Tasawuf/Akhlak

Prof Quraish Shihab: Jangan Kotori Maulid Rasulullah dengan Politik Praktis

Sel, 26 September 2023 | 15:00 WIB

Prof Quraish Shihab: Jangan Kotori Maulid Rasulullah dengan Politik Praktis

Ilustrasi Rasulullah. (Foto: NU Online)

Dalam sebuah wawancara dengan Najwa Shihab di program Shihab & Shihab, Prof. Quraish Shihab menyampaikan pendapatnya tentang Maulid Nabi. Beliau berpendapat bahwa Maulid Nabi adalah momentum untuk mengenang dan merenungkan kembali ajaran-ajaran Rasulullah SAW. Maulid Nabi juga dapat menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar umat Islam.

 

Lebih jauh, dalam sebuah video berjudul "Jangan Kotori Maulid Rasulullah SAW dengan Politik", yang tayang, Prof. Quraish Shihab mengungkapkan keprihatinannya terhadap fenomena Maulid Nabi yang dikotori oleh politik. Menurutnya, Maulid Nabi adalah momentum untuk mengenang dan meneladani sosok Nabi Muhammad SAW, bukan untuk mempolitisasi agama.

 

Lebih dari itu, seyogianya peringatan Maulid Nabi sebaiknya tidak menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam. Pasalnya, Maulid Nabi adalah momen untuk mengenang dan meneladani Rasulullah SAW. Namun, jika peringatan tersebut justru menimbulkan perpecahan, maka hal itu akan sia-sia.

 

Menurut Pakar Tafsir dan penulis Tafsir Al-Misbah ini mengkhawatirkan adanya potensi perpecahan dalam perayaan Maulid Nabi. Perpecahan tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan pandangan politik yang dibahas dalam uraian-uraian Maulid Nabi. Misalnya, jika ada penceramah yang membela atau mendukung salah satu kelompok politik tertentu. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam yang memiliki pandangan politik berbeda.

 

Untuk itu, Profesor Quraish Shihab menyarankan agar persoalan politik praktis tidak dibahas dalam perayaan Maulid Nabi. “Biarlah persoalan-persoalan politik, persoalan perbedaan-perbedaan itu,  jangan diuraikan di forum maulid Nabi.  Jangan diuraikan di masjid. Karena itu bisa menimbulkan paling sedikit, kalau bukan perpecahan, kesalahpahaman,” tuturnya di kutip dari Youtube Mata Najwa.

 

Sejatinya, ada banyak hal lain yang dapat dibahas untuk mengenal Rasulullah SAW dan mengambil pelajaran dari beliau. Misalnya, pembicara dapat membahas tentang akhlak Rasulullah SAW, perjuangan beliau dalam menyebarkan Islam, atau pesan-pesan beliau untuk umat Islam.

 

Terkait akhlak Rasulullah yang mulia digambarkan oleh Safiur Rahman Mubarakfuri dalam kitab Ar-Rahiq al-Makhtum, [Beirut; Dar Hilal, 1427 H]  halaman 440, bahwa Rasulullah Rasulullah memiliki perangai, budi, dan akhlak yang sempurna. Pun kesempurnaan akhlaknya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata. Setiap orang yang berjumpa dengan Nabi, pasti hatinya dipenuhi dengan penghormatan. Bahkan para lelaki rela mengorbankan diri mereka untuk melindungi dan menghormati beliau, sesuatu yang tidak pernah terjadi pada orang lain.

 

Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah memiliki akhlak yang sangat mulia dan terpuji. Di ranah pergaulan, Nabi adalah orang yang sangat dihormati dan dikagumi oleh semua orang, baik para kawan maupun lawan, bahkan para lelaki rela mengorbankan diri sendiri untuk melindungi dan menghormatinya.

