Ilmu Hadits

Menelusuri Jejak Keulamaan Ahli Hadits Abdul Aziz bin Abi Rawad

Sel, 23 Januari 2024 | 21:30 WIB

Menelusuri Jejak Keulamaan Ahli Hadits Abdul Aziz bin Abi Rawad

Ilusrasi: kitab - hadits (freepik)

Abdul Aziz bin Abi Rawad adalah seorang ulama besar yang hidup pada abad ke-2 Hijriah. Ia lahir di kota Madinah pada tahun 80 Hijriah dan wafat di Makkah pada tahun 159 Hijriah. Ia dikenal sebagai seorang imam Masjidil Haram, ahli hadits, dan ahli ibadah.

 

Dalam Kitab Siyar A’lam An-Nubala, jilid VII halaman 185, karya Imam Ad-Dzahabi, disebutkan bahwa Abdul Aziz bin Rawad adalah seorang imam di Masjidil Haram. Ayahnya bernama Maimun, ada pula yang mengatakan ayahnya bernama Ayman bin Badr, budak Amir Al-Mahlab bin Abi Shafrah, Makkah.

 

Sosok Ahli Ibadah dan Penyabar

Selanjut, dalam kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Asy'fiya, jilid VIII halaman 194, dijelaskan bahwa Abdul Aziz bin Abi Rawad adalah seorang ulama ahli ibadah yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah. Beliau selalu memanfaatkan waktu untuk beribadah dan menyembunyikan musibah dan cobaan yang menimpanya. Hal ini menunjukkan bahwa ia seorang ulama yang rendah hati dan selalu bersyukur atas nikmat Allah swt.

 

عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي رَوَّادٍ وَمِنْهُمُ الْعَابِدُ السَّجَّادُ , وَالشَّاكِرُ الْعَوَّادُ أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي رَوَّادٍ كَانَ لِلْعِبَادَةِ مُغْتَنِمًا. وَلِلْمَصَائِبِ وَالْمَحَنِ مُتَكَتَّمًا , وَقِيلَ: إِنَّ التَّصَوُّفَ تِعْدَادُ الْعَطَايَا , وَكِتْمَانُ الرَّزَايَا

 

Artinya: Abdul Aziz bin Abi Rawad, dan di antara mereka adalah ahli ibadah yang bersujud, dan yang bersyukur dan yang selalu kembali (kepada Allah). Abu Abdurrahman Abdul Aziz bin Abi Ro'ad adalah orang yang selalu memanfaatkan waktu untuk beribadah. Dan terhadap musibah dan cobaan, dia selalu merahasiakannya. Dan dikatakan: Tasawuf adalah menghitung nikmat, dan merahasiakan musibah

 

Terkait ketaatan Abdul Aziz bin Rawad dikisahkan Abu Nu'aim al-Ashfahani, dalam kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Asy'fiya, bahwa ia sosok yang taat beragama dan senantiasa beribadah. Imam Abdullah bin Mubarak pernah berkata, "Aku belum pernah melihat orang yang lebih rajin beribadah daripada Abdul Aziz bin Abi Rawad."

 

Kesaksian lain terkait kealiman Abdul Aziz bin Rawwad juga diterangkan oleh Abu Abdurrahman Al-Muqri', seorang ulama dan ahli qira'at terkemuka di masanya. Ia memuji kesabaran Abdul Aziz bin Abu Rawad dalam beribadah, khususnya dalam melaksanakan salat malam.

 

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ، ثنا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئُ , قَالَ: مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَصْبَرَ عَلَى الْقِيَامِ مِنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ

 

Artinya, "Menceritakan kepadaku Muhammad bin Hasan, mengisahkankepadaku Abu Abdurrahman Al-Muqirri, ia berkata: "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih sabar dalam berdiri (shalat) daripada Abdul Aziz bin Abi Rawad."

 

Sosok Abdul Aziz bin Abu Rawad adalah seorang ulama yang sangat taat beribadah. Ia tidak pernah lelah dalam menjalankan ibadah, khususnya salat malam. Ia bahkan mampu bertahan dalam berdiri untuk salat malam selama berjam-jam. Kesabarannya dalam beribadah tersebut menjadi teladan bagi umat Islam.

