Suka Komentar dan Share Apa Saja Menurut Ibnu Athaillah
Sab, 10 Maret 2018 | 14:02 WIB
Karakter orang semacam ini pernah disebut oleh Syekh Ibnu Athaillah dalam salah satu hikmahnya berikut ini:
Artinya, “Orang yang kaulihat menjawab segala pertanyaan, mengungkapkan segala yang disaksikan, dan menyebutkan semua yang diketahuinya, maka jadikan itu sebagai tanda ‘kebodohannya’.”
Mengenai hikmah ini, Syekh Syarqawi menerangkan bahwa tidak semua informasi harus di-share kepada orang lain. Pasalnya, tingkat kebutuhan seseorang atas informasi yang kita miliki berbeda-beda. Bisa jadi informasi yang kita ketahui tidak dibutuhkan oleh mereka. Bisa jadi juga niat baik kita menyampaikan informasi tersebut disalahpahami oleh mereka sebagai diterangkan Syekh Syarqawi berikut ini:
Artinya, “Sesuatu peristiwa (spiritual) yang disaksikan tidak bisa disampaikan kecuali dengan isyarat dan petunjuk. Penggunaan ungkapan verbal hanya membuat masyhur dan hampa. Ungkapan atas peristiwa tersebut hanya menambah samar dan tertutup karena persoalan ‘rasa’ mustahil dijangkau dengan ungkapan-ungkapan lisan. Pengungkapan semua pengetahuan yang diketahuinya menandai bahwa ia tidak membedakan segala jenis pengetahuan. Sejumlah pengetahuan kadang tidak sah untuk diungkapkan karena mengakibatkan mudharat, mafsadat, dan pengingkaran orang lain terhadapnya. Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, sebagian ilmu itu ada yang seperti sesuatu yang tersembunyi. Ia tidak dapat diketahui kecuali oleh al-alim billah atau ulama. Bila mereka mengungkapkannya, maka orang-orang yang terpedaya oleh Allah akan mengingkarinya,’” (Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Indonesia: Al-Haramain, 2012] cetakan pertama, halaman 59-60).
Hal ini juga senada dengan keterangan Syekh Ahmad Zarruq bahwa informasi bersifat umum dan khusus. Ada informasi yang bisa menjadi konsumsi umum. Tetapi ada juga informasi yang bersifat khusus sehingga cukup menjadi konsumsi orang-orang tertentu saja di samping daya tangkap pesan tiap orang berbeda-beda sebagai ketupan Syekh Ahmad Zarruq berikut ini:
Artinya, “Yang tepat, tentu tafsil. Kalau hanya nasihat dan peringatan, maka itu untuk konsumsi orang khusus dan umum. Sedangkan keterangan dan penegasan, maka itu konsumsi orang khusus yang terdiri dari kalangan pecinta Allah (muhibbin) dan kelompok khusus selain mereka. Tetapi terkait informasi keadaan batin dan kedudukan-kedudukan spiritual, maka itu khusus konsumsi kalangan murid dan salik. Setiap kedudukan ada bahasanya sendiri. Setiap perbuatan ada orangnya sendiri.” (Lihat Syekh Zarruq, Syarhul Hikam, [Mesir: As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H], halaman 79).
Semoga kita termasuk orang yang berbagi informasi sesuai dengan kebutuhan orang lain dan memahami konteks dan situasinya. Semoga kita termasuk orang yang berbicara sesuai porsi dan kapasitas kita tanpa memaksakan diri. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
Terpopuler
1
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
2
Khutbah Jumat: Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah
3
Harlah Ke-74: Ini Asas, Tujuan, dan Lirik Mars Fatayat NU
4
Kajian Lengkap Kriteria Miskin bagi Pekerja dalam Bab Zakat
5
3 Hakim Nyatakan Dissenting Opinion, Paslon 01 dan 03 Terima Putusan MK
6
Kasus DBD Melonjak, Berikut Cara Pencegahannya Menurut Dokter
Terkini
Lihat Semua