Sirah Nabawiyah

Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab

Ahad, 29 Juni 2025 | 17:00 WIB

Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab

Makam Nabi Daniel di Iran. (irna.ir)

Nabi Daniel ‘alaihissalam merupakan salah satu utusan Allah yang diperkirakan hidup di masa raja kekaisaran Babilonia Baru, Nebukadnezar II atau dalam literatur Arab sering disebut dengan nama Bakhytanashar. Dalam catatan Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri (w. 487 H) yang merujuk pada informasi Persia dikatakan bahwa:

 

إنّ دانيال كان بين نوح وإبراهيم

 

Artinya: “Sesungguhnya (masa hidup) Daniel di antara (masa hidup) Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim.” (Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri, al-Masâlik wa al-Mamâlik [Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2003] jilid 1, hal. 87)

 

Menurut Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri, informasi tersebut telah terkonfirmasi kebenarannya meski tidak dijelaskan secara detail apa yang dimaksud dengan “konfirmasi” menurut Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri tersebut. Namun, jika membaca seluruh bab yang ditulis Imam Abu ‘Ubaid tentang Nabi Daniel, bisa disimpulkan bahwa konfirmasi yang dimaksud adalah ditemukannya jasad Nabi Daniel di Shush (sekarang Iran) yang pada zaman dulu merupakan bagian dari Persia.

 

Artinya, informasi Persia tersebut sesuai dengan letak ditemukannya jasad Nabi Daniel sehingga memiliki tingkat kemungkinan benar yang cukup tinggi. Meski demikian, masih perlu dilakukan kajian lebih dalam mengenai masa hidup Nabi Daniel, apakah ia benar-benar hidup di masa itu atau tidak. Karena menurut sejarah umum, masa hidup Nebukadnezar II jauh setelah Nabi Ibrahim.

 

Dalam kitabnya, Imam Abu’ Ubaid mengutip kitab al-Aqwal dalam menceritakan penemuan jasad Nabi Daniel. Dia menulis:

 

لمّا فتحوا السّوس وأميرهم أبو موسى الأشعري وجدوا دانيال في جرن وإلى جنبه مال موضوع من شاء اقترض منه إلى أجل، فإن أتى به إلى ذلك الأجل وإلّا برص. والتزمه أبو موسى وقبّله وقال: دانيال وربّ الكعبة. وكتب في شأنه إلى عمر، فكتب عمر إليه: كفّنه وحنّطه وصلّ عليه وادفنه كما دفنت الأنبياء واجعل ماله في بيت مال المسلمين. قال: فكفّنه في قباط بيض وصلّى عليه ودفنه

 

Artinya: “Ketika mereka (pasukan Islam) menaklukkan Shush dan komandannya adalah Abu Musa al-Asy'ari, mereka menemukan Daniel dalam sebuah lubang dengan sejumlah harta benda di sampingnya yang bisa dipinjam siapa saja dengan tenggat waktu tertentu. Jika harta benda tersebut tidak dikembalikan pada tenggat waktu, peminjamnya akan terkena penyakit kusta. Abu Musa al-Asy'ari memeluknya dan berkata: "Daniel, demi Tuhan yang memiliki Ka'bah." (Lalu) dia menulis surat kepada (Khalifah) Umar (bin Khattab) mengenai penemuan tersebut. Umar kemudian menulis surat balasan: "Kafanilah dia, balsamlah, shalatilah, dan makamkanlah seperti para nabi lainnya. Simpanlah harta benda (peninggalan)nya di Baitul Mal umat Islam." Maka mereka mengafaninya dengan kain putih, menyalatkannya, dan memakamkannya.” (Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri, al-Masâlik wa al-Mamâlik, juz 1, hal. 87)

 

Terdapat banyak riwayat mengenai penemuan jasad Nabi Daniel dengan beragam redaksi dan perbedaannya. Dalam riwayat lain dikatakan:

 

عن أنس أنهم لما فتحوا تستر قال: فوجد رجلا أنفه ذراع في التابوت, كانوا يستظهرون ويستمطرون به, فكتب أبو موسي إلي عمر بن الخطاب بذلك, فكتب عمر: إن هذا نبي من الأنبياء والنار لا تأكل الأنبياء والأرض لا تأكل الأنبياء, فكتب أن انظر أنت وأصحابك, يعني أصحاب أبي موسي, فادفنوه في مكان لا يعلمه أحد غيركما, فذهبت أنا وأبو موسي فدفناه

 

Artinya: “Dari Anas, ketika mereka (pasukan Islam) menaklukkan Tustar, dikatakan: "Mereka menemukan (jasad) seorang pria dengan hidung panjang di dalam tabut (peti). Warga setempat biasa meminta bantuan dan memohon hujan dengan jasad ini. Lalu Abu Musa menulis surat kepada Umar bin Khattab tentang hal tersebut, dan Umar menulis surat balasan: “Sesungguhnya, dia adalah seorang nabi dari para nabi, dan api tidak memakan para nabi, serta bumi tidak memakan para nabi.” Kemudian Umar menulis: “Perhatikanlah! Engkau dan teman-temanmu, yaitu sahabat-sahabat Abu Musa, makamkanlah dia di tempat yang tidak diketahui oleh orang lain kecuali kalian.” Maka aku bersama Abu Musa pergi dan menguburkannya." (Imam Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-Kufi, al-Kitâb al-Mushannaf fî al-Ahâdîts wa al-Atsâr [Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2017] juz 7, hal. 23)

 

Selain dua riwayat di atas, ada juga riwayat yang disampaikan oleh Abu al-‘Aliyah. Berikut riwayatnya:

 

لَمَّا افْتَتَحْنَا تُسْتَرَ وَجَدْنَا فِي مَالِ بَيْتِ الْهُرْمُزَانِ سَرِيرًا عَلَيْهِ رَجُلٌ مَيِّتٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مصحف، فأخذنا الْمُصحف فحملناه إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فَدَعَا لَهُ كَعْبًا فَنَسَخَهُ بِالْعَرَبِيَّةِ، فَأَنَا أَوَّلُ رَجُلٍ مِنَ الْعَرَبِ قَرَأَهُ، قَرَأْتُهُ مِثْلَ مَا أَقْرَأُ الْقُرْآنَ هَذَا

 

Artinya: “Ketika kami menaklukkan Tustar kami menemukan dalam rumah harta Hurmuzan sebuah ranjang dengan (jasad) seorang laki-laki mati di atasnya. Ada mushaf di dekat kepalanya. Kami mengambil mushaf tersebut dan membawanya kepada Umar bin al-Khattab. Kemudian Umar memanggil Ka’ab untuk menyalin (dan menerjemahkannya) ke dalam bahasa Arab. Dan aku adalah orang pertama dari (bangsa) Arab yang membacanya. Aku membacanya seperti aku membaca Al-Qur’an.” (Imam Abu al-Fida Isma’il bin Katsir, Qishash al-Anbiyâ’ [Kairo: Dar al-Hadits, 2009] hal. 434)

 

Dari tiga riwayat tersebut terdapat perbedaan dalam tempat penemuan jasad Nabi Daniel. Pada riwayat pertama di daerah Shush dan dua riwayat lainnya di daerah Tustar. Meski demikian, perbedaan tersebut bukanlah bentuk kontradiksi karena sebenarnya dua daerah tersebut berada di wilayah yang sama (dalam peta modern bersebelahan). Tustar merupakan penyebutan pendek dari Shustar.

 

Hal ini diperkuat dengan ucapan Mutharrif bin Malik yang mendampingi Abu Musa al-Asy’ari saat menaklukkan Tustar. Dia mengatakan:

 

شَهِدْتُ فَتْحَ تُسْتَرَ مَعَ الْأَشْعَرِيِّ, قَالَ: فَأَصَبْنَا دَانيَالَ بِالسُّوسِ, قَالَ: فَكَانَ أَهْلُ السُّوسِ إِذَا أَسَنُّوا أَخْرَجُوهُ فَاسْتَسْقَوْا بِهِ , وَأَصَبْنَا مَعَهُ سِتِّينَ جَرَّةً مُخَتَّمَةً

 

Artinya: “Aku menyaksikan penaklukkan Tustar bersama (Abu Musa al-‘Asy’ari).” Mutharrif berkata (lagi): “Kemudian kami menemukan Daniel di Shush.” Dia berkata (lagi): “Orang-orang Shush, jika mereka mengalami kekeringan, mereka mengeluarkan Daniel dan memohon hujan dengannya. Kami juga menemukan bersamanya enam puluh guci yang tertutup...” (Imam Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-Kufi, al-Kitâb al-Mushannaf fî al-Ahâdîts wa al-Atsâr, juz 7, hal. 23)

 

Dalam ucapan Mutharrif bin Malik sangat jelas dikatakan bahwa mereka menemukan jasad Nabi Daniel di Shush meski sebelumnya terdapat kalimat “penaklukkan Tustar”. Hal ini menunjukkan bahwa Shush dan Tustar adalah dua daerah yang sangat berdekatan.

