Doa

Doa Ketika Masuk Kota Madinah

Ahad, 2 Juli 2023 | 04:36 WIB

Doa Ketika Masuk Kota Madinah

Masjid Nabawi di Kota Madinah. (Foto: Saudi Press Agency)

Orang yang memasuki Kota Madinah baik di bulan haji maupun di luar bulan haji dianjurkan untuk membaca doa masuk kota Madinah. Mereka juga dianjurkan untuk memperbanyak shalawat, bercukur ketiak dan bulu kemaluan, serta mandi atau tayamum jika tidak ada air sebelum masuk Kota Madinah.


Mereka juga dianjurkan untuk menggunting kuku dan mencukur kumis serta mengenakan pakaian terbaik dan mengenakan wewangian. Kalau perlu turun dari kendaraan dan jalan telanjang kaki yang menjadi bagan dari adab jika mampu dan memungkinkan. Ini bagian dari adab memasuki Kota Madinah.


Mereka yang memasuki Kota Madinah juga dianjurkan berdoa untuk memantapkan hati dalam bertakzim kepada Rasulullah dan bersedekah semampunya sebagaimana keterangan Surat Al-Mujadalah ayat 12.


Adapun doa memasuki Kota Madinah adalah sebagai berikut:


اللَّهُمَّ هَذَا حَرَمُ نَبِيِّكَ، فَاجْعَلْهُ لِي وِقَايَةً مِنَ النَّارِ، وَأَمَانًا مِنَ العَذَابِ وَسُوْءِ الحِسَابِ، وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ، وَارْزُقْنِي فِي زِيَارَةِ نَبِيِّكَ مَا رَزَقْتَهُ أَوْلِيَاءَكَ وَأَهْلَ طَاعَتِكَ، وَاغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي يَا خَيْرَ مَسْؤُوْلٍ


اللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا هُوَ الحَرَمُ الَّذِي حَرَّمْتَهُ عَلَى لِسَانِ حَبِيْبِكَ وَرَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَعَاكَ أَنْ تَجْعَلَ فِيْهِ مِنَ الخَيْرِ وَالبَرَكَةِ مِثْلَيْ مَا هُوَ بِحَرَمِ بَيْتِكَ الحَرَامِ، فَحَرِّمْنِي عَلَى النَّارِ، وَأَمِّنِّي مِنْ عَذَابِكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ، وَارْزُقْنِي مِنْ بَرَكَاتِكَ مَا رَزَقْتَهُ أَوْلِيَاءَكَ وَأَهْلَ طَاعَتِكَ، وَوَفِّقْنِي فِيْهِ لِحُسْنِ الاَدَبِ، وَفِعْلِ الخَيْرَاتِ، وَتَرْكِ المُنْكَرَاتِ


Allāhumma hādzā haramu nabiyyika, faj‘alhu lī wiqāyatan minan nāri, wa amānan minal ‘adzābi wa sū’il hisābi, waftah lī abwāba rahmatika, warzuqnī fī ziyārati nabiyyika mā razaqtahū awliyā’aka wa ahla thā‘atika, waghfir lī, warhamnī, yā khayra mas’ūl.


Allāhumma inna hādzā huwal haramul ladzī harramtahū ‘alā lisāni habībika wa rasūlika shallallāhu ‘alayhi wa sallama wa da‘āka an taj‘ala fīhi minal khayri wal barakati mitslay mā huwa bi harami baytikal harāmi. Fa harrimnī a’alan nāri, wa amminnī min ‘adzābika yawma tab‘atsu ‘ibādaka, warzuqnī min barakātika mā razaqtahū awliyā’aka wa ahla thā‘atika, wa waffiqnī fīhi li husnil adabi, wa fi‘lil khayrāti, wa tarkil munkarāti.
 

Artinya, “Ya Allah, ini tanah suci nabi-Mu, jadikanlah ia sebagai pelindung bagiku dari api neraka dan keamanan dari siksa dan keburukan hisab, bukakan bagiku pintu rahmat-Mu, karuniakan aku dalam menziarahi nabi-Mu anugerah yang Kauberikan kepada para wali-Mu dan hamba-Mu yang taat, ampunilah aku, berikan rahmat-Mu padaku, wahai sebaik-baik zat yang diminta.


