Penderita OCD Waswas Terkait Agama: Saya Takut Mengejek Agama, Apakah Saya Kafir?
NU Online · Senin, 28 Juli 2025 | 14:00 WIB
Muhammad Zainul Millah
Kolomnis
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Saya memiliki kondisi OCD, sehingga kadang waswas mengejek agama lain dalam hati. Setelah itu, saya jadi takut sendiri, "Jangan-jangan agama lain itu yang benar". Dulu waswasnya mengejek agama sendiri, sekarang malah agama lain. Apakah saya berdosa dan kafir karena ketakutan itu? Ada yang bilang ini godaan setan, tapi psikolog menyebut ini penyakit OCD. Mana yang benar? Terima kasih wassalamu'alaikum wr wb. (Hamba Allah)
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wr. wb
Terima kasih atas pertanyaan yang disampaikan. Semoga Allah memberikan ketenangan dan kesembuhan bagi saudara kita dan siapa pun yang mengalami hal serupa. Mari kita bahas persoalan ini dengan proporsional, dan berdasarkan kaidah keislaman.
Dalam pandangan Islam, perasaan takut di atas disebut dengan waswas, yaitu bisikan jiwa dan godaan setan yang muncul dengan sendirinya. Orang yang mengalami gangguan tersebut tidak dilabeli murtad atau kafir, karena hal itu tidak mengubah keyakinan agamanya.
Sedangkan menurut medis, waswas yang berlebihan disebut dengan OCD (Obsessive-Compulsive Disorder) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Gangguan Obsesif-Kompulsif.
OCD adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya pikiran, dorongan, atau sensasi yang berulang dan tidak diinginkan (obsesi) yang memicu perilaku repetitif atau ritual (kompulsi) untuk meredakan kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran tersebut.
Secara lebih detail, OCD melibatkan dua komponen utama:
Baca Juga
Obat Waswas ala Al-Haitami
- Obsesi, yaitu pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang terus-menerus muncul dan mengganggu, seringkali tidak masuk akal dan tidak diinginkan oleh penderitanya. Contohnya, ketakutan akan kuman, kekhawatiran tentang keamanan, atau pikiran-pikiran agresif.
- Kompulsi, yaitu perilaku atau tindakan repetitif yang dilakukan secara berulang-ulang untuk mencoba menghilangkan kecemasan yang disebabkan oleh obsesi. Contohnya, mencuci tangan secara berlebihan, memeriksa sesuatu berulang kali, atau mengatur barang secara simetris.
Penderita OCD seringkali menyadari bahwa obsesi dan kompulsi mereka tidak rasional, tetapi mereka merasa sulit untuk menghentikannya dan merasa terdorong untuk melakukan ritual tersebut. Gangguan ini dapat secara signifikan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, termasuk pekerjaan, hubungan sosial, dan aktivitas lainnya.
Penting untuk diingat bahwa OCD adalah gangguan mental yang nyata dan bukan sekadar sifat perfeksionis atau kebiasaan yang disukai. Jika seseorang mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, disarankan untuk mencari bantuan profesional dari dokter atau psikiater.
Antara Waswas dan OCD
Waswas dalam Islam adalah gangguan pikiran yang berulang, tidak dikehendaki, dan seringkali tidak masuk akal, terutama terkait dengan ibadah dan akidah. Ulama menyebutnya sebagai “talbis iblis” atau tipuan setan.
Namun dalam ilmu psikologi, kondisi seperti ini, termasuk dorongan mengejek atau berpikir buruk dalam hati secara tidak terkendali, dikenal sebagai bagian dari Obsessive-Compulsive Disorder (OCD), yaitu gangguan kecemasan yang menyebabkan seseorang terus-menerus mendapat pikiran atau dorongan yang tidak diinginkan.
Dalam konteks ini, tidak ada pertentangan antara penjelasan agama dan psikologi. Keduanya bisa saling melengkapi. Gangguan seperti ini bisa datang dari dua arah sekaligus: Pertama: Setan membisikkan waswas (godaan spiritual). Kedua: OCD sebagai gangguan mental yang membutuhkan terapi medis atau psikologis.
Sayyid Abdurrahman Ba’alawi menjelaskan bahwa waswas dapat terjadi dalam dari dua hal, gangguan kejiwaan (nafsu) dan bisikan setan.
وَأَمَّا الْوَسْوَسَةُ فَهِيَ حَدِيْثُ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ لَا تَنْبَنِي عَلَى أَصْلٍ ... فَالْاِحْتِيَاطُ حِيْنَئِذٍ تَرْكُ الْاِحْتِيَاطِ
Artinya “Waswas adalah bisikan dari jiwa atau setan yang tidak memiliki dasar atau alasan yang kuat. Saat waswas terjadi, maka sikap yang tepat adalah meninggalkan kehati-hatian (mengabaikannya),” (Bughyatul Mustarsyidin [Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2016], halaman 11)
Jadi, penyebab waswas ada dua, yaitu dari jiwa dan dari setan. Oleh karena itu, sebagai muslim, kita tidak perlu memilih antara keduanya. Islam tidak anti-psikologi. Justru kita diajarkan untuk berikhtiar lahir dan batin: memperkuat iman sekaligus menjalani pengobatan.
Apakah Waswas Atau OCD Itu Bisa Berdosa Atau Kafir?
Waswas yang dialami oleh penanya adalah dorongan untuk mengejek agama lain, kemudian muncul ketakutan “Jangan-jangan agama lain itu yang benar.” Dalam syariat Islam, pikiran yang tidak disengaja, tidak diucapkan, dan tidak diperbuat, itu tidak dihukumi dosa, berdasarkan hadits Nabi SAW:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ تَجَاوَزَ لِأُمَّتِي مَا وَسْوَسَتْ بِهِ وَحَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسُهَا مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ بِهِ
Artinya, "Sesungguhnya Allah memaafkan umatku atas apa yang diwaswaskan dan dibisikkan dalam diri mereka selama belum dikerjakan atau diucapkan." (HR. An-Nasa’i)
Jadi, selama pikiran mengejek agama dan ketakutan itu hanya muncul dalam hati tanpa dikehendaki, tidak diucapkan dan tidak diniatkan, maka tidak dihukumi dosa, apalagi kafir.
Rasa takut “Jangan-jangan agama lain yang benar” ini juga bagian dari waswas. Ia muncul bukan dari keyakinan sadar, tapi dari dorongan bawah sadar yang mengganggu. Perasaan ini tidak berdasar dan tidak memengaruhi keimanan seseorang, selama ia tidak meyakini atau membenarkan keyakinan di luar Islam.
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam Syarah Sulamut Taufiq menjelaskan bahwa waswas tentang kekufuran itu tidak menyebabkan kufur, karena hal itu tidak menghilangkan kemantapan Islam dalam hatinya.
(لَا وَسْوَاسُهُ ) أَيِ الْكُفْرِ أَيْ خُطُورُهُ عَلَى بَالِهِ وَتَحَرُّكُهُ بِأَنْ جَرَى فِي فِكْرِهِ فَلَا يَكْفُرُ لِأَنَّ الْوَسْوَاسَ غَيْرُ مُنَاقِضٍ لِلْجَزْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ مِمَّا يُبْتَلَى بِهِ الْمُوَسْوِسُ كَمَا أَفَادَهُ الشَّرْقَاوِيُّ
Artinya: “(Bukan waswasnya) yaitu kekufuran, maksudnya terlintas kekufuran dalam benaknya dan bergerak mengalir dalam pikirannya. Maka ia tidak menjadi kafir; karena waswas tidak bertentangan dengan keyakinan yang kokoh. Sesungguhnya hal itu adalah sesuatu yang menjadi ujian orang-orang yang memiliki waswas, sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syarqawi.” (Muroqoh Shu'udu al-Tashdiq, halaman 11)
Jadi, bisikan atau keraguan (waswas) yang terlintas di benak seseorang terkait kekufuran, seperti keraguan terhadap Allah atau ajaran agama, tidak secara otomatis menyebabkan seseorang menjadi kafir. Karena waswas tersebut tidak membatalkan keyakinan yang kuat dan teguh (al-jazm) yang dimiliki seseorang.
Apa yang Harus Dilakukan?
Ibnu Hajar Al-Haitami menjelaskan bahwa kunci utama mengobati waswas adalah mengabaikannya secara total dan menyadari bahwa itu adalah tipu daya setan. Dengan ilmu, dzikir, dan keyakinan yang kuat, seorang mukmin dapat melawan dan mengalahkan waswas. (Al-Fatawa Al-Fiqhiyyah Al-Kubra [Multazim al-Thabʻ wa-al-Nashr ʻAbd al-Hamid Ahmad al-Hanafi: 1938] juz I, halaman 149)
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gangguan OCD atau waswas tentang kebenaran agama Islam, tidak menjadikan penderitanya menjadi kufur. Kemudian untuk mengobatinya, dapat dilakukan dua tindakan sekaligus, yakni tindakan secara syar’i dan juga secara medis.
Demikian penjelasan tentang waswas dan OCD. Semoga Allah memberi ketenangan jiwa, kesehatan hati, dan kekuatan iman kepada kita semua. Amin.
Ustadz Muhammad Zainul Millah, Pengasuh Pesantren Fathul Ulum Wonodadi Blitar.
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
6
Abi Mudi Samalanga Dianugerahi Penghargaan Kategori Ulama Berpengaruh di Aceh
Terkini
Lihat Semua