Syariah

14 Kemuliaan Orang Takwa yang Diperoleh di Dunia

Kam, 6 Februari 2020 | 05:00 WIB

14 Kemuliaan Orang Takwa yang Diperoleh di Dunia

Imam al-Ghazali merinci ada 40 keutamaan yang didapatkan orang yang bertakwa: 20 di dunia dan 20 di akhirat.

Di balik perintah Allah selalu tersimpan banyak keutamaan, kemuliaan, rahasia, dan hikmah yang sangat mendalam. Demikian halnya perintah takwa yang tersebar dalam ayat-ayat Al-Quran.

 

Secara bahasa, takwa berarti ‘takut’, ‘waspada’, atau ‘hati-hati.’ Makna bahasa ini pula yang kemudian berkembang menjadi makna istilahnya, dimana takwa diartikan sebagai rasa takut, waspada, dan hati hati atas apa yang telah ditetapkan Allah, baik perintah maupun larangan. Tak heran bila takwa dipahami sebagai kepatuhan atau ketaatan terhadap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

 

Selanjutnya, al-Ghazali merinci ada 40 keutamaan yang didapatkan orang yang bertakwa: 20 di dunia dan 20 di akhirat. Berikut ini adalah 20 keutamaan orang takwa yang akan didapatkan di dunia, namun dipadatkan dan digabungkan menjadi 14 poin dengan beberapa penjelasan seperlunya.

 

Pertama, mendapat pujian Allah, janji pembalasan dan karunia-Nya. Bayangkan betapa gembiranya seseorang saat mendapat sanjungan dari makhluk dan nama baiknya disebut-sebut di hadapan khalayak. Lantas bagaimana jika mendapat sanjungan dari Dzat Yang Maha Kuasa. Salah satunya dalam ayat berikut, Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar, (QS. Ali ‘Imran [3]: 171-172).

 

Kedua, mendapat ucapan terima kasih dan penghormatan dari Allah. Penghormatan dari makhluk saja terkadang membuat seseorang terhormat, merasa bangga dan mulia, bagaimana jika penghormatan itu datang Dzat Yang Maha Mulia.

 

Keitga, dicintai oleh Allah. Permintaan apa pun terhadap sang kekasih, pasti diberi. Terlebih jika kekasihnya adalah Dzat yang memiliki segalanya. Hal itu salah satunya diungkapkan dalam ayat berikut, Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa, (QS. at-Taubah [9]: 7).

 

Keempat, urusannya ditangani, diatur, dan diawasi langsung oleh Allah, sebagaimana ayat perintah takwa berikut ini, yang diakhiri dengan janji pengawasan-Nya, Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu, (QS. An-Nisa’ [4]: 1).

 

Kelima, dihilangkan kesulitannya, selalu diberi jalan keluar bagi masalahnya, dan diberi rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka, sebagaimana firman Allah, Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya, (Q.S. ath-Thalaq [65]: 2-3).

 

Keenam, selalu ditolong dan dilindungi Allah dari perbuatan orang-orang yang zalim dan berniat buruk.

 

Ketujuh, selalu merasa ditemani dan diberi ketenangan, sehingga tidak takut terhadap keadaan apa pun, tidak takut terhadap perubahan dan kesulitan apa pun.

 

Kedelapan, dianugerahi kemuliaan diri, tidak mau direndahkan atau dilalaikan oleh dunia dan para pemiliknya. Interaksinya dengan dunia hanya sebatas di tangan saja, tidak sampai ke dalam hati kecuali yang berkaitan dengan urusan akhirat. Dirinya sadar akan ayat yang menyatakan, Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, (QS. Al-An‘am [6]: 32).

 

Kesembilan, selalu diberi kelapangan dan kekayaan hati. Sedangkan orang yang kaya hati lebih kaya dari orang yang kaya dunia. Hatinya selalu diliputi ketenangan, tidak kaget dengan ujian dan tipu daya makhluk, tidak sedih dengan kehilangan sesuatu, sebab hatinya yakin apa pun yang menimpa Allah berasal dari Allah, sedangkan Dia adalah Dzat yang dicintainya.

 

Kesepuluh, hatinya selalu terang dengan cahaya, petunjuk, rahasia Allah, hikmah, dan ilmu, sebagaimana firman Allah, Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. QS. Al-Baqarah [2]: 282).

 

Kesebelas, dicintai, dihormati, bahkan disegani oleh makhluk, baik oleh orang alim maupun orang awam, baik orang yang baik maupun orang yang jahat. Pasalnya, Allah meletakkan keagungan, kecintaan, dan karismatik pada dirinya, sehingga membuat orang lain segan dan tak berani melakukan sesuatu yang tak pantas.

 

Kedua belas, diberikan keberkahan dalam hidupnya. Keberkahan sendiri berarti bertambahnya kebaikan terhadap kebaikan yang ada. Keberkahan dalam ilmu, usia, harta, dan keturunan, misalnya. Semakin banyak ilmunya, semakin banyak amalnya. Semakin banyak hartanya, semakin banyak sedekahnya. Dan seterusnya.

 

Ketiga belas, doanya mustajab dan pembicaraannya tajam. Tidaklah meminta sesuatu kecuali dikabulkan oleh Allah, tidaklah meminta satu pertolongan, kecuali akan ditolong. Tidaklah melontarkan satu sumpah, kecuali akan terjadi.

 

Keempat belas, dibukakannya kunci-kunci kekayaan langit dan bumi. Apa pun yang diinginkannya, terkabulkan. Ingin makanan tertentu, misalnya, niscaya Allah akan mengabulkannya, baik melalui perantara makhluk maupun perantara malaikat. Bahkan, hewan buas sekalipun tunduk kepadanya.

 

Dua keutamaan terakhir ini lebih sering disebut dengan “karamah”, artinya perkara luar biasa yang mengalir dari tangan orang-orang takwa, orang saleh, takut pada Allah, dan orang-orang yang dikasihi-Nya (wali). Sehingga bilamana perkara itu keluar dari selain orang takwa atau selain orang saleh, maka bukanlah karamah, melainkan khidzlan, istidraj, atau idhlal. (Lihat: al-Ghazali, Minhajul ‘Abidin, [Surabaya: Maktabah Muhammad ibn Ahmad], hal. 104-105). Wallahu a’lam.

 

 

Penulis: M. Tatam Wijaya

Editor : Mahbib