Syariah

Mengapa Banyak Pemuda Makkah Tertarik Islam di Awal Kemunculannya? 

Ahad, 29 Oktober 2023 | 15:00 WIB

Mengapa Banyak Pemuda Makkah Tertarik Islam di Awal Kemunculannya? 

Kabah di Masjidil Haram. (Foto: NU Online/Freepik)

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW pada abad ke-7 Masehi. Agama ini berkembang pesat di Jazirah Arab, termasuk di kota Makkah. Yang menarik adalah pelopor penyebaran Islam merupakan anak-anak muda dari kalangan sahabat. 


Misalnya, Zubair bin Awwam, yang saat masuk Islam masih berusia 15 tahun.  Kemudian, Sa'ad bin Abi Waqosh, yang saat itu berusia 20 tahun. Sa'ad adalah seorang pemuda yang kaya dan berpengaruh. Abdurrahman bin Auf, di usia 31 tahun, seorang pebisnis ulung dan juga dermawan. Ada juga nama, Abdullah bin Mas'ud, yang saat itu berusia 17 tahun. Abdullah adalah seorang pemuda yang sederhana dan rajin belajar. kelak menjadi sahabat dan ahli hadits dan tafsir yang terkemuka.


Nama yang terbilang penting juga adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang saat itu berusia 39 tahun. Abu Bakar adalah sahabat Nabi yang paling senior dan paling dihormati. Selain itu, masih ada beberapa sahabat Nabi lainnya yang masih muda saat menerima Islam, seperti: Utsman bin Affan, yang saat itu berusia 18 tahun. Thalhah bin Ubaidillah, yang saat itu berusia 20 tahun. Abu Ubaidah bin Jarrah, yang saat itu berusia 20 tahun. Seorang komandan perang dan juga pembela Nabi yang setia. 


Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah kenapa para anak muda ini tertarik pada Islam yang di bawa oleh Rasulullah saw? Padahal, Islam saat itu adalah agama yang masih sangat baru, dan relatif mendapatkan penolakan dari suku Quraisy, tempat Rasulullah lahir. 


Untuk menjawab pertanyaan ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan anak muda tertarik pada awal kehadiran Islam. Pertama, Islam bersifat inklusif tanpa adanya diskriminasi antar satu individu dengan individu lainnya. Penjelasan ini dijelaskan oleh Fuad Jabali, Sahabat Nabi, halaman Xiiii, bahwa sejatinya, nilai yang sangat penting dalam ajaran Islam adalah inklusivitas.

 
Islam mengajarkan untuk menyambut keberagaman dan menganjurkan agar individu tidak mendiskriminasi satu sama lain. Ini sejalan dengan pesan-pesan keadilan, kasih sayang, dan perdamaian yang disampaikan dalam Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad.


Dalam Islam, semua individu adalah makhluk Allah yang diciptakan dengan derajat yang sama. Allah tidak membeda-bedakan manusia berdasarkan ras, etnis, warna kulit, atau latar belakang sosial. Semua manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata Allah.


Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an, surat Al-Hujurat ayat 13:


يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ


Artinya: "Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."


Kesetaraan dalam Islam merupakan salah satu nilai fundamental yang menjadi dasar ajaran Islam. Nilai ini merupakan pesan penting yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan nilai kesetaraan, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, damai, dan harmonis.


Dengan nilai kesetaraan yang didakwahkan Nabi, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih adil, damai, dan harmonis. Masyarakat yang adil adalah masyarakat yang tidak mengenal diskriminasi, baik berdasarkan jenis kelamin, ras, agama, atau status sosial. Sesuatu nilai yang sangat langka dalam zaman tersebut.


Misalnya, Bilal bin Rabah adalah salah satu sahabat muda yang masuk Islam. Ia seorang budak berkulit hitam yang lahir di Makkah pada tahun 580 M. Bilal memeluk Islam pada tahun ke-6 kenabian, dan menjadi salah satu orang pertama yang memeluk Islam di Makkah.


Dalam kisahnya, Ia mendengar ajaran Islam dari seorang budak bernama Ammar bin Yasir dan istrinya, Sumayyah binti Khayyat. Kedua orang tersebut adalah sahabat Nabi Muhammad yang juga disiksa oleh kaum Quraisy karena memeluk Islam.


Sebagai seorang budak, mendengar dakwah Nabi yang menjelaskan tentang manusia setara di sisi Allah, membuat Bilal tertarik untuk masuk Islam. Agama baru itu menarik perhatiannya, dan sangat militan dalam Islam. Kendati pun dijemur di bawah terik matahari, ditelanjangi, dan diikat dengan tali, dipukuli dan diinjak-injak. Namun, Bilal tetap teguh dalam keimanannya.


