Doa

Doa Rasulullah Mohon Kebaikan dalam Urusan Dunia dan Akhirat

Ahad, 28 Juli 2024 | 14:30 WIB

Doa Rasulullah Mohon Kebaikan dalam Urusan Dunia dan Akhirat

Doa Rasulullah untuk Kebaikan Urusan Dunia Akhirat. (Foto: NU Online/Freepik)

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali dihadapkan pada berbagai macam tantangan yang memerlukan bimbingan dan pertolongan dari Allah. Rasulullah Muhammad saw dalam banyak hadits memberikan contoh doa-doa yang bisa kita panjatkan untuk memohon kebaikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu urusan dunia maupun agama atau akhirat.


Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah adalah doa yang memohon kebaikan dalam urusan agama, dunia, dan akhirat. Doa ini sangat bermanfaat dan tidak hanya sekadar dapat dibaca, namun juga menjelaskan bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.


Doa yang diajarkan oleh Rasulullah saw ini diriwayatkan dalam beberapa hadits, salah satunya oleh Muslim dalam Shahih-nya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, doa tersebut adalah sebagai berikut:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ.


Allâhumma ashliḫ lî dînî alladzî huwa 'ishmatu amrî, wa ashliḫ lî dunyâya allatî fîhâ ma'âsyî, wa ashliḫ lî âkhiratî allatî fîhâ ma'âdî, waj'alil ḫayâta ziyâdatan lî fî kulli khairin, waj'alil mawta râḫatan lî min kulli syarr.


Artinya: “Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi pelindung urusanku, perbaikilah duniaku yang di dalamnya ada kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang di sana tempat kembaliku. Jadikanlah hidup ini sebagai tambahan segala kebaikan bagiku, dan jadikanlah kematian sebagai istirahat dari segala keburukan.” (HR Muslim) 


Doa ini mengandung beberapa elemen penting yang mencerminkan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupan dunia dan persiapan menuju akhirat.


1. Memohon Kebaikan dalam Urusan Agama

Rasulullah saw memulai doa dengan memohon kepada Allah agar memperbaiki agamanya, yang merupakan pelindung urusan. Dalam hal ini, agama menjadi fondasi utama dalam kehidupan seorang Muslim. 


Dengan memiliki fondasi agama yang baik, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan dengan petunjuk yang jelas, terhindar dari kesalahan, dan mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah. Agama yang baik juga menjadi penjaga dari perbuatan dosa dan maksiat yang dapat merusak kehidupan dunia dan akhirat. Apabila agama pada diri seorang Muslim telah rusak, maka niscaya aspek lainnya akan ikut rusak sebagaimana penjelasan al-Munawi. (Al-Munawi, Faydhul Qadir, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 1994], jilid VIII, hal. 347).


2. Memohon Kebaikan dalam Urusan Dunia

Setelah memohon kebaikan dalam urusan agama, Rasulullah saw melanjutkan dengan memohon agar dunia yang menjadi tempat hidupnya juga diperbaiki. Dunia di sini mencakup segala aspek kehidupan duniawi seperti pekerjaan, kesehatan, dan hubungan sosial. 


Dengan memohon kebaikan dalam urusan dunia, seorang Muslim berharap agar segala keperluan dunianya terpenuhi dengan cara yang baik dan halal, yang akan mendukungnya dalam menjalankan ibadah dan memenuhi kewajiban agama serta terhindar dari kesengsaraan (Saifuddin ad-Dahlawi, Lama’atut Tanqih fi Syarh Misykatil Mashabih, [Damaskus: Darun Nawadir, 2014], jilid V, hal. 252).


3. Memohon Kebaikan dalam Urusan Akhirat

Selanjutnya, Rasulullah saw memohon agar akhiratnya diperbaiki. Akhirat adalah tempat kembalinya setiap manusia setelah kehidupan dunia. Memohon kebaikan dalam urusan akhirat berarti memohon agar Allah memberikan petunjuk dan kekuatan untuk melakukan amal saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa, dan senantiasa berada di jalan yang diridhai oleh-Nya. 


Dengan demikian, seorang Muslim berharap dapat meraih keselamatan dan kebahagiaan di akhirat. Menurut al-Munawi, salah satu bentuk meminta kebaikan dalam urusan akhirat adalah memohon hidayah supaya diberi rasa takut terhadap ancaman dan larangan dan diberi ketaatan dalam perintah agama. (Al-Munawi, Faydhul Qadir, jilid VIII, hal. 347).


4. Menjadikan Hidup sebagai Tambahan Kebaikan

Bagian doa ini mengajarkan bahwa hidup harus diisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat. Rasulullah saw memohon agar hidupnya menjadi sarana untuk menambah kebaikan. Artinya, setiap waktu yang diberikan di dunia ini harus digunakan untuk meningkatkan amal saleh, memperbaiki diri, dan membantu sesama. 


Hidup di dunia adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah untuk memperbaiki diri dan berbuat baik sebanyak mungkin sebelum ajal menjemput. (Al-Munawi, Faydhul Qadir, jilid VIII, hal. 347).


5. Memohon Kematian sebagai Istirahat dari Keburukan

Terakhir, doa ini juga mencakup permohonan agar kematian menjadi istirahat dari segala keburukan yang pernah, sedang atau akan dilakukan. Rasulullah saw mengajarkan untuk memandang kematian sebagai bagian dari takdir Allah yang harus diterima dengan lapang dada. 


Kematian bagi seorang Muslim adalah perpindahan dari kehidupan dunia yang penuh dengan cobaan dan ujian menuju kehidupan yang abadi di akhirat. Dengan demikian, kematian dapat menjadi istirahat dan pembebasan dari segala kesulitan dan keburukan dunia (Saifuddin ad-Dahlawi, Lama’atut Tanqih fi Syarh Misykatil Mashabih, jilid V, hal. 252).


Doa ini sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dalam urusan agama, dunia, maupun persiapan untuk akhirat, seorang Muslim dianjurkan untuk senantiasa berdoa kepada Allah. 


Menurut ath-Thibi, doa ini memang ringkas lafaznya, akan tetapi maknanya sangat luas. Alasannya, karena ia mencakup permohonan akan kebaikan dalam urusan hidup di dunia dan akhirat. (Al-Munawi, Faydhul Qadir, jilid VIII, hal. 347).


Doa ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Seringkali, kita terlalu fokus pada salah satu aspek dan melupakan yang lainnya. Padahal, Islam mengajarkan keseimbangan dalam segala hal.


Selain itu, doa ini mengandung pelajaran tentang pentingnya tawakkal (berserah diri) kepada Allah. Meskipun kita berusaha semaksimal mungkin dalam urusan dunia dan agama, hasil akhirnya tetap berada di tangan Allah. Dengan berdoa, kita menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah dan keyakinan bahwa segala sesuatu hanya bisa terjadi dengan izin-Nya.


Sebagai penutup, doa ini adalah bentuk manifestasi dari pengakuan kita sebagai hamba Allah yang lemah dan membutuhkan petunjuk-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dengan mengamalkan doa ini, kita diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik, tidak hanya di dunia tetapi juga dalam mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akhirat.


Amien Nurhakim, Penulis Keislaman NU Online dan Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas PTIQ, Jakarta