Teladan Rasulullah dalam Menjaga Kebersihan dan Keharuman Badan
Senin, 26 Agustus 2024 | 07:00 WIB
Alwi Jamalulel Ubab
Kolomnis
Kebersihan dan keharuman memiliki tempat yang sangat istimewa, terutama dalam konteks kehidupan Nabi Muhammad. Salah satu aspek penting dari ajaran beliau adalah perhatian yang mendalam terhadap kebersihan dan penggunaan wewangian.
Nabi Muhammad dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap badan yang harum dan sering kali menggunakan berbagai jenis parfum dan minyak wangi. Kebiasaan ini bukan hanya sebagai bentuk perawatan diri, tetapi juga sebagai cerminan dari adab dan kesopanan dalam bersosialisasi.
Dalam praktiknya sehari-hari, kebiasaan Nabi untuk menjaga agar tubuh tidak bau badan juga mencerminkan kepekaan etis beliau dalam bersosialisasi dengan orang banyak, sehingga wibawa dalam membawa ajaran agama Islam tetap terjaga.
Apabila kita mengacu kepada banyak literatur hadits, kita mendapati beberapa paparan sahabat bahwa Nabi menyukai kebersihan dan keharuman badan. Berikut penjelasannya:
1. Memperhatikan kebersihan gigi
Nabi Muhammad menekankan kepada para sahabatnya terkait pentingnya kebersihan gigi agar terhindar dari bau mulut. Salah satu praktik yang sering dilakukan Nabi adalah menggunakan siwak, sebuah kayu alami yang berfungsi sebagai sikat gigi untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Nabi Muhammad saw bersabda:
وَقَالَتْ عَائِشَةُ: عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
Artinya, “Aisyah berkata, dari Nabi Muhammad saw, bahwa siwak dapat membersihkan mulut, dan mendapatkan ridha dari Allah”. (HR. Al-Bukhari).
Imam Al-Qasthalani mengutip pendapat Ath-Thibi terkait hadits di atas, bahwa orang yang bersiwak akan mencapai kesucian dan mendapatkan ridha Tuhannya. Dengan bersiwak, seseorang menjadi bersih dan siwak tersebut menjadi perantara untuk memeroleh ridha Allah. (Irsyadus Sari, [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 1996], jilid IX, hal. 488).
Bahkan, dalam redaksi lain disebutkan bahwa Nabi Muhammad hampir mewajibkan siwak setiap kali selesai berwudhu. Beliau bersabda:
وَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ
Artinya, “Abu Hurairah berkata, dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda, ‘Seandainya aku tidak khawatir akan membuat susah umatku, maka aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak setiap selesai berwudhu’.” (HR. Al-Bukhari).
Al-Munawi juga menjelskan, siwak dapat menghilangkan kotoran yang tampak, sedangkan wudhu dapat menghilangkan kotoran yang tampak maupun tidak. Keduanya adalah kebersihan yang merupakan fondasi keimanan. (Faidhul Qadhir, [Mesir: Maktabah At-Tijariyah Al-Kubra, 1356 H], jilid IX, hal 148).
Dengan menjaga kebersihan gigi, Nabi mengajarkan bahwa merawat diri adalah bagian dari menjaga kesehatan dan bentuk ibadah kepada Allah. Ajaran ini menunjukkan betapa pentingnya gigi yang bersih dalam kehidupan sehari-hari, baik dari segi kesehatan maupun spiritual.
