Syariah

Tips Shalat Khusyuk ala Syekh As-Syadzili

Rab, 29 April 2020 | 23:15 WIB

Tips Shalat Khusyuk ala Syekh As-Syadzili

Walhasil, semua cara tersebut dilakukan untuk mengosongkan sementara batin dari tautan-tautan pikiran di luar shalat. (Ilustrasi: istock)

Seseorang perlu membersihkan tautan-tautan pikiran sebelum shalat. Dengan membersihkan tautan di luar shalat tersebut, pikiran seseorang dapat lebih terkonsentrasi pada ibadah shalat dan apa yang dibaca dalam shalatnya.

Setiap orang memiliki cara berbeda untuk mengatasi tautan pikiran di luar shalat tersebut. Ada yang membaca Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas sebelum shalat. Ada juga orang yang berdiri tenang sebelum takbiratul ihram.

Ada juga yang mencukupkan diri dengan ta’awudz. Ada juga yang membaca ta’awudz, “Allāhumma innī a‘ūdzu bika min syaythānil waswasati Khanzabin” (3 kali) atau “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan yang ditugaskan meniupkan was-was di batin manusia, Khanzab” sebagaimana tersebut dalam Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib

فمن كثرت وسوسته في الصلاة فليستعذ بالله من الشيطان، ويقول اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ شَيْطَانِ الْوَسْوَسَةِ خَنْزَبٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ

Artinya, “Siapa saja yang banyak was-was dalam shalat, hendaknya ia berlindung kepada Allah dari gangguan bisikan setan dan berdoa, ‘Allāhumma innī a‘ūdzu bika min syaythānil waswasati Khanzabin’ (3 kali). Insya Allah, bisikan was-was tersebut dilenyapkan oleh Allah,” (Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib).

Ada juga yang mengandalkan talafuzh atau pelafalan niat shalat. Ada juga yang memilih penekanan lafal takbir pada takbiraul ihram. Walhasil, semua cara tersebut dilakukan untuk mengosongkan sementara batin dari tautan-tautan pikiran di luar shalat.

Adapun berikut ini merupakan cara yang dianjurkan oleh Syekh Abul Hasan As-Syadzili kepada para muridnya untuk mengusir was-was menjelang shalat. Semua ini dapat diamalkan sebelum melakukan takbiratul ihram:

1. Meletakkan tangan kanan di dada.

2. Membaca:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْخَلَّاقِ الْفَعَّالِ سَبْعَ مَرَّاتٍ

Subhānal malikil quddūsil khallaqil fa‘‘āl. (7 kali).

Artinya, “Maha suci Penguasa, Zat yang suci, Sang Pencipta, Yang banyak berbuat.”

3. Lalu membaca:

إنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ

In yasya’ yudzhibkum wa ya’ti bi khalqin jadīd. Wa mā dzālika ‘alallāhi bi ‘azīz.

Artinya, “Jika Dia menghendaki, Dia akan melenyapkan kamu dan menggantinya dengan makhluk yang baru. Yang demikian itu tidak berat bagi Allah,” (Surat Fathir ayat 16-17).

Keterangan ini dapat ditemukan pada Kitab Al-Fatawil Fiqhiyyatil Kubra, Kitab Hasyiyatul Bujairimi Alal Khatib, Kitab I‘anatut Thalibin, dan Kitab Nihayatuz Zain.

وكان الأستاذ أبو الحسن الشاذلي يعلم أصحابه لدفع الوسواس والخواطر الرديئة ويقول لهم من أحس بذلك فليضع يده اليمنى على صدره وليقل سبحان الملك القدوس الخلاق الفعال سبع مرات ثم يقل إن يشأ يذهبكم ويأت بخلق جديد وما ذلك على الله بعزيز يقول ذلك المصلي قبل الإحرام

Artinya, “Syekh Abul Hasan As-Syadzili mengajarkan para muridnya untuk mengusir was-was dan pikiran-pikiran buruk. Ia mengatakan kepada mereka, ‘Siapa saja yang merasakan demikian, hendaknya ia meletakkan tangan kanan pada dadanya dan berdoa, ‘Subhānal malikil quddūsil khallaqil fa‘‘āl’ (7 kali), lalu meneruskan bacaannya ‘In yasya’ yudzhibkum wa ya’ti bi khlaqin jadīd. Wa mā dzālika ‘alallāhi bi ‘azīz.’’ Doa ini dibaca oleh orang yang shalat sebelum takbiratul ihram,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Bandung, Al-Maarif: tanpa tahun], halaman 57).

Pada Kitab Al-Fatawil Fiqhiyyatil Kubra, Ibnu Hajar Al-Haitami mengutip redaksi berbeda dari Syekh As-Syadzili yang mengatakan, “Siapa saja yang dihinggapi banyak was-was, hendaknya membaca, ‘Subhānal malikil quddūsil khallaqil fa‘‘āl’, In yasya’ yudzhibkum  ay a’ti bi khlaqin jadīd. Wa mā dzālika ‘alallāhi bi ‘azīz. Adzhaballāhu ‘annā sā’iral madhārri wal makhāwifi wal fitani, wa anālanā kulla khuluqin hasanin, wa ja‘alanā min ahli wilāyati ahlin ni‘ami wal minani. Innahū ‘alā mā yasyā’u qadīrun. Wa bil ijābati jadīrun.’

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْخَلَّاقِ الْفَعَّالِ إنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ أَذْهَبَ اللهُ عَنَّا سَائِرَ المَضَارِّ وَالمَخَاوِفِ وَالفِتَنِ وَأَنَالَنَا كُلَّ خُلُقٍ حَسَنٍ وَجَعَلَنَا مِنْ أَهْلِ وِلَايَةِ أَهْلِ النِّعَمِ وَالمِنَنِ إِنَّهُ عَلَى مَا يَشَاءُ قَدِيْرٌ وَبِالإِجَابَةِ جَدِيْرٌ

Demikian cara yang dianjurkan oleh Syekh As-Syadzili kepada para muridnya. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)