 

Perbedaan lain dari tiga riwayat tersebut adalah letak jasad Nabi Daniel. Pada riwayat pertama ditemukan di sebuah jurni (lubang); riwayat kedua di sebuah tabut (peti), dan riwayat ketiga di atas ranjang (sarir). Bisa saja ketiganya berada di tempat yang sama jika tiga riwayat tersebut digabungkan. Bahwa jasad Nabi Daniel berada di dalam lubang besar yang di dalamnya terdapat ranjang berpeti.

 

Jika tiga riwayat tersebut digabungkan (al-jam’u wa al-taufiq) maka tiga riwayat tersebut menjadi pelengkap satu sama lainnya. Dengan demikian, kisah penemuan jasad Nabi Daniel bisa terkonstruksi dengan baik, yaitu jasadnya masih utuh dan ditemukan saat pasukan Islam membebaskan Tustar dan Shush di bawah komando Abu Musa al-Asy’ari. Saat ditemukan, di samping jasadnya terdapat banyak harta benda yang bermacam-macam, salah satunya adalah mushaf (naskah kuno).

 

Dikurung dengan Dua Singa

Dalam kitab Qishash al-Anbiya’, Imam Ibnu Katsir mencatat sebuah riwayat tentang Nabi Daniel yang dilemparkan oleh Nebukadnezar II ke dalam sebuah galian yang di dalamnya terdapat dua singa. Namun kedua singa itu tidak menyerangnya, Nabi Daniel pun tetap hidup. Karena cukup lama berada dalam galian besar tersebut, sebagaimana manusia biasa, Nabi Daniel merasa lapar dan haus.

 

Kemudian Allah mewahyukan kepada Armia yang tinggal di Syam agar menyiapkan makanan dan minuman untuk Nabi Daniel. Setelah mendapatkan wahyu, Armia berkata:

 

يَا رَبِّ أَنَا بِالْأَرْضِ الْمُقَدَّسَةِ وَدَانْيَالُ بِأَرْضِ بَابِلَ مِنْ أَرْضِ الْعِرَاقِ

 

Artinya: “Ya Tuhanku, aku berada di tanah suci (Syam), sedangkan Daniel berada di tanah Babil di Irak.” (Imam Abu al-Fida Isma’il bin Katsir, Qishash al-Anbiyâ’, hal. 434)

 

Allah kembali mewahyukan kepadanya agar menyiapkan apa yang diperintahkan karena Allah akan mengirimkan seseorang yang akan membawanya kepada Daniel. Maka Armia melakukan apa yang Allah perintahkan. Tidak lama kemudian datang seseorang yang dikirim Allah untuk membawanya hingga sampai di atas galian tempat Daniel berada.

 

Mendengar ada orang yang datang, Daniel berkata, “Siapa ini?”, dan dijawab, “Aku Armia,”

 

Daniel kembali bertanya, “Apa yang membawamu kemari?

 

Armia menjawab, “Tuhanmu mengutusku kepadamu,”

 

Nabi Daniel bertanya, “Tuhanku mengingatku?

 

Armia menjawab, “Iya,”

 

Kemudian Nabi Daniel mengucapkan pujian kepada Allah (tahmid) yang sangat indah dan penuh makna. Ucapnya:

 

الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي لَا يَنْسَى مَنْ ذَكَرَهُ، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي يُجِيبُ مَنْ رَجَاهُ، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي مَنْ وَثِقَ بِهِ لَمْ يَكِلْهُ إِلَىٰ غَيْرِهِ، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي يَجْزِي بِالْإِحْسَانِ إِحْسَانًا، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي يَجْزِي بِالصَّبْرِ نَجَاةً، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هُوَ يَكْشِفُ ضُرَّنَا بَعْدَ كَرْبِنَا، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي يَقِينَا حِينَ يَسُوءُ ظَنُّنَا بِأَعْمَالِنَا، وَالْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هُوَ رَجَاؤُنَا حِينَ تَنْقَطِعُ الْحِيَلُ عَنَّا

 

Artinya: “Segala puji untuk Allah yang tidak pernah melupakan orang yang mengingat-Nya. Segala puji untuk Allah yang menjawab orang yang berharap kepada-Nya. Segala puji untuk Allah yang tidak menyerahkan orang yang mempercayai-Nya kepada selain-Nya. Segala puji untuk Allah yang membalas kebaikan dengan kebaikan. Segala puji untuk Allah yang memberikan keselamatan kepada orang-orang yang sabar. Segala puji untuk Allah yang menghilangkan kesulitan kita setelah penderitaan kita. Segala puji untuk Allah yang melindungi kita saat kita memiliki prasangka buruk terhadap amal-amal kita. Segala puji untuk Allah yang menjadi harapan kita ketika upaya/usaha kita terputus.” (Imam Abu al-Fida Isma’il bin Katsir, Qishash al-Anbiyâ’, hal. 434)

 

Nabi Daniel dan Tafsir Mimpi

Nabi Daniel merupakan orang yang bijak dan berpengetahuan, salah satunya adalah memiliki keahlian di bidang tafsir mimpi. Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri mengatakan:

 

فأمّا دانيال فهو الذي عبّر رؤيا بخت نصر، فنزل منه بأحسن المنازل

 

Artinya: “Adapun Daniel, dia adalah orang yang menafsirkan mimpi (Raja) Nebukadnezar II sehingga memiliki kedudukan yang baik di sisinya.” (Imam Abu ‘Ubaid al-Bakri, al-Masâlik wa al-Mamâlik, jilid 1, hal. 87)

 

Catatan ini seakan-akan bertentangan dengan tindakan Nebukadnezar II yang mengurung Nabi Daniel dengan dua ekor singa di sebuah galian besar. Dalam banyak kitab sejarah pun tidak dijelaskan secara terperinci mengenai hal ini sehingga ada dua kemungkinan.

 

Pertama, Nabi Daniel dikurung bersama dua singa karena menyampaikan pendapat dan nasihat yang benar sehingga Nebukadnezar II tidak menyukai dan memenjarakannya. Kedua, Nebukadnezar II memberi kedudukan tinggi kepada Nabi Daniel setelah melihat kelebihannya, termasuk kemampuannya bertahan hidup dari dua singa liar.

 

Berdoa agar Dimakamkan Umat Nabi Muhammad

Terdapat sebuah riwayat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa Nabi Daniel pernah berdoa kepada Allah agar dikuburkan oleh umatnya Nabi Muhammad. Riwayat tersebut dapat ditemukan pada kitab Qishash al-Anbiya’. Imam Ibnu Katsir sebagai penulis kitab tersebut memberi keterangan bahwa riwayat tersebut mursal. Berikut riwayatnya:

 

عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الْأَحْمَرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (إِنَّ دَانْيَالَ دَعَا ربه عز وجل أَنْ تَدْفِنَهُ أُمَّةُ مُحَمَّدٍ). فَلَمَّا افْتَتَحَ أَبُو مُوسَى الاشعري تستر وَجَدَهُ فِي تَابُوتٍ تَضْرِبُ عُرُوقُهُ وَوَرِيدَهُ، وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (مَنْ دَلَّ عَلَى دَانْيَالَ فَبَشِّرُوهُ بِالْجَنَّةِ). فَكَانَ الَّذِي دَلَّ عَلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ حُرْقُوصٌ فَكَتَبَ أَبُو مُوسَى إِلَى عُمَرَ بِخَبَرِهِ فَكَتَبَ إِلَيْهِ عُمَرُ: أَنِ ادْفِنْهُ وَابْعَثْ إِلَى حُرْقُوصٍ فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَشَّرَهُ بِالْجَنَّةِ

 

Artinya: “Dari Abi al-Asy’ats al-Ahmariy, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Daniel berdoa kepada Tuhannya (Allah) ‘Azza wa Jalla agar dia dimakamkan oleh umatnya Nabi Muhammad.” Ketika Abu Musa al-Asy'ari menaklukkan Tustar, dia menemukan Daniel dalam sebuah peti yang urat-uratnya dan nadinya masih berdetak. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang menunjukkan Daniel, berilah dia kabar gembira akan surga.” Orang yang menunjukkan (keberadaan jasad) Daniel adalah seorang pria bernama Hurqus. Maka Abu Musa menulis surat kepada Umar tentang hal ini, dan Umar membalas surat tersebut: “Kuburkan dia dan sampaikan kabar gembira kepada Hurqus bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberinya kabar gembira akan surga.” (Imam Abu al-Fida Isma’il bin Katsir, Qishash al-Anbiyâ’, hal. 435)

 

Dengan demikian doa dan harapan Nabi Daniel benar-benar terkabul. Karena jasadnya dikuburkan oleh Abu Musa al-Asy’ari, seorang sahabat nabi yang menjadi pemimpin pasukan Islam yang datang ke Tustar dan sekitarnya. Sampai sekarang makam Nabi Daniel dipercaya berada di Shush, Iran dan masih dikunjungi banyak orang setiap harinya. Wallahu a’lam.

 

Muhammad Afiq Zahara, Alumni Pondok Pesantren Darussa’adah, Bulus, Kritig, Petanahan, Kebumen.