Kedua, ajaran Islam yang rasional dan logis. Islam mengajarkan bahwa manusia harus menggunakan akalnya untuk memahami dan mempercayai Tuhan. Ini sangat menarik bagi pemuda Makkah, yang cerdas dan kritis.


Pasalnya, Makkah saat itu sudah menjadi pusat persembahan berhala. Karen Armstrong, dalam buku Muhammad Prophet for Our Time, [Bandung; PT Mizan Pustaka, 2007], halaman 11, mengungkapkan bahwa masa itu suku Quraisy merekonstruksi Ka'bah sehingga Makkah menjadi pusat spiritual seluruh suku Arab. Suku Quraisy merekonstruksi Ka'bah pada abad ke-6 M. Pada saat itu, Makkah menjadi pusat perdagangan yang penting di Jazirah Arab.


Suku Quraisy mengumpulkan semua berhala suku-suku yang tergabung dalam konfederasi mereka dan memasangnya di Haram sehingga anggota suku hanya menyembah berhala-hala ketika mereka mengunjungi Makkah. Dengan demikian, Makkah pada masa sebelum Nabi Muhammad saw diutus menjadi pusat persembahan berhala. Hal ini karena suku Quraisy, yang merupakan suku mayoritas di Makkah, menyembah berhala. 


Penyembahan berhala di Makkah telah berlangsung selama ratusan tahun. Hal ini menyebabkan masyarakat Arab menjadi jauh dari ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyampaikan risalah tauhid, yaitu ajaran bahwa hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah.


Dalam kondisi Ka'bah yang banyak berhala, membuat anak muda dari kalangan sahabat memutuskan memeluk Islam, karena agama yang logis dan rasional. Tak bisa dipungkiri, pada masa Nabi Muhammad saw, masyarakat Arab Jahiliyah masih menganut kepercayaan politheisme, yaitu menyembah berhala. Hal ini tentu membuat banyak orang, termasuk anak muda, merasa tidak puas. Mereka mulai mencari agama yang lebih logis dan rasional.


Islam hadir sebagai jawaban atas keresahan tersebut. Ajaran Islam yang monoteisme, yaitu hanya menyembah Allah, sangat menarik perhatian anak muda. Mereka melihat bahwa Islam adalah agama yang sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, Islam juga mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang tinggi, yang dapat menjadi pedoman hidup yang baik.


Ketiga, karena sosok Nabi Muhammad.  Dalam tarikh Islam, banyak sekali sahabat Nabi yang masuk Islam disebabkan terpesona dengan sosok Rasulullah saw. Nabi Muhammad adalah sosok yang sangat luar biasa, yang memiliki akhlak mulia dan kepribadian sangat menarik. Tidak heran jika banyak orang yang terpesona dengan sosoknya, termasuk para anak muda dari kalangan sahabatnya.


Salah satunya adalah Abu Hurairah RA. Abu Hurairah adalah seorang pemuda yang cerdas dan pintar. Ia tertarik dengan ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah saw dan masuk Islam setelah melihat akhlak mulia dan budi pekerti tinggi Rasulullah.


Sahabat lain yang masuk Islam setelah terpesona dengan sosok Rasulullah adalah Salman Al-Farisi RA. Salman Al-Farisi adalah seorang pemuda dari Persia yang mencari agama yang benar. Ia mengembara ke berbagai tempat untuk mencari agama yang sesuai dengan hatinya. Setelah bertemu dengan Rasulullah, Salman Al-Farisi pun masuk Islam. Beliau terpesona dengan sosok Rasulullah saw yang sangat sederhana, rendah hati, dan penyayang.


Kemudian, ada juga Ammar bin Yasir ra, salah satu sahabat Nabi yang masuk Islam setelah terpesona dengan sosok Rasulullah. Ammar bin Yasir adalah seorang pemuda yang gagah berani dan berjiwa kepemimpinan. Ia sangat tertarik dengan ajaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Ammar bin Yasir pun masuk Islam setelah melihat bagaimana Rasulullah SAW berjuang untuk menegakkan agama Islam.


Dengan demikian, Rasulullah merupakan teladan bagi semua umat Islam. Akhlak mulia dan budi pekerti beliau yang tinggi membuat banyak orang terpesona. Tidak heran jika banyak sahabat Nabi yang masuk Islam setelah terpesona dengan sosok Nabi Muhammad saw.


Zainuddin Lubis, Pegiat kajian tafsir, tinggal di Ciputat