Syariah

Ulama 4 Mazhab soal Memanjangkan Pakaian Melebihi Mata Kaki

NU Online  ยท  Senin, 11 November 2019 | 14:00 WIB

Ulama 4 Mazhab soal Memanjangkan Pakaian Melebihi Mata Kaki

Meski tampak remeh, nyatanya isu "isbal" dan "celana cingkrang" masih menjadi perbincangan di masyarakat. Bagaimana ulama dari empat mazhab berpendapat?

Saat ini, istilah โ€˜celana cingkrangโ€™ sedang hangat dibicarakan di kalangan masyarakat Indonesia. Celana cingkrang merupakan sebutan bagi celana panjang yang ujungnya tidak sampai mata kaki. Jenis fesyen ini kerap diidentikkan dengan kelompok tertentu dalam umat Islam, dan bahkan menjadi ciri pembeda antara kelompok tersebut dengan kelompok lain.
ย 
Kebalikan dari mengenakan celana cingkrang disebut isbal, yaitu memanjangkan pakaian berupa celana, sarung, jubah, dan sebagainya melebihi mata kaki. Perdebatan tentang hukum isbal tidak hanya terjadi saat ini, namun sudah ada sejak zaman dahulu. Para ulama mazhab empat berbeda pendapat tentang hukum memanjangkan pakaian melebihi mata kaki (isbal).ย 
ย 
Pertama, mayoritas ulama meliputi ulama mazhab Hanafi, ulama mazhab Syafiโ€™i, dan sebagian ulama mazhab Hanbali menyatakan, memanjangkan pakaian melebihi mata kaki hukumnya mubah. Syekh Ibnu Muflih menyebutkan:
ย 
ูˆูŽุฑููˆููŠูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽุจูŽุง ุญูŽู†ููŠููŽุฉูŽ ุฑูŽุญูู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงุฑู’ุชูŽุฏูŽู‰ ุจูุฑูุฏูŽุงุกู ุซูŽู…ููŠู†ู ู‚ููŠู…ูŽุชูู‡ู ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูู…ูุงุฆูŽุฉู ุฏููŠู†ูŽุงุฑู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฌูุฑู‘ูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ููŽู‚ููŠู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฃูŽูˆูŽู„ูŽุณู’ู†ูŽุง ู†ูู‡ููŠู†ูŽุง ุนูŽู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูุฐูŽูˆููŠ ุงู„ู’ุฎููŠูŽู„ูŽุงุกู ูˆูŽู„ูŽุณู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’
ย 
โ€œDiriwayatkan bahwa Abu Hanifah rahimahullah mengenakan jubah mahal berharga empat ratus dinar, dan beliau menjulurkannya di atas (mendekati) tanah. Dikatakan kepadanya: Bukankah kita dilarang melakukan hal itu? Beliau berkata: Larangan itu untuk orang sombong, dan kita bukan bagian dari merekaโ€ (Lihat: Ibnu Muflih, Al-Adab Al-Syariyyah, juz 3, h. 521).
ย 
Sedangkan Syekh Al-Munawi dari mazhab Syafiโ€™i menuturkan:
ย 
(ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุณูŽุจู‘ูู„ู ุฅูุฒูŽุงุฑูŽู‡ู) ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูุทูŽูˆู‘ูู„ู ุซูŽูˆู’ุจูŽู‡ู ูˆูŽูŠูุฑู’ุณูู„ูŽู‡ู (ุฎููŠูŽู„ูŽุงุกูŽ) ุฃูŽูŠู’ ุจูู‚ูŽุตู’ุฏู ุงู„ู’ุฎููŠูŽู„ูŽุงุกู ุจูุฎูู„ูŽุงููู‡ู ู„ูŽุง ุจูู‚ูŽุตู’ุฏูู‡ูŽุง
ย 
โ€œDan orang yang memanjangkan sarungnya, yaitu orang yang memanjangkan pakaiannya dan melepaskannya karena tujuan kesombongan. Berbeda (hukumnya) bagi orang yang memanjangkannya bukan karena tujuan sombongโ€ (Lihat: Muhammad Abdurrauf Al-Munawi,ย Faidhul Qadir, juz 3, h. 436).
ย 
Senada dengan para ulama di atas, seorang ulama mazhab Hanbali bernama Ibnu Muflih menuliskan:
ย 
ุฌูŽุฑู‘ู ุงู„ู’ุฅูุฒูŽุงุฑู ุฅุฐูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูุฑูุฏู’ ุงู„ู’ุฎููŠูŽู„ูŽุงุกูŽ ููŽู„ูŽุง ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุธูŽุงู‡ูุฑู ูƒูŽู„ูŽุงู…ู ุบูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽุงุญูุฏู ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู
ย 
โ€œMemanjangkan sarung, jika bukan bertujuan sombong, hukumnya tidak apa-apa. Dan pendapat ini merupakan dzahir pendapat lebih dari satu ulama mazhab Hanbaliโ€ (Lihat: Ibnu Muflih,ย Al-Adab Al-Syariyyah, juz 3, h. 521).
ย 
Kedua, sebagian ulama mazhab Maliki dan sebagian ulama mazhab Hanbali yang lain, menegaskan bahwa memanjangkan pakaian melebihi mata kaki hukumnya makruh. Syekh Al-Adawi dari Mazhab Maliki mengatakan:
ย 
ูˆูŽุงู„ุธู‘ูŽุงู‡ูุฑู: ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูŽุชูŽุนูŽูŠู‘ูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุตููŠุฑู ุฅู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู‡ูŽุฉู ุงู„ุดู‘ูŽุฏููŠุฏูŽุฉู
ย 
โ€œTampaknya, pendapat yang harus dipilih adalah bahwa memanjangkan pakaian sangat dimakruhkanโ€ (Lihat: Ali bin Ahmad Al-Adawi,ย Hasyiyatul Adawi, juz 2, h. 453).ย 
ย 
Senada dengan ulama mazhab Maliki di atas, seorang ulama mazhab Hanbali bernama Ibnu Qudamah juga menulis:
ย 
ูˆูŽูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ุฅุณู’ุจูŽุงู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽู…ููŠุตู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฒูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ุฑูŽุงูˆููŠู„ูย 
ย 
โ€œDimakruhkan memanjangkan gamis (baju kurung), sarung, dan celanaโ€ (Lihat: Ibnu Qudamah,ย Al-Mughni, juz 2, h. 298).
ย 
Ketiga, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menyatakan keharaman memanjangkan pakaian melebihi mata kaki. Syekh Al-Qarafi menjelaskan:
ย 
ูŠูŽุญู’ุฑูู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฌูŽุงูˆูุฒูŽ ุจูุซูŽูˆู’ุจูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ูƒูŽุนู’ุจูŽูŠู’ู†ู
ย 
โ€œHaram bagi laki-laki melebihkan kedua pakaiannya melewati kedua mata kakiโ€ (Lihat: Al-Qarafi,ย Azzakhirah, juz 13, h. 265).
ย 
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang hukum memanjangkan pakaian melebihi mata kaki. Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Syafiโ€™i, dan sebagian ulama mazhab Hanbali membolehkannya. Sebagian ulama mazhab Maliki, dan sebagian ulama mazhab Hanbali yang lain menyatakan kemakruhannya. Sedangkan, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain mengharamkannya.
ย 
Dari ketiga pendapat tersebut, penulis menilai bahwa pendapat yang membolehkan memanjangkan pakaian melebihi mata kaki merupakan pendapat yang kuat. Apalagi, para ulama yang memakruhkan atau mengharamkannya rata-rata berpegangan pada hadits yang mutlak, seperti hadits riwayat Abu Hurairahย radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullahย shallallahu alaihi wasallamย bersabda:
ย 
ู…ูŽุง ุฃูŽุณู’ููŽู„ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุนู’ุจูŽูŠู’ู†ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฅูุฒูŽุงุฑู ููŽูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู
ย 
โ€œSesuatu yang berada di bawah kedua mata kaki berupa sarung tempatnya adalah di nerakaโ€ (HR. Imam Bukhari).
ย 
Sementara, ada hadits-hadits lain tentang permasalahan tersebut yang datang dengan redaksiย muqayyadย (terbatas), seperti hadits riwayat Ibnu Umarย radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullahย shallallahu alaihi wasallamย bersabda:
ย 
ู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุฌูŽุฑู‘ูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽู‡ู ุฎููŠูŽู„ูŽุงุกูŽ
ย 
โ€œAllah tidak akan melihat orang yang memanjangkan pakaiannya karena sombongโ€ (HR. Imam Muslim).
ย 
Untuk memadukan kedua hadits tersebut, para ulama mendahulukan hadits yang muqayyad atas hadits yang mutlak. Dengan demikian, memanjangkan pakaian melebihi mata kaki tidak diharamkan, jika tidak ada tujuan kesombongan (Lihat: Ibnu Hajar Al-Asqalani,ย Fathul Bari, juz 10, h. 263).ย 
ย 
Kemudian, ada sebuah hadits riwayat Ibnu Umar bahwa Nabiย shallallahu alaihi wasallamย menoleh ke Abu Bakar, seraya mengatakan:ย 
ย 
ู…ูŽู†ู’ ุฌูŽุฑู‘ูŽ ุซูŽูˆู’ุจูŽู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎููŠูŽู„ูŽุงุกู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑู: ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูŠูŽุณู’ุชูŽุฑู’ุฎูŠ ุฅูุฒูŽุงุฑููŠู’ ุฃูŽุญู’ูŠูŽุงู†ู‹ุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ู„ูŽุณู’ุชูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’
ย 
โ€œBarangsiapa memanjangkan pakaiannya karena sombong, maka pada hari kiamat nanti Allah tidak akan melihat kepadanyaโ€. Mendengar hal itu, Abu Bakar bertanya: โ€œSungguh sarungku terkadang terjulur. Maka Nabiย shallallahu โ€˜alaihi wasallamย bersabda: โ€œKamu bukanlah termasuk dari merekaโ€ (HR. Ahmad dan Bukhari)
ย 
Pada hadits tersebut Nabiย shallallahu โ€˜alaihi wasallamย mengecualikan Abu Bakar dari golongan orang yang pada hari kiamat nanti tidak dilihat oleh Allah, sebab mereka memanjangkan pakaiannya karena sombong. Dengan demikian, hadits di atas memberi isyarat bahwa memanjangkan pakaian melebihi mata kaki tidak diharamkan jika tidak ada tujuan kesombongan.
ย 
Terakhir, semoga tulisan ini mampu menjadi penyejuk bagi kondisi Indonesia yang beberapa hari ini menghangat akibat isu kontroversial berupa radikalisme, celana cingkrang, jenggot panjang, dan jidat hitam.ย Wallahu Aโ€™lam.
ย 
ย 
ย 
Ustadz Husnul Haq, Pengasuh Pesantren Mahasiswa Mambaโ€™ul Maโ€™arif Tulungagung, dan Dosen IAIN Tulungagung.
ย 
ย 
ย