Ini Tanda Orang-orang Merdeka Menurut Ibnu Athaillah
NU Online · Senin, 9 Oktober 2017 | 02:03 WIB
Artinya, “Kau bebas merdeka dari sesuatu yang kauputus asa. Tetapi kau menghamba pada sesuatu yang kauharapkan.”
Bagi mereka yang sedang menempuh jalan menuju Allah, keinginan yang diawali dengan menaruh harapan kepada sesuatu merupakan bahaya besar. Harapan atas sesuatu menyandera batin mereka sehingga mereka hanya terpaku pada keinginannya seperti disinggung Syekh Zarruq berikut ini.
Artinya, “Buat saya, hal itu terjadi karena sesuatu yang kauharapkan itu memenjara hatimu sehingga kau mengabdi sepenuhnya untuk itu. Tetapi terhadap sesuatu yang kauputus asa, hatimu tentu berpaling sehingga tak satupun organmu melekat padanya.
Syekh Ibnu Athaillah berkata di kitab At-Tanwir, ‘Temukanlah kewara‘an pada dirimu melebihi apapun pencarianmu selain wara‘. Sucikan dirimu dari harap kepada makhluk (thama‘). Kalau saja orang yang menaruh harapan kepada makhluk mencoba bersuci di tujuh laut, niscaya hal itu percuma kecuali kalau ia menanggalkan harapnya dari makhluk dan mengangkat orientasinya jauh dari mereka.’
Syekh Ibnu Athaillah juga mengutip pernyataan Sayyidina Ali RA dan Al-Hasan Al-Bashri, ‘Sebab kerusakan agama seseorang adalah thama‘ (harap kepada makhluk). Sebab kesalehan agama seseorang adalah wara‘,’” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 70).
Lebih jauh Syekh Ibnu Abbad menjelaskan bahwa menaruh harapan dapat dipahami sebagai sebuah cinta dan keinginan kuat untuk mewujudkannya. Ini yang dihindari kalangan sufi. Mereka lebih memilih wara‘. Mereka tidak mengejar kekayaan karena memang tidak ingin kekayaan. Mereka hanya bermuamalah sewajarnya menurut tuntunan syari tanpa mengorbankan dan merugikan orang lain.
Kalangan sufi juga tidak mengejar kekuasaan apalagi dengan cara-cara kotor. Mereka hidup seperti biasa. Diberi amanah kekuasaan, alhamdulillah. Kalau sudah berkuasa, juga tidak berusaha melanggengkan kuasanya. Kalau pun harus turun di tengah jalan seperti Gus Dur (Allah yarhamuh), ya tinggal turun. Kalau pun tidak berkuasa, tidak lantas frustasi lalu anarki mengganggu ketertiban umum. Mereka orang-orang merdeka dari segala kaitan duniawi.
Artinya, “Menaruh harapan kepada sesuatu adalah tanda mencintainya dan tanda sangat berhajat untuk menggapainya. Sampai sini seseorang sudah menghamba kepadanya. Demikian halnya putus asa atas sesuatu adalah tanda kekosongan hati dan kekayaan hati darinya. Sampai sini orang merdeka darinya. Orang yang berharap itu hamba. Mereka yang putus asa itu adalah orang merdeka,” (Lihat Syekh Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, Semarang, Makatabah Al-Munawwir, juz I, halaman 49).
Hikmah Ibnu Athaillah ini jangan disalahpahami sebagai upaya melemahkan semangat untuk berprestasi dan mengejar capaian-capaian tertentu. Hikmah ini merupakan peringatan bagi mereka yang menghamba kepada selain Allah seperti kekayaan, kekuasaan, jabatan, pencitraan, dan lain sebagainya.
Hikmah ini peringatan bagi mereka yang menganggap selain Allah segalanya dalam hidup sehingga harus dikejar meski dengan jalan kotor dan jalan merugikan banyak orang. Hikmah ini mengingatkan mereka yang tersandera keinginan lalu menghambakan diri pada keinginan dan harapannya sehingga mereka dipermainkan oleh keinginannya sendiri. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Pentingnya Kematangan Pola Pikir dan Literasi Finansial dalam Perencanaan Keuangan
4
PBNU Rencanakan Indonesia Jadi Pusat Syariah Dunia
5
Sejarawan Kritik Penulisan Sejarah Resmi: Abaikan Pluralitas, Lahirkan Otoritarianisme
6
Sunnah Puasa Ayyamul Bidh di Pertengahan Bulan Dzulhijjah 1446 H Hari Ini dan Esok
Terkini
Lihat Semua