Ya Allah, sungguh ini tanah suci yang Kaumuliakan melalui lisan kekasih dan rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallama dan ia berdoa kepada-Mu agar Kauturunkan kebaikan dan keberkahan pada tanah ini sebagaimana tanah suci-Mu Makkah, maka luputkanlah aku dari api neraka, amankan aku dari siksa-Mu pada hari Kaubangkitkan hamba-Mu kelak, karuniakanlah aku sebagian dari keberkahan-Mu seperti Kauanugerahkan kepada para wali dan hamba-Mu yang taat, berikan taufik padaku untuk melakukan adab yang bagus, perbuatan baik, dan meninggalkan kemungkaran.
 

Dianjurkan juga membaca doa memasuki kota pada umumnya:


بِسْمِ اللهِ مَا شَاءَ اللهُ، لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ. رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا. حَسْبِيَ اللهُ، آمَنْتُ بِاللهِ، وَتَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ. اللَّهُمَّ إِلَيْكَ خَرَجْتُ، وَأَنْتَ أَخْرَجْتَنِي اللَّهُمَّ سَلِّمْنِي وَسَلِّمْ دِيْنِي، وَرُدَّنِي سَالِمًا فِي دِيْنِي كَمَا أَخْرَجْتَنِي


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِيْنَ عَلَيْكَ، وَبِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا إِلَيْكَ، فَإِنِّي لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلَا بَطَرًا، وَلَا رِيَاءً وَلَا سُمْعَةً. خَرَجْتُ اتِّقَاءَ سَخَطِكَ، وَابْتِغَاءَ مَعْرُوْفِكَ. أَسْأَلُكَ أَنْ تُعِيْذَنِي مِنَ النَّارِ، وَتُدْخِلَنِيَ الجَنَّةَ

 

Bismillāhi mā syā’allāh, lā quwwata illā billāh. Rabbi adkhilnī mudkhala shidqin, wa akhrijnī mukhraja shidqin, waj‘al lī min ladunka shulthānan nashīran. Hasbiyallāhu, āmantu billāhi, wa tawakkaltu ‘alallāhi, lā hawla wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil ‘azhīmi. Allāhumma ilayka kharajtu, wa anta akhrajtanī. Allāhumma sallimnī wa sallim dīnī, wa ruddanī sāliman fi dīnī ka mā akhrajtanī.


Allāhumma innī a‘ūdzu bi ka an adhilla aw udhalla, aw azilla aw uzalla, aw azhlima aw uzhlama, aw ajhala aw yujhala ‘alayya. ‘Azza jāruka, wa jalla tsanā’uka, wa tabārakasmuka, wa lā ilāha ghayruka. Allāḥumma innī as’aluka bi haqqis sā’ilīna ‘alayka, wa bi haqqi mamsyāya hādzā ilayka. Fa innī lam akhruj asyaran, wa lā batharan, wa lā riyā’an, wa lā sum‘atan. Kharajtu ittiqā’a sakhathika wabtighā’a ma‘rūfika. As’aluka an tu‘īdzanī minan nāri, wa tudkhilaniyal jannata.


Artinya: Dengan nama Allah, [segalanya terjadi atas] kehendak Allah, tiada kekuatan kecuali dengan [pertolongan] Allah. Tuhanku, masukkanlah aku di tempat masuk yang benar dan keluarkanlah aku di tempat keluar yang benar. Jadikan bagiku kekuasaan yang menolong dari sisi-Mu, cukup Allah sebagai pembelaku, aku beriman kepada Allah, aku pasrah kepada Allah, tiadak daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, hanya kepada-Mu aku keluar dan Engkau juga yang mengeluarkanku. Ya Allah, selamatkanlah aku dan selamatkanlah agamaku, kembalikanlah aku dalam keadaan selamat pada agamaku sebagaimana Kau keluarkanku waktu itu.


Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menyesatkan atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, menzalimi atau dizalimi, membodohi atau dibodohi. Sungguh agung perlindungan-Mu, sungguh mulia pujian-Mu, betapa suci nama-Mu, tiada tuhan selain diri-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan hak mereka yang berdoa kepada-Mu dan dengan hak perjalananku menuju kepada-Mu. Sungguh, aku tidak keluar [dari kampong halamanku] karena sombong, bangga, riya, atau sum‘ah, tetapi aku keluar [meninggalkan kampong halamanku] karena takut pada murka-Mu dan karena mengharap kebaikan-Mu. Aku memohon agar Kau melindungiku dari api neraka; dan agar Kau memasukkanku ke dalam surga-Mu,” (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Hasyiyah I‘anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], halaman 355).


Demikian adab doa ketika memasuki Kota Madinah, kota Rasulullah saw tercinta yang dikutip dari Kitab I’anatut Thalibin. Wallahu a’lam.


Alhafiz Kurniawan, Wakil Sekretaris LBM PBNU