 

قالت أم معبد الخزاعية عن رسول الله صلى الله عليه وسلم- وهي تصفه لزوجها، حين مر بخيمتها مهاجرا-: ظاهر الوضاءة، أبلج الوجه، حسن الخلق، لم تعبه تجله، ولم تزر به صعلة، وسيم قسيم، في عينيه دعج، وفي أشفاره وطف، وفي صوته صحل، وفي عنقه سطع، أحور، أكحل، أزج، أقرن، شديد سواد الشعر، إذا صمت علاه الوقار، وإن تكلم علاه البهاء، أجمل الناس وأبهاهم من بعيد، وأحسنه وأحلاه من قريب، حلو المنطق،

 

Artinya: "Umm Ma'bad al-Khaza'iyah berkata tentang Rasulullah SAW, saat beliau melewati kemahnya dalam perjalanan hijrah: Nabi memiliki penampilan yang cerah, wajahnya bersih, akhlaknya baik, tidak lelah dengan kesabarannya, dan tidak sombong dengan keagungannya. Beliau tampan dan memiliki paras yang indah. Di matanya ada warna hitam pekat, di bulu matanya ada bulu yang halus, di suaranya ada suara yang keras, dan di lehernya ada lekuk yang indah. Nabi bermata biru, bermata hitam, berhidung mancung, dan berkumis. Rambutnya sangat hitam. Jika beliau diam, beliau tampak berwibawa. Jika beliau berbicara, beliau tampak agung. Beliau adalah orang yang paling tampan dan agung dari jauh, dan orang yang paling baik dan manis dari dekat."

 

Selanjutnya, dalam perjalanan dakwahnya Nabi Muhammad SAW sering kali mengalami berbagai macam perlakuan buruk dari orang-orang kafir Quraisy, mulai dari dimaki, dihina, sampai dianiaya. Namun, Nabi SAW tidak pernah membalas dendam kepada orang yang menyakitinya, justru sebaliknya memaafkan dan mendoakan mereka semua.

 

Pada suatu kesempatan, Nabi SAW memiliki peluang untuk membalas kaum musyrikin, setelah mereka kalah dalam perang Badar. Akan tetapi Rasulullah tidak pernah membalas, justru Nabi SAW memberi mereka pilihan untuk bebas atau menjadi tawanan. Jika mereka memilih untuk bebas, maka mereka harus membayar tebusan.

 

Hal ini menunjukkan akhlak yang mulia dan perilaku yang terpuji dari Nabi Muhammad. Hal ini menarik hati orang lain untuk mengenal Islam. Lebih dari itu, hal ini menggambarkan bahwa Islam mengajarkan kepada kita untuk bersikap adil dan bijaksana dalam segala hal, termasuk dalam berdakwah. Kita harus mengajak orang lain kepada Islam dengan cara yang santun dan penuh kasih sayang. Kita tidak boleh memaksakan orang lain untuk masuk Islam.

 

Pada sisi lain, Profesor Quraish Shihab, yang bisa dibicarakan dalam maulid adalah akhlak Nabi dalam membangun rumah tangga. Misalnya, saat Rasulullah SAW membangun rumah tangga dengan Aisyah RA. Keduanya membangun mahligai dengan penuh kasih sayang dan saling menghormati. Nabi Muhammad senantiasa mempraktikkan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam perkataan maupun perbuatan. 

 

Dalam membangun rumah tangga Rasulullah SAW sangat menyayangi Aisyah RA, dan Aisyah RA juga sangat menyayangi Rasulullah SAW. Hal ini terlihat dari banyaknya hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA tentang kehidupan pribadi Rasulullah SAW. Pun, Rasulullah SAW selalu menghormati Aisyah RA, baik di depan umum maupun di belakang umum. Nabi tidak pernah sekalipun berkata kasar kepada Aisyah RA, dan beliau selalu mendengarkan pendapat Aisyah RA. “Nabi sangat mesra dengan istrinya Aisyah, bahkan minum dari bekas bibirnya di gelas,” lanjut Prof Quraish Shihab.