Tasawuf/Akhlak

11 Adab Laki-laki terhadap Dirinya Sendiri Menurut Imam al-Ghazali

Sen, 10 Juni 2019 | 08:00 WIB

Laki-laki saleh dapat terlihat tanda-tandanya dari perilaku sehari-hari yang disebut adab. Ia cukup tahu apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya lakukan. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442) menjelaskan tentang sebelas adab laki-laki terhadap dirinya sendiri sebagai berikut:

آداب الرجل في نفسه: لزوم الجمعة والجماعة، ونظافة الملبس، وإدامة السواك، ولا يلبس المشهور ولا المحقور، ولا يطيل ثيابه تكبرًا، ولا يقصرها متمسكنًا، ولا يكثر التلفت في مشيته، ولا ينظر إلى غير حرمته، ولا يبصق في حال محادثت، ولا يكثر قعود على باب داره مع جيرانه، ولا يكثر لإخوانه الحديث عن زوجته وما في بيته.

Artinya: Adab suami terhadapa dirinya sendiri, yakni: senantiasa melaksanakan shalat Jumat dan shalat berjamaah, senantiasa berpakaian bersih, tidak lupa bersiwak atau gosok gigi, menghindari mengenakan pakaian mewah atau sebaliknya hina, tidak memanjangkan pakaian karena bermaksud sombong, tidak memendekkan pakaian karena bakhil, tidak banyak menengok kesana kemari, tidak memandang kepada perempuan kecuali istrinya, tidak meludah ketika sedang berbicara, menghindari duduk-duduk di depan rumah bersama para tetangga, tidak membicarakan perihal istri dan rahasia rumah tangganya kepada teman. 

Pertama, senantiasa melaksanakan shalat Jumat dan shalat berjamaah. Setiap laki-laki yang memenuhi syarat-syarat tertentu sebagaimana diatur dalam fiqih, wajib menunaikan shalat Jumat. Dengan kata lain, secara hukum laki-laki harus melaksanakan shalat Jumat, bisa sebagai imam atau sebagai makmum. Disamping itu, ia sebaiknya senantiasa shalat berjamaah untuk keseluruhan shalat lima waktu, baik di masjid ataupun di tempat lainnya. Hal ini tentu saja berbeda dengan perempuan yang memang tidak diwajibkan shalat Jumat.  

Kedua, senantiasa berpakaian bersih. Selalu berpakaian bersih dalam kehidupan sehari-hari merupakan akhlak yang baik bagi setiap laki-laki. Hal ini karena laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga menjadi contoh bagi seluruh anggota keluarganya. Dalam pergaulan di masyarakat, orang yang berpakaian bersih lebih mudah diterima dari pada yang senantiasa berpakaian kotor. 

Ketiga, selalu bersiwak/gosok gigi. Membersihkan mulut dengan kayu siwak atau gosok gigi dianjurkan di dalam Islam. Hal ini tidak saja baik untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi, tetapi juga mencegah timbulnya bau mulut yang tak sedap. Jika dikaitkan dengan shalat, hukumnya sunnah dan bermanfaat untuk memperkecil potensi batalnya shalat akibat menelan sisa makanan secara sengaja. 

Keempat, menghindari mengenakan pakaian mewah atau sebaliknya hina. Jika tak bisa menata hati, mengenakan pakaian mewah tidak saja bisa menimbulkan riya’ pada diri pemakainya, tetapi juga memancing timbulnya rasa iri pada orang-orang yang melihatnya. Oleh karena itu seorang lelaki tidak perlu berpakaian mewah. Sebaliknya memakai pakaian yang terlalu sederhana juga tidak baik karena bisa mendorong orang lain menghinanya. Hal terbaik adalah pakaian yang sedang-sedang saja (moderat), yakni tidak mewah dan tidak pula terlalu sederhana.  

