Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
NU Online · Kamis, 31 Juli 2025 | 20:00 WIB
Sunnatullah
Kolomnis
Salah satu kelalaian terbesar manusia adalah menunda-nunda amal kebaikan dengan anggapan masih ada waktu panjang di depan, padahal ajal bisa datang kapan saja. Banyak yang terbuai oleh angan-angan panjang umur, dan lupa bahwa kematian adalah kepastian yang waktunya tersembunyi. Karenanya, sudah selayaknya kita memanfaatkan setiap detik hidup dengan ibadah dan kebaikan, sebelum maut menjemput secara tiba-tiba dan meninggalkan penyesalan yang tak berguna.
Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji syukur alhamdulillahi rabbil alamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua. Dia yang menetapkan ajal setiap manusia tanpa bisa dimajukan atau dimundurkan sesaat pun.
Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli wa sallim ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala alih wa sahbih, sang pembawa cahaya di tengah kelamnya dunia.
Selanjutnya, khatib mengingatkan bahwa hidup hanyalah sekejap, sedangkan kematian adalah pintu yang pasti kita masuki. Maka mari kita gunakan sisa waktu ini untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan memperbanyak amal saleh yang bisa kita lakukan. Karena ia yang akan menjadi satu-satunya bekal yang akan kita bawa menuju akhirat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artinya, “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Tidak ada satu pun di antara kita yang tahu kapan ajal akan tiba. Tidak ada manusia yang bisa memastikan bahwa ia akan membuka matanya esok pagi, atau ia masih sempat pulang ke rumah sore nanti. Sebab kematian datang tanpa aba-aba dan tanpa pengingat waktu. Ia bisa menjemput di tengah tawa, di sela-sela rencana, atau bahkan di saat kita merasa paling sehat dan paling aman. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Artinya, “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” (QS Al-A’raf, [7]: 34).
Dalam ayat yang lain, Allah berfirman bahwa ajal atau kematian akan datang dengan sebenar-benarnya, tanpa bisa dielakkan, tanpa bisa ditunda, dan tanpa bisa ditawar.
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Artinya, “(Seketika itu) datanglah sakratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak engkau hindari.” (QS Qaf, [50]: 19).
Dua ayat di atas merupakan sebuah realitas yang tidak bisa kita bantah, bahwa cepat atau lambat, kematian akan datang menjemput. Kita mungkin bisa menghindari banyak hal dalam hidup, seperti kesusahan, kegagalan, bahkan musibah, tetapi tidak dengan kematian. Sebab ia adalah janji Allah yang pasti datangnya.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Ajal bisa datang kapan saja. Maka jangan tunggu esok untuk berbuat baik. Jangan tunda kebaikan dengan dalih menunggu waktu yang lebih lapang. Karena bisa jadi, waktu yang kita tunggu tidak akan pernah datang. Maka siapa yang hari ini hidup dalam semangat memberi dan berbuat baik, dialah yang sejatinya sedang mempersiapkan kematiannya dengan baik.
Demikian salah satu hikmah disembunyikannya waktu kematian menurut Syekh Muhammad Mutawalli asy-Syarawi, yaitu agar setiap manusia selalu mempersiapkan diri dengan senantiasa istiqamah dalam melakukan amal saleh dan perbuatan-perbuatan baik. Dalam kitab Tafsir asy-Syarawi al-Khawathir, jilid XIX, halaman 176,
أَخْفَى اللهُ الْقِيَامَةَ وَأَخْفَى الْمَوْتَ لِنَظلَّ عَلىَ ذِكْرٍ لَهُ نَتَوَقَّعُهُ فِي كُلِّ لَحْظَةٍ فَنَعْمَل لَهُ، فَفِي إِبْهَامِ مَوْعِدِ الْقِيَامَةِ وَسَاعَةِ الْمَوْتِ عَيْنُ الْبَيَانِ لِكُلٍّ مِنْهُمَا، فَالْإِبْهَامُ أَشَاعَهُ فِي كُلِّ وَقْتٍ
Artinya, “Allah menyembunyikan (waktu) kiamat dan menyembunyikan (waktu) kematian agar kita senantiasa mengingatnya dan selalu mengantisipasinya di setiap saat, sehingga kita beramal untuknya. Maka dalam ketidakjelasan tentang waktu kiamat dan saat kematian, justru terdapat penjelasan yang sangat nyata bagi keduanya. Karena ketidakjelasan itu telah menyebarkan kewaspadaan di setiap waktu.”
Karenanya, mari gunakan peran dan profesi kita masing-masing untuk menyiapkan bekal akhirat. Pegawai dan karyawan, bekerjalah dengan jujur, kerjakan tugas dengan amanah dan hindari manipulasi. Pejabat dan pemegang amanah, manfaatkan jabatan untuk melayani bukan mencari keuntungan pribadi. Petani dan buruh, niatkan setiap tetes keringat sebagai ibadah, karena rezeki yang halal datang dari kerja keras yang ikhlas.
Kemudian pedagang dan pelaku usaha, mari jujur dalam timbangan, jauhi riba, dan bahagiakan pembeli dengan pelayanan yang baik. Suami, jadilah pemimpin yang adil dan bertanggung jawab di rumah tangga. Jangan biarkan keluarga kehilangan arah. Istri, jadilah penyejuk dan penuntun dalam rumah. Karena kebaikan rumah tangga banyak bertumpu pada kelembutan dan kebijaksanaannya.
Termasuk juga para penjual jasa, guru, seniman, tukang ojek, penjahit, penulis, dan profesi lainnya, jangan remehkan pekerjaan sehari-hari. Selama diniatkan untuk Allah dan membawa manfaat, semua itu adalah amal yang besar nilai pahalanya di sisi Allah swt.
Maka jika kita berada di salah satu pekerjaan di atas, mari jangan tunda untuk melakukan kebaikan melalui profesi masing-masing, karena sungguh merugi orang-orang yang hidupnya hanya untuk menunda amal saleh.
Itulah mengapa para ulama sangat takut menyia-nyiakan satu hari pun tanpa mengerjakan kebaikan. Bahkan ada yang selama tiga puluh tahun mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Hal ini sebagaimana ditulis oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin, jilid IV, halaman 456,
قَالَ الْقَعْقَاعُ بْنُ حَكِيْمٍ: قَدِ اسْتَعْدَدْتُ لِلْمَوْتِ مُنْذُ ثَلاَثِيْنَ سَنَةً فَلَوْ أَتَانِي مَا أَحْبَبْتُ تَأْخِيْرَ شَيْءٍ عَنْ شَيْءٍ
Artinya, “al-Qa’qa’ bin Hakim berkata, ‘Aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian sejak tiga puluh tahun yang lalu. Maka andai saja kematian datang menjemputku sekarang, aku tidak akan ingin menunda satu urusan pun dari urusan yang lain.’”
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Dengan demikian, salah satu hikmah disembunyikannya waktu kematian adalah agar setiap jiwa senantiasa hidup dalam kesiapsiagaan. Karena kematian tak menunggu kita bertobat, tidak menunggu anak kita besar, atau impian kita selesai. Kematian datang seketika, kadang di waktu kita belum benar-benar siap, dan tidak sempat membenahi amal kebaikan. Maka teruntuk kita semua yang masih bisa bernafas saat ini, perbanyaklah amal yang bermanfaat. Amal yang menyejukkan pusara, yang memberatkan timbangan, dan yang menyelamatkan kita dari penyesalan.
Semoga khutbah ini menjadi peringatan yang menggugah hati kita, menjadi pelita yang menuntun langkah kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal terbaik menuju kehidupan abadi. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menyiapkan Bekal Akhirat Sebelum Datang Kematian
2
Menyelesaikan Polemik Nasab Ba'alawi di Indonesia
3
Khutbah Jumat: Tetap Tenang dan Berpikir jernih di Tengah Arus Teknologi Informasi
4
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Lengkap Pengurus PP ISNU Masa Khidmah 2025-2030
5
Rekening Bank Tak Aktif 3 Bulan Terancam Diblokir, PPATK Klaim untuk Lindungi Masyarakat
6
Khutbah Jumat: Perhatian Islam Terhadap Kesehatan Badan
Terkini
Lihat Semua