 

Namun, di balik ketaatannya, dia juga memiliki kekhawatiran yang mendalam tentang kematian dan dosa-dosanya. Ia menyadari bahwa kematian semakin dekat, dan khawatir tentang apa yang akan terjadi padanya setelah kematian. Pun khawatir tentang dosa-dosanya, dan ia takut akan konsekuensinya. 

 

Dalam sebuah riwayat diceritakan kekhawatiran Ibnu Rawwad tersebut:

 

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ خُنَيْسٍ , قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِعَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ: كَيْفَ أَصْبَحْتَ؟ قَالَ: أَصْبَحْتُ وَاللهِ فِي غَفْلَةٍ عَظِيمَةٍ عَنِ الْمَوْتِ , مَعَ ذُنُوبٍ كَثِيرَةٍ قَدْ أَحَاطَتْ بِي , وَأَجَلٌ يُسْرِعُ كُلَّ يَوْمٍ فِي عُمْرِي , وَمُؤَمَّلٌ لَسْتُ أَدْرِي عَلَى مَا أُهْجَمُ ثُمَّ بَكَى

 

Artinya: "Seseorang berkata kepada Abdul Aziz bin Abu Rawad: "Bagaimana kabarmu hari ini?" Dia menjawab: "Demi Allah, aku bangun dalam keadaan sangat lalai dari kematian, dengan dosa-dosa yang banyak telah mengelilingiku, ajal yang semakin mendekat setiap hari dalam usiaku, dan harapan yang aku tidak tahu akan diserang oleh apa." Kemudian dia menangis.

 

Ibnu Rawad sadar bahwa ajalnya semakin dekat, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya setelah kematian. Dia juga menyadari bahwa dia telah melakukan banyak dosa, dan dia takut akan konsekuensinya. Kekhawatiran Abdul Aziz bin Abi Rawad adalah kekhawatiran yang wajar bagi setiap orang.

 

Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi, dan kita tidak tahu kapan itu akan terjadi. Dosa-dosa juga adalah sesuatu yang harus kita waspadai, karena dapat membawa kita ke neraka. Oleh karena itu, kita harus selalu mempersiapkan diri untuk kematian.

 

Sementara itu dalam konteks kesabaran, Abdul Aziz bin Abu Rawad dikenal sebagai sosok penyabar. Ia telah kehilangan penglihatannya selama 20 tahun, tetapi keluarganya dan anaknya tidak mengetahuinya. Pada suatu hari, anaknya memperhatikannya dengan seksama, lalu berkata kepadanya, "Wahai ayah, apakah matamu telah buta?"

 

Abdul Aziz menjawab:

 

نَعَمْ يَا بُنَيَّ الرِّضَا عَنِ اللهِ، أَذْهَبَ عَيْنَ أَبِيكَ مُنْذُ عِشْرِينَ سَنَةً

 

Artinya: "Ya, wahai anakku. Keridhaan Allah telah menyebabkan mata ayahmu buta selama 20 tahun."

 

Tabi'in yang Meriwayatkan Banyak Hadits

Abdul Aziz bin Abi Rawad adalah seorang ulama hadits yang telah memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan ilmu hadits. Ia telah meriwayatkan hadits dari para ulama besar, dan hadits-haditsnya telah menjadi sumber rujukan bagi para ulama hadits dalam mempelajari dan memahami ajaran Islam.

 

Dalam periwayatan hadits, Abdul Aziz bin Rawad dikenal sebagai perawi hadits yang terpercaya dan ahli fikih yang masyhur. Kehausan akan ilmu mengakar kuat dalam dirinya, menuntunnya berguru kepada para tabi'in, generasi setelah sahabat Nabi Muhammad saw, dan menyerap pengetahuan dari sumber terjernih. 

 

Ia meriwayatkan hadits dari para sahabat terkemuka, seperti Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan Jabir bin Abdillah. Selanjutnya, ia juga tercatat meriwayatkan hadis dari beberapa sahabat lain, seperti Salim bin Abdullah, Ad-Dhahak bin Mazhim, Ikramah, Nafi' Al-Umari, dan lainnya.