Kelima, tidak memanjangkan pakaian karena bermaksud sombong. Ukuran pakaian laki-laki, baik berupa celana, sarung, kemeja maupun lainnya, sebaiknya tidak kedodoran, misalnya terlalu longgar atau terlalu panjang. Pada saat harga sandang sangat mahal, tentu pakaian seperti itu mengesankan kesombongan. Di saat sekarang ketika harga sandang relatif murah, mengenakan pakaian seperti itu tetap tidak dianjurkan. Alasannya, bisa karena hal itu merupakan sikap berlebihan, dan apalagi jika di dalam hati terbesit niat yang tak baik, seperti pamer dan sombong. 

Keenam, tidak memendekkan pakaian karena bakhil. Bagi laki-laki, mengenakan pakaian ketat dengan alasan untuk penghematan, apalagi didorong sikap bakhil, tidak baik. Pakaian ketat sesungguhnya juga kurang baik dilihat dari segi kesehatan. Dari segi mobilitas, pakaian seperti ini juga menghalangi gerak fisik, misalnya sewaktu bekerja atau ketika shalat. Singkatnya pakaian yang tidak memadai mempersulit diri.   

Ketujuh, tidak banyak menengok ke sana kemari. Seorang laki-laki tidak sebaiknya suka tengok sana tengok sini alias bermata keranjang. Banyak hal negatif bermula dari pandangan mata lalu turun ke hati. Maka penting untuk menahan pandangan yang tak perlu sebab setan bisa saja sewaktu-waktu menggoda lalu membujuk hati seseorang untuk berbuat maksiat. 

Kedelapan, tidak memandang kepada perempuan kecuali istrinya. Kesalehan seorang laki-laki bisa tercermin dari seberapa kuat ia menjaga matanya dari memandang perempuan lain yang bukan istrinya. Artinya, semakin kuat seorang laki-laki menjaga matanya dari memandang perempuan yang bukan istrinya, semakin kecil godaan untuk berselingkuh. Ia cenderung setia pada sang istri dan tidak menginginkan hadirnya perempuan lain dalam relung hatinya. 

Kesembilan, tidak meludah ketika sedang berbicara. Saat sedang berbicara, seorang laki-laki sebaiknya tidak meludah di tempat ia berada. Sebaiknya jika ia ingin meludah karena ada keperluan, maka sebaiknya ia permisi dahulu kepada lawan bicara untuk meninggalkan tempat. Setelah itu ia kembali lagi ke tempat semula untuk meneruskan pembicaraannya. Ini juga termasuk adab berbicara. 

Kesepuluh, menghindari duduk-duduk di depan rumah bersama para tetangga. Seorang laki-laki yang sudah berkeluarga, tidak sebaiknya duduk-duduk di depan rumah tanpa tujuan yang jelas. Jika hanya bermaksud nongkrong bersama para tetangga, sebaiknya tidak lama-lama sebab dapat menimbulkan rasa tidak nyaman bagi orang lain yang hendak datang bertamu ke rumah itu untuk keperluan tertentu. Disamping itu, untuk menghindari ghibah (menggunjing) pihak lain. 

Kesebelas, tidak membicarakan perihal istri dan rahasia rumah tangganya kepada teman. Suami istri ibarat sebuah baju yang saling menutupi kekurangan masing-masing. Seorang suami tidak sebaiknya menceritakan kekurangan-kekurangan istri ke sana ke mari hanya untuk mencari simpati. Tidak hanya itu, laki-laki yang sudah berkeluarga tidak sebaiknya membeberkan rahasia atau aib masing-masing anggota keluarganya kepada pihak lain. Jika bermaksud meminta saran dari seorang teman, pembicaraan seperti itu harus bersifat tertutup.  

Demikianlah nasihat Imam al-Ghazali tentang sebelas adab laki-laki terhadap dirinya sendiri. Jika diringkas, maka kesebelas adab itu meliputi shalat berjamaah; menjaga kebersihan badan dan pakaian; berpakaian sewajarnya, tidak bermata keranjang, memahami situasi saat berbicara, tidak suka nongkrong dan ngrumpi; dan menjaga rahasia rumah tangga sendiri. Kesebelas adab ini sekaligus merupakan sebagian dari tanda-tanda laki-laki saleh. 


Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta.