Ilmu Al-Qur'an

Perintah Pertama dalam Al-Qur’an dan Hikmah Nuzulul Qur’an secara Bertahap

Jum, 7 April 2023 | 20:30 WIB

Perintah Pertama dalam Al-Qur’an dan Hikmah Nuzulul Qur’an secara Bertahap

Ilustrasi: Al-Quran (freepik).

Apa perintah pertama Allah kepada umat Islam? Apakah shalat lima waktu dan puasa Ramadhan, zakat, atau haji?
 

Sebagaimana kitab suci sebelumnya, Al-Qur’an Allah turunkan kepada Nabi Muhammad saw agar dijadikan referensi hidayah dalam hidup di dunia. Dengan berpedoman padanya, maka semua kaum muslimin tidak akan pernah tersesat di dunia dan akan selamat di akhirat. Sebab, di dalamnya mengandung perintah, larangan, ibrah, kisah-kisah dan lain sebagainya.
 

Umat Islam yang taat dengan menjalankan semua perintah-perintah Al-Qur’an dan menjauhi larangan yang ada di dalamnya akan menjadi manusia yang selamat dan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:
 

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
 

Artinya, “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung.” (QS An-Nisa’: 13).
 

 

Perintah Pertama dalam Islam

Lantas, apa perintah pertama yang Allah berikan kepada umat Islam? Apakah kewajiban shalat lima waktu dan puasa Ramadhan, zakat, dan haji langsung diwajibkan seketika itu juga? 
 

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani mengatakan bahwa Allah swt tidak langsung mewajibkan semua perintah yang ada di dalam Al-Qur’an, akan tetapi memberikan perintah sedikit demi sedikit (step by step) agar mereka benar-benar terbiasa dalam menjalankan semua perintah tersebut. Jika sudah terbiasa, Allah menambah perintah lainnya, dan seterusnya. Selain itu, Allah juga memberikan jaminan bagi orang-orang yang taat dalam menjalankannya.

 

Perintah pertama yang Allah berikan kepada umat Islam saat itu adalah memerintahkan mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan memberikan jaminan surga bagi orang-orang yang mengucapkannya. Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk mengerjakan dua rakaat shalat sebelum terbitnya matahari dan sesudah terbenamnya matahari:
 

أَوَّلُ مَا أَمَرَ اللهُ الْمُؤْمِنِيْنَ لَا اِلَهَ اِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله، وَضَمِنَ لَهُمْ اِذَا قَالُوْهَا الْجَنَّةَ، ثُمَّ أَمَرَهُمْ بِاِقَامَةِ صَلَاتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِهَا

 

Artinya, “Perintah pertama yang Alah wajibkan kepada orang-orang beriman adalah (mengucapkan) la ilaha illallah muhammadur rasulullah, dan Allah memberikan jaminan surga bagi orang yang mengucapkannya. Kemudian Allah memerintahkan mereka untuk menunaikan shalat dua rakaat sebelum terbitnya matahari dan dua rakaat sesudah terbenamnya matahari.”
 

Setelah umat Islam sudah terbiasa mengucapkan dua kalimat syahadat dan shalat dua rakaat sebelum terbitnya matahari dan sesudah terbenamnya, Allah memerintahkan shalat lima waktu, kemudian shalat Jumat dengan berjamaah setelah hijrahnya Nabi saw, kemudian mewajibkan zakat, puasa Ramadhan, perang, dan terakhir mewajibkan haji. (Syekh Abdul Qadir, Al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1997], juz II, halaman 53-54).
 

Dari sinilah letak hikmah diturunkannya Al-Qur’an dengan bertahap dan tidak diturunkan secara langsung sebagaimana kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: 
 

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُواْ لَوْلاَ نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلاً
 

Artinya, “Dan orang-orang kafir berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar).” (QS Al-Furqan: 32).
 

 

Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an secara Bertahap

Masih dikutip dari kitab yang sama, hikmah diturunkannya Al-Qura’an secara bertahap adalah agar umat Islam tidak langsung terbebani dengan perintah yang banyak. Allah memberikan kewajiban kepada mereka sedikit demi sedikit, agar terbiasa dengan kewajiban tersebut, selanjutnya ditambah dengan kewajiban lainnya.
 

Berbeda dengan umat nabi sebelumnya, karena kitab suci yang mereka terima diturunkan secara langsung dan menyeluruh, maka mereka merasa berat dan terbebani dalam menjalankan semua perintah yang ada di dalamnya, akhirnya banyak kewajiban yang mereka tinggalkan:
 

لِأَنَّ اللهَ لَمَّا أَنْزَلَ التَّوْرَاةَ جُمْلَةً وَاحِدَةُ فَقَبَلَهَا بَنُوْ اِسْرَائِيْلَ، فَعَمِلُوْا بِهَا قَلِيْلًا فَثَقُلَتْ عَلَيْهِمْ تِلْكَ الْأَوَامِرُ وَالنَّوَاهِي فِي التَّوْرَاةِ. فَقَالُوْا سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا

 

Artinya, “Karena sesungguhnya, ketika Allah menurunkan Taurat secara menyeluruh, maka Bani Israil menerimanya, kemudian sedikit mengamalkannya, dan sangat berat bagi mereka (mengerjakan) semua perintah dan larangan yang ada dalam Kitab Taurat. Kemudian mereka berkata, “Kami mendengarkan tetapi kami tidak menaati.” (Abdul Qadir, II/54).
 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat hikmah yang sangat luar biasa di balik diturunkannya Al-Qur’an secara bertahap, yaitu umat Islam terbiasa dengan satu kewajiban, selanjutnya ditambah dengan kewajiban lainnya. Apa jadinya jika seandainya umat Islam juga menerima perintah yang sema sebagaimana umat sebelumnya?
 

Semua ini tidak lain adalah manifestasi rahmat dari Nabi Muhammad saw yang bisa dirasakan oleh umatnya. Allah tidak menginginkan umatnya menerima perintah secara menyeluruh. Allah menghendaki semua perintah itu diturunkan di waktu yang berbeda dan keadaan yang juga berbeda, sesuai dengan kemampuan umat Islam saat itu. Wallahu a’lam.


 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur