau tiga hari berpuasa berturut-turut, selanjutnya diberi jeda satu atau dua hari untuk berbuka, kemudian memulai lagi berpuasa tiga hari.
Pertanyaannya kemudian, apakah anjuran Nabi untuk membuat jeda puasa Rajab tersebut juga berlaku untuk semua orang? Atau perlu diarahkan konteksnya?
Ulama menegaskan bahwa anjuran Nabi tersebut konteksnya hanya berlaku bagi orang yang tidak mampu berpuasa penuh di bulan Rajab, seperti al-Bahili. Di dalam awal hadits ditegaskan bahwa al-Bahili memang tidak kuat berpuasa, ia memaksakan diri hingga menimbulkan dampak yang buruk untuk kesehatannya. Sehingga wajar bila Nabi membatasi frekuensi puasa Rajab al-Bahili. Adapun orang yang mampu berpuasa penuh di bulan Rajab, maka sunah bagi dia untuk melakukannya.
Syekh Abdul Hamid al-Syarwani mengutip statemen Syekh Ibnu Hajar al-Haitami:
ููููููู ุฃูููุถูุง ุฑูููู ุฃูุจูู ุฏูุงููุฏ ููุบูููุฑููู ยซุตูู
ู ู
ููู ุงููุญูุฑูู
ู ููุงุชูุฑูููยป ููุฅููููู
ูุง ุฃูู
ูุฑู ุงููู
ูุฎูุงุทูุจู ุจูุงูุชููุฑูููุ ููุฃูููููู ููุงูู ููุดูููู ุนููููููู ุฅููุซูุงุฑู ุงูุตููููู
ู ููู
ูุง ุฌูุงุกู ุงูุชููุตูุฑููุญู ุจููู ููู ุฃูููููู ุงููุญูุฏููุซูย
โDan di dalam kitab al-Iโab juga disebutkan, Abu Daud dan lainnya meriwayatkan, โBerpuasalah dari bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah.โ Nabi memerintahkan al-Bahili untuk meninggalkan puasa, sebab memperbanyak puasa baginya berat, sebagaimana yang disebutkan dalam awal hadits.โย
ุฃูู
ููุง ู
ููู ููุง ููุดูููู ุนููููููู ููุตูููู
ู ุฌูู
ููุนูููุง ูููู ููุถููููุฉู ููู
ููู ุซูู
ูู ููุงูู ุงููุฌูุฑูุฌูุงููููู ููุบูููุฑููู ููููุฏูุจู ุตูููู
ู ุงููุฃูุดูููุฑู ุงููุญูุฑูู
ู ูููููููุง ุงูู
โAdapun orang yang tidak berat berpuasa, maka berpuasa di sepanjang bulan-bulan mulia merupakan keutamaan. Karena itu, Syekh al-Jurjani dan lainnya mengatakan sunah berpuasa penuh di bulan-bulan mulia.โ (Syekh Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani โala al-Tuhfah, juz 3, hal. 461).
Walhasil, hukum berpuasa penuh di bulan Rajab adalah sunah bagi orang yang kuat menjalankannya. Sedangkan bagi yang memiliki kendala kesehatan atau ketahanan fisik, maka dianjurkan berpuasa semampunya.
Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pesantren Raudlatul Qurโan, Geyongan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat.