Tasawuf/Akhlak

Ini Lima Jenis Tafakur menurut Ulama

Sen, 4 November 2019 | 18:40 WIB

Ini Lima Jenis Tafakur menurut Ulama

(Foto: ibnsabeel.com)

Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menganjurkan dan menjelaskan keutamaan tafakur. Ali Imran ayat 190 menyebut keutamaan orang yang berzikir dan bertafakur dalam situasi apa pun, baik dalam duduk, berdiri, maupun berbaring.

 

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

 

Artinya, “Mereka adalah orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi,” (Ali Imran ayat 190).

 

Syekh M Nawawi Banten mengatakan bahwa para ulama mencoba memberikan penjelasan perihal jenis tafakur yang disinggung oleh ayat tersebut. Menurut para ulama, tafakur itu terdiri atas lima jenis.

 

قال جمهور العلماء التفكر على خمسة أوجه

 

Artinya, “Mayoritas ulama menyebut lima jenis tafakur,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 6).

 

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memasukkan kata “tafakur” dengan makna renungan, perenungan, perihal merenung, memikirkan, menimbang dengan sungguh-sungguh, dan pengheningan cipta.

 

Adapun lima jenis tafakur yang dikutip oleh Syekh M Nawawi Banten dari mayoritas ulama adalah sebagai berikut:

 

Pertama, tafakur dalam rangka merenungi ayat-ayat Allah. Dalam tafakur ini, seseorang harus bertawajuh dan meyakininya.

 

Kedua, tafakur dalam rangka merenungi nikmat-nikmat Allah. Tafakur ini dapat melahirkan mahabbah atau cinta pada diri seseorang kepada-Nya.

 

Ketiga, tafakur dalam rangka merenungi janji-janji Allah. Tafakur ini dapat menyalakan atau menambah semangat beramal saleh di hati seseorang.

 

Keempat, tafakur dalam rangka merenungi peringatan Allah. Tafakur ini dapat melahirkan rasa takut di hati seseorang kepada (siksa)-Nya.

 

Kelima, tafakur dalam rangka merenungi kelalaian diri dalam menjalankan perintah-Nya. Tafakur ini dapat menumbuhkan rasa malu di hati seseorang.

 

Menanggapi poin kelima, Syekh M Nawawi Banten mengutip satu hikmah Syekh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam-nya ketika seseorang tidak lagi merasa malu atas kelalaiannya dalam menjalankan perintah Allah.

 

من علامات موت القلب عدم الحزن على ما فاتك من الموافقات وترك الندم على ما فعلته من وجود الزلات

 

Artinya, “Salah satu tanda kematian batin adalah ketiadaan rasa sedih pada dirimu atas perbuatan taat yang luput dan ketiadaan rasa sesal atas kesalahan yang kaulakukan.”

 

Selain hikmah ini, Syekh M Nawawi Banten juga mengutip hikmah lain dari Al-Hikam yang terjemahannya, “Rasa sedih atau rasa sesal atas luputnya perintah Allah di saat ini atau di masa lalu tanpa disertai semangat perbaikan diri di masa mendatang adalah satu ciri keterpedayaan.”

 

Hikmah yang dimaksud oleh Syekh M Nawawi Banten adalah sebagai berikut:

 

الحزن على فقدان الطاعة مع عدم النهوض إليها من علامات الاغترار

 

Semua uraian ini merupakan upaya ulama dalam memahami tafakur dengan berbagai jenisnya. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)