 

Abdul Aziz bin Abi Rawad telah meriwayatkan hadits dari lebih dari 200 orang guru. Hadits-hadits yang ia riwayatkan, sebagaimana termaktub dalam kitab Hilyatul Auliya, antara lain  menceritakan bahwa seseorang yang mengucapkan syahadat sebelum meninggal dunia, maka dia akan masuk surga, meskipun dia belum sempat melakukan amal saleh lainnya. Hal ini karena syahadat merupakan rukun Islam yang paling utama dan merupakan kunci masuk surga.

 

عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ , قَالَ: " لَمَّا أَنْزَلَ اللهُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ} [التحريم: ٦]. قَرَأَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ عَلَى أَصْحَابِهِ فَخَرَّ فَتًى مَغْشِيًّا عَلَيْهِ فَوَضَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ عَلَى فُؤَادِهِ فَإِذَا هُوَ يُحَرِّكُ , فَقَالَ: يَا بُنَيَّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَقَالَهَا فَبَشَّرَهُ بِالْجَنَّةَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَنْ هَذَا؟ قَالَ: أَمَا سَمَعْتُمْ قَوْلَهُ {ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ} [إبراهيم: ١٤]

 

Artinya; Dari Abdul Aziz bin Abu Rawad, dia berkata: "Ketika Allah menurunkan kepada Nabi-Nya Muhammad saw ayat:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

 

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (QS At-Tahrim: 6).

 

Suatu hari, Rasulullah saw membaca ayat ini di hadapan para sahabatnya. Lalu seorang pemuda pingsan. Nabi Muhammad meletakkan tangannya di dada pemuda itu dan merasakan jantungnya masih berdetak. Kemudian, beliau berkata, "Wahai anakku, ucapkanlah 'La ilaha illallah'." Pemuda itu pun mengucapkannya. Lalu, Rasulullah  memberinya kabar gembira dengan surga. Para sahabatnya bertanya, "Wahai Rasulullah, ini untuk siapa?" Beliau menjawab, "Bukankah kalian telah mendengar firman-Nya,

 

ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ

 

Artinya, "Itulah (pahala) bagi orang yang takut akan kedudukan-Ku dan takut akan ancaman-Ku." (QS Ibrahim ayat 14).

 

Lebih lanjut, Ibnu Rawad juga pernah meriwayatkan hadits tentang bacaan talbiyah yang diucapkan Rasulullah saat memasuki ihram untuk melaksanakan ibadah haji atau umrah. Ucapan talbiyah ini mengandung makna penyerahan diri kepada Allah swt dan pengakuan bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya.

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ , ثنا بِشْرٌ , ثنا خَلَّادٌ , عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ أَبِي رَوَّادٍ , عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: كَانَتْ تَلْبِيَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبَّيْكَ اللهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ

 

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad, dia menceritakan kepada kami Bishr, dia menceritakan kepada kami Khallad, dari Abdul Aziz bin Abi Rawwad, dari Nafi', dari Ibnu Umar, dia berkata: "Talbiyah Rasulullah adalah: Labbaik Allahumma labbaik, labbaik la sharika laka labbaik, innal hamda wanni'mata laka wal mulk, la sharika laka."

 

Ulama haidts yang Mengambil Riwayat dari Abdul Aziz bin Rawad

Dalam kitab Musnad Imam Ahmad, nama Abdul Aziz bin Abu Rawad muncul sebagai perawi sejumlah hadis. Kontribusinya dalam menyampaikan ajaran Islam melalui narasi-narasi tersebut memberikan pemahaman mendalam tentang kehidupan Rasulullah saw dan ajaran-ajaran Islam yang diwariskan kepada umatnya.

 

Abdul Aziz bin Abu Rawad bukan hanya seorang perawi hadis biasa, tetapi juga menjadi salah satu pilar utama dalam melestarikan kekayaan intelektual umat Islam. Ketenangannya dalam menyampaikan hadis-hadis yang dihafalnya mencerminkan komitmen yang tinggi terhadap akurasi dan keabsahan informasi.

 

Misalnya, dalam Musnad Imam Ahmad jilid II halaman 39 dijelaskan tentang sifat cincin Rasulullah. hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW biasa mengenakan cincin di jari kelingking tangan kirinya, dan manik-manik cincinnya menghadap ke dalam telapak tangannya. Salah satu perawi dalam hadits ini adalah Abdul Aziz bin Abu Rawad. 

