Bahtsul Masail

Benarkah Mengoleksi Bunga Kering Jadi Penghalang Rezeki?

Sel, 28 November 2023 | 11:00 WIB

Benarkah Mengoleksi Bunga Kering Jadi Penghalang Rezeki?

Ilustrasi: Bunga (NU Online - Suwitno)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kak Admin saya mau bertanya, ada satu kepercayaan kalau menyimpan atau mengoleksi bunga kering bisa menjadikan  penghalang rezeki, atau bahkan bisa menjadi peluang makhluk halus bisa masuk ke rumah? Apakah benar yang demikian? (Ulya Nafsh, Indonesia).


Jawaban

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudari Ulya Nafsh, sejatinya kepercayaan seputar bunga kering telah ada selama berabad-abad, dan salah satu yang paling umum adalah anggapan bahwa menyimpan bunga kering di rumah dapat membawa kemalangan, termasuk terhalangnya rezeki dan bahkan kematian. ​​​​​​
 

Budiono Herusatoto dalam buku Mitologi Jawa; Pendidikan Moral dan Etika Tradisional, halaman 2, menjelaskan bahwa berbagai mitos masih bertahan dan eksis di zaman modern ini. Mitos ini adalah kepercayaan masyarakat yang berasal dari sebagian masyarakat Indonesia. 
Untuk itu, mitos bunga kering yang dapat membawa pada sial berakar pada berbagai faktor budaya dan simbol, sehingga eksistensi mitos ini masih dipercaya sebagian masyarakat hingga hari ini. Meskipun tidak ada bukti ilmiah untuk mendukungnya, masih banyak orang yang menganggapnya serius.  


Mitos Bunga Layu dalam  Pandangan Islam

Dalam Islam, pandangan bahwa bunga layu atau kering pertanda musibah yang buruk termasuk mitos yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Lebih dari itu, kepercayaan bahwa menyimpan bunga kering dapat membawa sial adalah salah satu bentuk takhayul atau kepercayaan yang tidak didasarkan pada bukti ilmiah, dan biasanya berasal dari mitos atau legenda.
 

Islam telah dengan tegas melarang perbuatan khurafat karena bertentangan dengan ajarannya. Khurafat merupakan hal-hal yang tidak sesuai dengan akal sehat dan bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Melakukan khurafat berarti menyimpang dari jalan Allah dan membuka pintu bagi syirik, yang merupakan dosa besar dalam Islam.
 

Larangan terhadap khurafat tercantum dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah saw. Allah berfirman dalam surat al-Jin ayat 6:

 

وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الۡاِنۡسِ يَعُوۡذُوۡنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الۡجِنِّ فَزَادُوۡهُمۡ رَهَقًا ۙ‏ 
 

Artinya: "Dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat."
 

Menurut Imam Al-Wahidi dalam kitab Al-Wajiz, halaman 1140, ayat tersebut mengajarkan ketidakbolehan meminta perlindungan kepada selain Allah. Hanya Allah yang dapat memberikan perlindungan yang sesungguhnya. 
 

Lebih lanjut, ayat tersebut menceritakan tentang perbuatan orang-orang Jahiliyah yang meminta perlindungan kepada jin. Kaum Jahiliyah percaya bahwa jin memiliki kekuatan yang dapat melindungi dari kejahatan. Padahal, jin adalah makhluk yang jahat dan tidak dapat dipercaya.
 

Perbuatan orang-orang Jahiliyah tersebut membuat mereka semakin sombong. Mereka merasa bahwa mereka telah menguasai jin dan manusia. Hal ini membuat mereka semakin jauh dari Allah dan semakin dekat dengan kehancuran. Simak perkataan Al-Wahidi berikut:


وذلك أنَّ الرَّجل في الجاهليَّة كان إذا سافر فأمسى في الأرض الفقر قال: أعوذ بسيِّد هذا الوادي من شرِّ سفهاء قومه أَي: الجنِّ يقول الله: {فزادوهم رهقاً} أَيْ: فزادهم بهذا التَّعوُّذ طغياناً وذلك أنَّهم قالوا: سُدْنا الجنَّ والإِنس
 

Artinya: "Hal itu terjadi karena di masa Jahilyiah, jika seorang pria bepergian dan singgah di suatu tempat yang sepi, dia berkata, 'Aku berlindung kepada tuan lembah ini dari kejahatan kaumnya yang bodoh,' yaitu jin.

"Allah berfirman, 'Maka Kami tambahkan kepada mereka beban (dosa). Yaitu Kami tambahkan kepada mereka kesombongan karena permohonan perlindungan itu. Hal itu terjadi karena mereka mengatakan, 'Kami menguasai jin dan manusia."


Sementara Al-Ajluni dalam kitab berjudul Kasyful Khafâ’, juz I, halaman 19-20, menjelaskan bahwa menganggap hari atau sesuatu sebagai sumber kesialan, merupakan tanda orang yang kurang tawakal. Lebih lanjut, menjauhi sesuatu [termasuk hari atau benda] karena anggapan sial atau karena anjuran peramal, merupakan perbuatan haram yang sangat diharamkan. Sebab, semuanya milik Allah, yang tidak dapat mendatangkan mudharat atau manfaat dengan sendirinya.  
 

   وقال المناوي نقلًا عن السهيلي: نحوسته على من تشاءم وتطير، بأن كانت عادته التطير وترك الاقتداء بالنبي -صلى الله عليه وسلم- في تركه، وهذه صفة من قل توكله، فذلك الذي تضر نحوسته في تصرفه فيه ثم قال المناوي: والحاصل أن توقي يوم الأربعاء على وجه الطيرة وظن اعتقاد المنجمين حرام شديد التحريم؛ إذ الأيام كلها لله تعالى لا تضر ولا تنفع بذاتها وبدون ذلك لا ضير ولا محذور، ومن تطير حاقت به نحوسته، ومن أيقن بأنه لا يضر ولا ينفع إلا الله لم يؤثر فيه شيء من ذلك  
 

Artinya: "Imam Al-Munawi mengutip pendapat Imam As-Suhaili yang mengatakan bahwa kesialan hari Rabu hanya berlaku bagi orang yang suka beranggapan buruk atau beranggapan sial (tahayul). Hal ini disebabkan karena kebiasaannya beranggapan sial dan meninggalkan teladan Nabi Muhammad saw dalam meninggalkannya. Sifat ini merupakan ciri orang yang kurang tawakal kepada Allah. Oleh karena itu, orang yang memiliki sifat tersebutlah yang akan terkena kesialan pada hari Rabu."

Kemudian Imam Al-Munawi mengatakan bahwa kesimpulannya, menjauhi hari Rabu karena anggapan sial dan kepercayaan para peramal adalah perbuatan haram yang sangat diharamkan. Sebab, semua hari adalah milik Allah swt dan tidak dapat mendatangkan mudharat atau manfaat dengan sendirinya. Tanpa adanya anggapan sial, maka tidak ada bahaya atau hal yang perlu dikhawatirkan. Orang yang beranggapan sial akan terkena kesialan, sedangkan orang yang meyakini bahwa tidak ada yang dapat mendatangkan mudharat atau manfaat kecuali Allah, maka tidak akan terpengaruh oleh hal-hal tersebut.

Ibnu Hajar dalam kitab Fatul Bari, jilid X , halaman 226, mengatakan di Jahiliyah dan era kerajaan Persia dulu, sudah ada kepercayaan dan mitos yang berkembang di masyarakat, terutama tentang meyakini tanda-tanda kesialan (tathayyur). Syariat Islam hadir untuk menghapuskan pelbagai mitos dan khurafat tersebut.  
 

وذكر البيهقي في الشعب عن الحليمي ما ملخصه كان التطير في الجاهلية في العرب ازعاج الطير عند إرادة الخروج للحاجة فذكر نحو ما تقدم ثم قال وهكذا كانوا يتطيرون بصوت الغراب وبمرور الظباء فسموا الكل تطيرا لان أصله الأول قال وكان التشاؤم في العجم إذا رأى الصبي ذاهبا إلى المعلم تشاءم أو راجعا تيمن وكذا إذا رأى الجمل موقرا حملا تشاءم فإن رآه واضعا حمله تيمن ونحو ذلك فجاء الشرع برفع ذلك كله
 

Artinya;  Al-Baihaqi dalam kitabnya As-Syu'ab mengutip dari Al-Halimi yang mengatakan, "Pada zaman Jahiliyah, orang Arab biasa mengganggu burung ketika mereka hendak keluar untuk suatu keperluan." Al-Baihaqi kemudian menyebutkan contoh-contoh lainnya dari kepercayaan ini. Demikian pula, mereka biasa meramal dengan suara burung gagak dan dengan lewatnya kijang. Mereka menamakan semua hal ini sebagai 'tathīr' karena asal mulanya adalah 'tha'ar'.

Pada orang-orang Persia, jika mereka melihat seorang anak pergi menuntut ilmu, mereka akan meramal buruk. Namun, jika mereka melihat anak itu kembali, mereka akan meramal baik. Demikian pula, jika mereka melihat seekor unta yang sedang membawa beban, mereka akan meramal buruk. Namun, jika mereka melihat unta itu telah meletakkan bebannya, mereka akan meramal baik, dan seterusnya. Agama Islam datang untuk menghapus semua kepercayaan tersebut.

 

Kesimpulan

Untuk itu, terkait permintaan pesan dan pertanyaan dari Ulya Nafsh, dalam Islam, segala sesuatu yang berkaitan dengan rezeki dan perlindungan adalah dari Allah swt. Manusia hanya bisa berusaha dan berdoa, selebihnya adalah kuasa Allah swt.

Keyakinan bahwa bunga kering dapat menghalangi rezeki dan peluang makhluk halus masuk ke rumah hanyalah mitos yang tidak memiliki dasar ilmiah. Mitos ini kemungkinan muncul karena bunga kering merupakan benda mati yang tidak memiliki kehidupan. Namun, hal ini tidak berarti bahwa bunga kering memiliki energi negatif yang dapat mendatangkan hal-hal buruk.

Bunga kering justru dapat menjadi dekorasi yang indah dan menawan. Selain itu, bunga kering juga dapat digunakan sebagai pewangi ruangan alami. Oleh karena itu, jika Anda menyukai bunga kering, maka tidak perlu khawatir untuk menyimpannya di rumah. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Keislaman, tinggal di Ciputat