Baca Juga
Tiga Kotoran Hati Ini Harus Dibersihkan
2. Menganjurkan mandi dan memakai parfum saat hendak berangkat shalat Jumat
Shalat Jumat adalah momen penting bagi umat Islam, di mana Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk mandi dan memakai parfum sebelum berangkat ke masjid. Anjuran ini tidak hanya tentang kebersihan fisik, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap ibadah dan kesiapan spiritual dalam menghadap Allah dengan sebaik-baiknya. Simak hadits riwayat Ibnu Majah berikut:
إِنَّ هَذَا يَوْمُ عِيدٍ جَعَلَهُ اللَّهُ لِلْمُسْلِمِينَ، فَمَنْ جَاءَ إِلَى الْجُمُعَةِ فَلْيَغْتَسِلْ، وَإِنْ كَانَ طِيبٌ فَلْيَمَسَّ مِنْهُ، وَعَلَيْكُمْ بِالسِّوَاكِ
Artinya, “Sesungguhnya hari ini adalah hari raya yang Allah tetapkan bagi kaum muslimin, maka siapa yang hendak datang ke shalat Jumat, hendaknya ia mandi, dan jika ada wewangian, hendaknya ia memakainya, serta gunakanlah siwak.” (HR Ibnu Majah).
Kesunnahan mandi, memakai parfum, dan bersiwak sebelum berangkat shalat Jumat, sebagaimana dijelaskan dalam hadits di atas, menunjukkan perhatian Nabi Muhammad terhadap kebersihan diri. Hal ini penting karena orang yang hendak shalat Jumat akan berinteraksi dan bertemu dengan orang lain di tempat umum.
3. Kebersihan adalah fondasi Islam
Setiap muslim diajarkan untuk selalu menjaga kebersihan diri, pakaian, dan tempat ibadahnya. Praktik tersebut mencerminkan kebersihan sebagai aspek integral dari keimanan. Selain itu, kebersihan dalam Islam juga bukan hanya tentang kesehatan, tetapi juga tentang kedekatan dengan Sang Pencipta.
Bukti Nabi Muhammad saw menyukai kebersihan tertera dalam hadits hadits riwayat Ath-Thabrani berikut:
تَنَظَّفُوْا بِكُلِّ مَا اِسْتَطَعْتُمْ فَاِنَ اللهَ تَعَالَي بَنَي الاِسْلاَمَ عَلَي النَظَافَةِ وَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلاَ كُلُّ نَظِيْفٍ
Artinya, “Bersihkanlah dirimu dengan segala kemampuan yang kamu miliki, karena sesungguhnya Allah SWT mendasarkan Islam pada kebersihan, dan tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih.”
Dalam hadits tersebut, terdapat dua poin penting yang dapat diambil: Islam dibangun di atas prinsip kebersihan, dan hanya orang yang menjaga kebersihan yang berpotensi masuk ke surga. Dari hadits ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad sangat menekankan pentingnya kebersihan dalam Islam.
Al-Munawi menjelaskan bahwa frasa “semampu kamu” dalam hadits tersebut merujuk pada segala cara yang dapat digunakan untuk membersihkan diri, seperti bersiwak, bercukur, menghilangkan kotoran, dan menjaga kebersihan badan serta pakaian.
Hadits ini juga menggambarkan Islam sebagai sebuah bangunan yang didirikan di atas dasar kebersihan. Keterangan ini menunjukkan bahwa syariat Islam sangat menekankan kebersihan. Maksud dari pernyataan bahwa hanya orang bersih yang dapat masuk ke dalam surga adalah orang-orang yang bersih lahir batin, bukan lahir saja. (Al-Munawi, jilid III, hal. 270).
Kesimpulannya, melalui teladan Nabi Muhammad kita dapat memahami bahwa menjaga kebersihan adalah bagian penting dari ajaran Islam, termasuk kebersihan fisik. Nabi menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan dan keharuman, terutama saat berinteraksi dengan orang lain. Wallahu a’lam
Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon
Terpopuler
1
Pengurus JATMAN 2025-2030 Terima SK Kepengurusan dari PBNU
2
Hukum dan Tata Cara Shalat Sunnah pada Malam Nisfu Syaban
3
Arifatul Choiri Fauzi Pimpin PP Muslimat NU Periode 2025-2030
4
Profil Arifatul Choiri Fauzi, Nakhoda Baru PP Muslimat NU 2025-2030
5
4 Ragam Membaca Yasin pada Malam Nisfu Sya'ban
6
Khutbah Jumat: Beramallah, Rezeki Kita akan Berkah dan Bertambah
Terkini
Lihat Semua