Bahtsul Masail

Hukum Menggunakan Buku Primbon

Rab, 11 Juni 2014 | 00:02 WIB

Hukum Menggunakan Buku Primbon

Ilustrasi (Shutterstock)

Assalamu'alaikum.Wr. Wb. Bapak Ustadz. Saya mau bertanya seputar adat atau kebiasaan seseorang yang menggunakan primbon, seperti: 1. Kalau mau membuka warung harus menunggu hari yang bagus (Kamis legi dll); 2. Jika mau menikahkan Anaknya menunggu atau ditepatkan dengan hari kelahirannya (padahal hari kelahirannya masih lama);<> 3. Apabila mau bangun rumah menanti hari yang Bagus (Rabu legi dll). Yang menjadi pertanyaan saya, Apakah ada pengajaran dalam kitab kuning dll dalam agama Islam terkait Topik tersebut?. Wassalamu'alaikum. Wr. Wrb. Terima Kasih. (Syaiful, Jawa Timur)

--

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Bapak Syaiful yang kami hormati, Islam tidak mengajarkan tentang berpegang pada waktu tertentu entah itu jam, hari, bulan, atau pasaran (Pon, Wage, dll.) untuk memulai sesuatu yang baik. Islam mengajarkan agar membaca Basmalah untuk memulai pekerjaan yang baik kapanpun itu. Dalam sebuah hadits yang statusnya hasan lighairihi disebutkan:

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله فهو أقطع-- رواه ابن حبان

Artinya: Setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan bismillah adalah terputus (HR. Ibn Hibban)

Dalam ajaran membaca basmalah ini terkandung maksud untuk selalu menggantungkan semuanya kepada Allah dan bahwa sesuatu terjadi hanya dengan seizin-Nya. Untuk itu kita harus selalu husnudz-dzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Prasangka kita terhadap Allah akan kembali pada diri kita sendiri, begitulah yang disebutkan dalam salah satu hadits qudsi.

Kemudian, Apakah ada pengajaran dalam kitab kuning tentang primbon? Kalau tentang pasaran (wage, legi dll.) jelas tidak ada. Tapi, ada metode penentuan waktu tertentu untuk melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda seperti yang ditanyakan di atas.

Dalam khazanah keilmuan pesantren ada sebuah kitab Astrologi (ilmu perbintangan) yang ditulis oleh Ilmuwan muslim pada zaman Abbasiyah, Abu Ma’syar Al-Falaki. Beliau adalah murid Al-Kindi. Kitab yang beliau tulis berjudul seperti nama penulisnya sendiri, Abu Ma’syar Al-Falaki. Dulu, kitab tersebut banyak beredar di pesantren-pesantren salaf. Dalam kitab tersebut dijelaskan waktu-waktu tertentu, watak manusia yang lahir di waktu tertentu (seperti layaknya zodiak), dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya silahkan rujuk kitab tersebut.

Selanjutnya, yang terpenting menurut kami bukan masalah ada dan tidaknya kitab seperti itu, melainkan bagaimana kita menyikapi data-data yang disebutkan oleh penulis kitab yang dimaksud agar kita tetap berada pada jalan yang benar dalam keimanan. Kitab Astrologi seperti itu hanya boleh dijadikan sebagai data sementara untuk kita melakukan sesuatu, sedangkan hasil yang akan terjadi tetap kita serahkan pada Allah SWT, karena Allah SWT yang mempengaruhi segalanya. Jika kita menyikapi begitu, sebagian ulama memperbolehkan. Ini bisa kita lihat dalam kitab Ghayatu Talkhishi Al-Murad min Fatawi ibn Ziyad, Hamisy Bughyatul Mustarsyidin, hal. 206 ;

مسألة: إذا سأل رجل آخر: هل ليلة كذا أو يوم كذا يصلح للعقد أو النقلة؟ فلا يحتاج إلى جواب، لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجراً بليغاً، فلا عبرة بمن يفعله، وذكر ابن الفركاح عن الشافعي أنه إن كان المنجم يقول ويعتقد أنه لا يؤثر إلا الله، ولكن أجرى الله العادة بأنه يقع كذا عند كذا، والمؤثر هو الله عز وجل، فهذا عندي لا بأس به، وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات

Artinya: Jika seorang bertanya kepada orang lain, apakah malam tertentu atau hari tertentu cocok untuk akad nikah atau pindah rumah? Maka tidak perlu dijawab, karena syariat melarang meyakini hal yang demikian itu bahkan sangat menentang orang yang melakukannya. Ibnul Farkah menyebutkan sebuah riwayat dari Imam Syafii bahwa jika ahli astrologi berkata dan meyakini bahwa yang mempengaruhi adalah Allah, dan Allah yang menjalankan kebiasaan bahwa terjadi demikian di hari demikian sedangkan yang mempengaruhi adalah Allah. Maka hal ini menurut saya tidak apa-apa, karena yang dicela apabila meyakini bahwa yang berpengaruh adalah nujum dan makhluk-makhluk (bukan Allah).
   
Bapak Syaiful yang baik, kita harus selalu menjaga keimanan kita. Waktu-waktu tertentu yang ada dalam primbon jangan sampai membuat keimanan kita berpaling kepada selain Allah SWT. Semua waktu itu baik asalkan digunakan untuk melakukan kebaikan, boleh digunakan untuk memperkuat kemantapan hati. Namun hendaknya kita selalu berbaik sangka kepada Allah SWT dan memulai melakukan segala hal yang baik dengan membaca basmalah. Semoga langkah-langkah kita dalam kehidupan ini selalu diridhoi oleh Allah SWT. Aaamiin…
Wallahu a'lam bish shawab.

(Ihya’ Ulumuddin)