Abdul Karim Malik
Kolomnis
Dalam ajaran Islam, pelaksanaan ibadah tidak hanya terbatas pada aspek badaniyah seperti shalat, puasa, dan ibadah fisik lainnya. Lebih dari itu, Islam juga mengajarkan ibadah maliyah atau ibadah yang identik dengan harta seperti zakat, haji, sedekah, dan sebagainya. Kedua jenis ibadah yang saling melengkapi ini tidak lepas dalam kehidupan sehari-hari umat Islam.
Di sisi lain, ibadah badaniyah pun memerlukan aspek maliyah, misalnya memerlukan uang untuk membeli penutup aurat, makanan sebagai sumber tenaga, dan kebutuhan lain yang mendukung pelaksanaan ibadah tersebut.Hal ini sudah menjadi sunnatullah yang terjadi di muka bumi. Berkaitan dengan hal ini, Imam Abdul Rauf Al-Munawi menukil pendapat sebagian ulama salaf:
قال بعض السلف: المال سلاح المؤمن
Artinya: "Harta benda adalah senjata orang mu'min." (Faidhul Qadir Syarhul Jami’ Ash-Saghir, jilid 5, halaman 364)
Ungkapan tersebut menekankan pentingnya memiliki harta benda untuk menjaga kemandirian dan integritas agama. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun harta dapat membuat seseorang cinta kepada dunia, namun harta juga dapat melindungi seseorang dari godaan duniawi jika digunakan dalam kebaikan dan dengan niat yang baik.
Dalam praktiknya, untuk mendapatkan harta terhitung tidak mudah, oleh karena itu penting untuk mengetahui amalan yang dapat memudahkan dalam mencari rezeki dan terhindar dari kefakiran. Salah satu amalan yang menarik dan mudah diamalkan, namun memiliki khasiat yang cukup mujarab adalah bacaan hauqalah, yaitu:
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Lā haula wa lā quwwata illā billāhil ‘aliyyil azhīmi
Artinya, “Tiada daya dan upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”
Kalimat yang sering kita dengar dan ucapkan ini ternyata ada faedah yang luar biasa di dalamnya. Di antaranya sebagaimana dijelaskan dalam hadist yang diriwayatkan Syekh Ibnu Abi Ad-Dunya ra:
مَنْ قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ مِائَةَ مَرَّةٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ لَمْ يُصِبْهُ فَقْرٌ أَبَدًا. رواه ابن أبى الدنيا
Artinya: "Barangsiapa yang mengucapkan 'La hawla wa la quwwata illa billah' sebanyak seratus kali setiap hari, maka dia tidak akan terkena kemiskinan selamanya." (HR. Ibnu Abi Ad-Dunya)
Keutamaan bacaan hauqalah ini merupakan sesuatu yang telah masyhur dalam dunia Islam. Salah satunya sebagaimana telah diriwayatkan oleh Imam At-Thabrani:
أكثروا من قول لاحول ولاقوة إلا بالله العلي العظيم، فإنها كنز من كنوز الجنة، وفيها شفاء من تسعة وتسعين داء، أيسرها الهم. رواه الطبراني
Artinya: "Perbanyaklah mengucapkan 'La hawla wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adhim.' Karena kalimat ini adalah salah satu dari harta karun surga. Di dalamnya juga terdapat obat bagi 99 penyakit kronis, yang paling ringan adalah kesedihan." (HR. at-Thabrani)
Ada kisah luar biasa yang terjadi di zaman Baginda Nabi Muhammad SAW. Diceritakan Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab tafsirnya Marah Labid jilid 2 Halaman 536:
إِنَّ عَوْفَ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيُّ رضي الله عنه أَسَرَ الْعَدُوُّ ابْنًا لَهُ يُسَمَّى سَالِمًا فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أُسِرَ ابْنِي وَشَكَا إِلَيْهِ الْفَاقَةُ فَقَالَ عليه الصلاة والسلام فَاتَّقِ اللَّهَ وَاصْبِرْ وَأَكْثِرْ مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَفَعَلَ ذَلِكَ فَبَيْنَمَا هُوَ فِي بَيْتِهِ إِذْ أَتَاهُ ابْنُهُ سَالِمٌ وَمَعَهُ مِائَةٌ مِنَ الْإِبِلِ غَفَلَ عَنْهَا الْعَدُوُّ فَاسْتَاقَهَا
Artikan: "Auf bin Malik Al-Asyja'i r.a memiliki seorang putra bernama Salim yang ditawan oleh musuh. Auf bin Malik mendatangi Nabi Muhammad SAW dan mengadukan tentang penawanan putranya serta kesulitannya. Nabi Muhammad SAW bersabda: 'Bertakwalah kepada Allah, bersabarlah, dan perbanyaklah mengucapkan "La hawla wa la quwwata illa billah".' Auf bin Malik melakukan apa yang disarankan oleh Nabi Muhammad SAW. Tak lama kemudian, putranya Salim kembali ke rumah dengan membawa 100 ekor unta yang diambil dari musuh karena musuh lengah. Lalu Salim menggiring unta-unta itu ke rumah ayahnya."
Kisah ini menunjukkan keberkahan dari mengucapkan kalimat hauqalah serta kesabaran dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan mengamalkan zikir ini, seseorang dapat berharap memperoleh pertolongan dan kemudahan dari Allah SWT dalam menghadapi setiap kesulitan.
Secara umum, para ulama menjelaskan bahwa kalimat hauqalah memiliki faedah yang agung, di antaranya adalah dalam mengusir setan, menarik rezeki, memberi kekuatan untuk ibadah, dan lain sebagainya.
Diiringi dengan Bekerja
Terlepas dari bacaan hauqalah yang begitu istimewa, seseorang tidaklah boleh meninggalkan usaha dan bekerja. Sebab, tidak mungkin emas dan harta benda lainnya turun dari langit begitu saja. Sahabat Umar bin Khattab berkata:
وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لَا يَقْعُدُ أَحَدُكُمْ عَنْ طَلَبِ الرِّزْقِ يَقُولُ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فَقَدْ عَلِمْتُمْ أَنَّ السَّمَاءَ لَا تُمْطِرُ ذَهَبًا وَلَا فِضَّةً
Artinya: "Umar bin Khattab RA berkata: 'Janganlah salah satu di antara kalian duduk diam tidak berusaha mencari rezeki sambil berdoa, 'Ya Allah, berilah aku rezeki.' Karena kalian sungguh telah mengetahui bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.'"
Pernyataan Khalifah Umar bin Khattab tersebut menekankan pentingnya berusaha dan bekerja keras untuk mencari rezeki, bukan hanya mengandalkan doa dan pasrah tanpa usaha. Bekerja merupakan perintah Allah, bahkan Allah mendahulukan perintah bekerja sebelum beribadah:
فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللّٰهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهٗ، اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
Artinya: "Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah tidak mampu memberikan rezeki kepadamu. Maka, mintalah rezeki dari sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu akan dikembalikan." (QS.Al-'Ankabut.Ayat 17)
Dalam ayat tersebut Imam al-Qusyairi dalam kitab tafsirnya Lathaif Al-Isyarat Jilid 3 Halaman 92 menjelaskan:
وَفِي الْآيَةِ تَقْدِيمٌ لِابْتِغَاءِ الرِّزْقِ عَلَى الْأَمْرِ بِالْعِبَادَةِ لِأَنَّهُ لَا يُمْكِنُهُ الْقِيَامُ بِالْعِبَادَةِ إِلَّا بَعْدَ كِفَايَةِ الْأَمْرِ فَبِالْقُوَّةِ يُمْكِنُهُ أَدَاءُ الْعِبَادَةِ وَبِالرِّزْقِ يَجِدُ الْقُوَّةَ
Artinya: "Dan dalam ayat tersebut, mencari rezeki didahulukan sebelum perintah beribadah, karena seseorang tidak dapat menjalankan ibadah dengan baik kecuali setelah berkecukupan dalam urusannya. Dengan kekuatan, seseorang dapat menjalankan ibadah, lalu dengan rezeki, seseorang dapat memiliki kekuatan."
Demikian amalan yang bisa membuka rezeki bagi umat Islam, yaitu menyeimbangkan ikhtiar batin dengan cara bertakwa kepada Allah, bersabar, dan memperbanyak membaca hauqalah. Selain itu juga diiringi dengan ikhtiar lahir melalui bekerja dengan rajin. Wallahu a'lam.
Abdul Karim Malik, Alumni Al falah ploso kediri, Pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi dan Tenaga Pengajar Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Memanfaatkan Sisa Umur dengan Kebaikan
2
Khutbah Jumat: Berbakti Kepada Orang Tua Sebelum Terlambat
3
Khutbah Jumat: Mendahulukan Nafkah Keluarga sebelum Bersedekah kepada Orang Lain
4
LD PBNU Pastikan Imam dan Khatib Punya Kompetensi Memadai dengan Standardisasi
5
Khutbah Jumat: Mengembalikan Esensi Pendidikan - Bangun Karakter, Bukan Cuma Kejar Gelar
6
100 Slop Rokok Milik Jamaah Haji Indonesia Disita di Madinah
Terkini
Lihat Semua