Khutbah

Khutbah Jumat: Idul Adha dan Kemuliaan Cinta

NU Online  ·  Rabu, 4 Juni 2025 | 16:00 WIB

Khutbah Jumat: Idul Adha dan Kemuliaan Cinta

Ilustrasi cinta. Sumber: Canva/NU Online.

Cinta adalah perasaan kasih sayang yang mengikat kita dalam ikatan kasih sayang dan ketundukan total kepada yang dicintai. Di momen hari raya Idul Adha ini mari kita renungkan makna cinta sejati dan bagaimana kita dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Merajut Cinta Dalam Kurban” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَوْضَحَ لَنَا شَرَائِعَ دِيْنِهِ وَمَنَّ عَلَيْنَا بِتَنْزِيلِ كِتَابِهِ وَأَمَدَّنَا بِسُنَّةِ رَسُولِهِ، فَلِلّٰهِ الْحَمْدُ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ هِدَايَتِهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَيْرِ الْإِنْسَانِ مُبَيِّنًا عَلَى رِسَالَةِ الرَّحْمَنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ جَمِيْعًا, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مُوْقِنٍ بِتَوْحِيْدِهِ، مُسْتَجِيْرٍ بِحَسَنِ تَأْيِيْدِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ الْمُصْطَفَى، وَأَمِيْنُهُ الْمُجْتَبَى وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَةِ الْوَرَى.
 أَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللّٰهِ اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: بِسْمِ اللّٰهِ الرّٰحْمَنِ الرّٰحِيْمِ، وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah 

Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berwasiat kepada hadirin sekalian, terutama untuk diri khatib pribadi agar selalu menjaga ketakwaan kita kepada Allah Ta'ala, yakni dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya. Dengan takwalah kita dapat berharap mendapat kemuliaan di surga-Nya. Allah Ta'ala berfirman: 


إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ 


Artinya: “Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.” (QS. Al-Qalam. Ayat 34).


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Iman tidaklah bisa sempurna tanpa adanya rasa cinta. Cinta adalah salah satu sumber utama kekuatan seorang muslim mencapai kesempurnaan iman. Cinta merupakan sebuah istilah dari perasaan tertarik kepada sesuatu yang dianggap spesial. Sebagaimana Imam Al-Ghazali dalam kitabnya menjelaskan:


الحُبُّ عِبارَةٌ عَنْ مَيْلِ الطَّبْعِ إِلىَ الشَّيْءِ المُلَذِّ


Artinya: “Cinta yaitu istilah dari ketertarikan watak terhadap sesuatu yang dianggap lezat.” (Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, juz IV, halaman 296).


Agama Islam sendiri merupakan agama yang mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang khususnya cinta kepada Allah dan rasul-Nya, ada banyak ayat Al-Qur'an dan hadits yang menyinggung tentang rasa cinta, di antaranya adalah firman Allah Ta'ala: 


قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 


Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran. Ayat 31)


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Dalam kitab Lathaiful Isyarat Jilid I halaman 235, Imam Al-Qusyairi menampilkan syarat cinta dalam ayat tersebut: 


وَشَرْطُ الْمَحَبَّةِ أَلَا يَكُونَ فِيهَا حَظٌّ بِحَالٍ، فَمَنْ لَمْ يَفْنَ عَنْ حُظُوْظِهِ بِالْكُلِّيَّةِ فَلَيْسَ لَهُ مِنْ الْمَحَبَّةِ شَظِيَّةٌ.


Artinya: "Syarat cinta adalah tidak ada kepentingan pribadi sedikit pun di dalamnya. Barangsiapa yang tidak meninggalkan semua kepentingan pribadinya secara total, maka dia tidak memiliki secuil pun dari cinta yang sebenarnya."


Dengan keterangan tersebut, kita menjadi tahu bahwa cinta yang sejati tidak berharap atau menuntut lebih dari yang dicintai. Sebagaimana kisah bersejarah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di hari ini, beliau rela menyembelih putra tercintanya demi membuktikan cintanya kepada Allah Ta'ala, tuhan yang ia cintai bersama putranya setulus hati.


Kisah bersejarah tersebut juga memberi makna bahwa cinta membutuhkan pembuktian dengan pengorbanan. Pengorbanan merupakan unsur penting dalam hubungan cinta, tanpa pengorbanan cinta hanyalah omong kosong belaka. Karena dari pengorbanan, bisa diukur seberapa dalam kecintaan dan seberapa serius rasa cintanya.


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Tidak hanya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya yang harus kita perhatikan, tapi mencintai sesama dengan tujuan mencintai perintah Allah dan Rasul-Nya juga merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas keimanan kita. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:


عَن أَبِي هُرَيرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: لاَ تَدخُلُونَ الجَنَّةَ حَتَّى تُؤمِنُوا، وَلاَ تُؤمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُم عَلَى شَيءٍ إِذَا فَعَلتُمُوهُ تَحَابَبتُم؟ أَفشُوا السَّلاَمَ بَينَكُم (رواه أحمد)


Artinya: "Dari Abu Hurairah, beliau berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda: 'Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.'" (HR. Ahmad)


Tidak hanya itu, cinta dan kasih sayang juga merupakan ciri khas orang beriman. Allah Ta'ala berfirman: 


وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ


Artinya: "Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah." (QS. Al-Baqarah. Ayat 165)


Ayat ini menunjukkan bahwa ciri orang yang beriman adalah mereka yang menyembah Allah semata, baik dalam keadaan susah maupun senang, artinya orang-orang mukmin akan tetap menyembah Allah Ta'ala meskipun diberi berbagai cobaan atau diberi nikmat, ini semua merupakan buah yang tumbuh dari rasa cinta.


Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Begitu mulianya cinta, hingga menjadi fondasi utama untuk mendapatkan kesempurnaan iman, memperoleh kemuliaan berupa surga dan menjadi ciri utama orang yang beriman. Cinta adalah urusan hati, yang mana tiada kemampuan bagi manusia untuk memilih dan tiada pula kesanggupan atau kemampuan baginya untuk mengontrol cinta.


Cinta dan kasih sayang adalah sebuah karunia yang berupa perasaan yang diberikan Allah Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya. Maka mari kita letakkan perasaan cinta ini pada tempat yang tepat. Jangan sampai kita salah mencintai karena seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintai nanti di hari kiamat.


Demikian khutbah siang hari ini, semoga bermanfaat dan menjadikan kita mampu mengelola rasa cinta dengan baik dan tulus untuk Allah Ta'ala dan Rasul-Nya. Aamiin ya rabbal alamin.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ
فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ.

Ustadz Abdul Karim Malik, Alumni Al Falah Ploso kediri, Pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi dan Tenaga Pengajar Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.