Ilmu Hadits

Kajian 3 Hadits Keutamaan Bulan Sya’ban

Sen, 12 Februari 2024 | 21:00 WIB

Kajian 3 Hadits Keutamaan Bulan Sya’ban

Ilustrasi: Sya'ban 2 (NU Online)

Sya’ban menjadi bulan yang mulia bagi kaum muslimin sebab keutamaan-keutamaan yang ada pada bulan ini. Bulan Sya’ban juga menjadi istimewa karena ia merupakan bulan penyambut Ramadhan, bahkan Nabi saw tidak meninggalkan puasa di bulan Sya’ban kecuali beberapa hari saja. (Muhammad Ad-Dabisi, Halul Mu’minin fi Sya’ban, [Kairo: Maktabah Muhammad Ad-Dabisi, 2013], halaman 9).

 

Rasulullah sendiri sebagaimana disebut di atas sangat memuliakan bulan ini. Sehingga kita mendapati riwayat-riwayat Nabi yang menjelaskan keutamaan bulan ini. Berikut hadits-haditsnya:

 

1. Puasa sunnah di bulan Sya’ban

Ketika Nabi ditanya soal puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, Nabi menjawab bahwa Sya’ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang banyak orang lalai terhadapnya. Pada bulan Sya’ban amal perbuatan manusia diangkat untuk dihadapkan kepada Tuhan semesta alam. 


 

Nabi menyebut bahwa beliau suka apabila amal perbuatannya dihadapkan kepada Allah sedangkan beliau dalam keadaan sedang melakukan ibadah puasa. Teks hadisnya diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya: 

 

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ الْأَيَّامَ يَسْرُدُ حَتَّى يُقَالَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ الْأَيَّامَ حَتَّى لَا يَكَادَ أَنْ يَصُومَ إِلَّا يَوْمَيْنِ مِنْ الْجُمُعَةِ إِنْ كَانَا فِي صِيَامِهِ وَإِلَّا صَامَهُمَا وَلَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنْ الشُّهُورِ مَا يَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ لَا تَكَادُ أَنْ تُفْطِرَ وَتُفْطِرَ حَتَّى لَا تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلَّا يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلَا فِي صِيَامِكَ وَإِلَّا صُمْتَهُمَا قَالَ أَيُّ يَوْمَيْنِ قَالَ قُلْتُ يَوْمُ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمُ الْخَمِيسِ قَالَ ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الْأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ وَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ قَالَ قُلْتُ وَلَمْ أَرَكَ تَصُومُ مِنْ شَهْرٍ مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

 

Artinya, “Rasulullah saw berpuasa beberapa hari berturut-turut, sampai-sampai dikatakan, beliau tidak pernah berbuka. Beliau juga berbuka beberapa hari hingga hampir tidak puasa kecuali dua hari dalam sepekan, yaitu dua hari yang biasa beliau gunakan untuk berpuasa, jika tidak (berpuasa terus menerus), maka beliau akan berpuasa dua hari itu. Tidaklah beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Sya'ban, Aku bertanya; 'Wahai Rasulullah, engkau berpuasa seakan-akan engkau tidak pernah berbuka dan engkau berbuka seakan engkau tidak berpuasa kecuali dua hari saja, yaitu Senin dan Kamis." Beliau bersabda: "Itulah dua hari yang amalan seorang hamba ditampakkan di hadapan Rabb semesta alam, aku senang ketika amalanku ditampakkan, diriku sedang berpuasa." Usamah melanjutkan; kataku selanjutnya; "Dan kami tidak melihat engkau banyak berpusa kecuali di bulan Sya'ban?." Beliau bersabda: "Itulah bulan yang orang-orang banyak yang lalai antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan ditampakkannya amalan-amalan, dan aku suka ketika amalanku diperlihatkan dihadapan Rabbku, sedangkan aku dalam keadaan berpuasa." (HR Ahmad).

 

Hadits di atas menegaskan tentang puasa sunah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad di bulan Sya’ban. Alasan beliau banyak melakukan puasa di bulan ini adalah karena pada bulan ini amalan manusia diangkat dan diperlihatkan kepada Allah, sehingga kondisi terbaik saat proses pemeriksaan amal adalah dengan beribadah menjalankan puasa sunnah.

 

2. Amal perbuatan dihadapkan pada Allah di malam pertengahan bulan Sya’ban

Malam pertengahan bulan Sya’ban dikenal juga dengan malam Nishfu Sya’ban. Masyarakat muslim Indonesia biasa menjalankan ritual doa bersama pada malam ini dengan harapan agar catatan amal baiknya diterima Allah dan amal buruk diampuni oleh-Nya. Terkait malam Nishfu Sya’ban, Rasulullah saw bersabda:

 


يطلع الله عز وجل على خلقه ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن

 

Artinya, “Allah ‘azza wa jalla melihat (amalan) hamba-Nya pada malam pertengahan bulan Sya’ban, maka Ia mengampuni semua makhluknya kecuali orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR At-Thabrani).

 

Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir. Terkait status validitas haditsnya, Al-Haitsami mengomentari hadis ini shahih dan terdapat dalam dua karya At-Thabrani. Adapun jalur periwayatannya diisi oleh orang-orang yang kredibel atau tsiqah. (Abu Bakr Al-Haitsami, Majma’ Az-Zawaid, [Beirut, Darul Fikr: 1412], jilid VIII, halaman 126).

 

Menurut At-Thibi, hadits ini menyatakan kemuliaan malam pertengahan bulan Sya’ban sebab diangkatnya amal perbuatan manusia untuk dihadapkan kepada Allah sekaligus pengampunan amal buruk manusia dengan catatan dirinya bukan orang yang menyekutukan Tuhan dan tidak sedang bermusuhan dengan orang lain. (Al-Husain At-Thibi, Al-Kasyif ’an Haqaiqis Sunan, [Riyadh, Maktabah Al-Mukarramah: 1997], jilid IV, halaman 1329).

 

3. Rasulullah saw mengisi malam Nishfu Sya’ban dengan ibadah

Malam Nishfu Sya’ban menjadi malam yang mulia bagi umat Islam. Pada malam ini kita diharapkan untuk berdoa dan beribadah kepada Allah dengan harapan dosa-dosa kita diampuni. Teladan untuk mengisi malam ini dengan kegiatan positif telah dicontohkan oleh Nabi dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh ‘Aisyah ra, istri Nabi saw, yaitu:

 


فقدت النبي صلى الله عليه وسلم ذات ليلة. فخرجت أطلبه. فإذا هو بالبقيع رافع رأسه إلى السماء. فقال: يا عائشة أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله؟  قالت: قد قلت: وما بي ذلك. ولكني ظننت أنك أتيت بعض نسائك. فقال: إن الله تعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب

 

Artinya: “Pada suatu malam hari aku kehilangan Nabi saw, kemudian aku keluar mencari beliau. Ketika itu beliau sedang mengangkat kepala ke langit. Kemudian beliau berkata: Wahai Aisyah! Apakah engkau takut Allah dan Rasul-Nya menelantarkan engkau. Aku berkata: Aku menyangka bahwa engkau mendatangi sebagian istri-istri engkau. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya Allah ‘turun’ pada malam Nishfu Sya’ban ke langit dunia. Lalu, Dia mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu kambing milik kabilah Bani Kalb (salah satu kabilah yang banyak memiliki kambing).” (HR Ibnu Majah).

 

Hadits ini menegaskan bahwa pada malam pertengahan bulan Sya’ban, Rasulullah mengisinya dengan ibadah dan memperbanyak doa kepada Allah. Pada malam itu, ampunan Allah banyak dikucurkan kepada para hamba-Nya sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang bagi mereka. (Muhammad Al-Amin Al-Harari, Mursyid Dzawil Hija wal Hajah ila Sunan Ibn Majah, [Jeddah, Darul Minhaj: 2018], jilid VIII, halaman 364).

 

Demikianlah hadits-hadits terkait kemuliaan bulan Sya’ban sekaligus keutamaan malam Nishfu Sya’ban atau malam pertengahan bulan Sya’ban. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah pada malam tersebut, sehingga dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah swt.

 

Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darussunnah Jakarta