 

 حدثنا إسحاق بن سليمان أخبرنا عبد العزيز بن أبي رواد عن نافع عن ابن عمر أن فص خاتم رسول الله صلى الله عليه وسلم كان في باطن كفه

 

Artinya: "Bahwa menceritakan Ishaq bin Sulaiman, mengabarkan Abdul Aziz bin Abi Rawad, dari Nafi' dari Abdullah bin Umar, bahwa manik cincin Rasulullah SAW berada di telapak tangannya,".

 

Selain itu, Imam At-Thabrani dalam kitab Ad-Du'a [Beirut; Darul Basyair Islamiyah; 1987], jilid I halaman 1227, juga mengutip riwayat dari Abdul Aziz bin Abi Rawad. Salah satu riwayat yang dikutip Imam At-Thabrani, yang juga merupakan hadis yang populer di Indonesia, bersumber dari Ibnu Rawad, adalah doa yang dibaca oleh umat Islam ketika menyambut bulan Ramadhan. Doa ini berisi permohonan kepada Allah swt agar bulan Ramadhan diterima dan dijalani dengan baik.

 

عن عبد العزيز بن أبي رواد قال: كان المسلمون يدعون عند حضرة شهر رمضان: اللّٰهمَّ أَظَلَّ شَهْرُ رَمَضَانَ وَحَضَرَ، فَسَلِّمْهُ لِي وَسَلِّمْنِي فِيهِ وَتَسَلَّمْهُ مِنِّي، اللهمَّ ارْزُقْنِي صِيَامَهُ وَقِيَامَهُ صَبْرًا واحْتِسَابًا، وَارْزُقَنِي فِيْهِ الْجَدَّ وَالْإِجْتِهَادَ والقُوَّةَ والنَّشَاطَ، وَأَعِذْنِي فِيهِ مِنَ السّآمَةِ وَالفَتْرَةِ وَالكَسَلِ والنُّعَاسِ, وَوَفِّقْنِي فيه لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ وَاجْعَلهَا خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

 

Artinya: "Dari Abdul Aziz bin Abi Rawad, ia berkata: "Kaum Muslimin berdoa ketika bulan Ramadhan tiba: "Ya Allah, bulan Ramadhan telah tiba dan hadir. Lindungilah aku di dalamnya, terimalah puasa dan shalat malamku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Karuniailah aku kesungguhan, ketekunan, kekuatan, dan semangat. Lindungi aku dari rasa bosan, lemah, malas, dan kantuk. Dan anugerahkanlah kepadaku malam Lailatul Qadar dan jadikanlah malam itu lebih baik dari seribu bulan.

 

Lebih jauh lagi, Imam Al-Bukhari dalam kitab Tarikhul Kabir jilid VI halaman 22, menjelaskan bahwa sosok Abdul Aziz bin Abi Rawad termasuk golongan tabi'in yang banyak meriwayatkan hadits. Berdasarkan kesaksian Imam Al-Bukhari, sosok Abdul Aziz bin Abi Rawad seorang ulama dan periwayat hadis yang hidup pada abad ke-2 Hijriyah. Dia berasal dari Makkah dan merupakan salah satu murid dari Nafi' dan Al-Dhahak. 

عبد العزيز بن أبي رواد أبو عبد الرحمن مولى الأزد، واسم أبى رواد ميمون،  عم عمارة بن أبي حفصة، [وأبو حفصة] 2 وأبو رواد اخوان، هو المكي، سمع نافعا والضحاك

 

Artinya: "Abdul Aziz bin Abi Rawad, Abu Abdurrahman, budak dari suku Azd. Nama ayahnya, Abi Rawad, adalah Maimun, paman dari ‘Amarah bin Abi Hafshah. Abi Hafshah dan Abi Rawad adalah saudara. Ia berasal dari Makkah, mendengar hadis dari Nafi’ dan Ad-Dhahak.

 

Demikian, kisah dan gambaran sosok Abdul Aziz bin Abi Rawad, seorang tabi'in dan ulama besar yang patut kita teladani. Ia adalah seorang yang cerdas, taat beribadah, dan produktif dalam meriwayatkan hadits.

 

Ustadz Zaiuddin Lubis, Pegiat Kajian Keislaman Ciputat Jakarta