Khutbah

Khutbah Jumat: Islam Memerintahkan Persatuan, Bukan Perpecahan

Rab, 13 Desember 2023 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Islam Memerintahkan Persatuan, Bukan Perpecahan

Persatuan. (Foto: NU Online/Freepik)

Pada tahun 2019 konstelasi politik terjadi cukup panas dan berdampak pada adanya polarisasi yang terkenal dengan cebong dan kadrun. Pertarungan kedua kubu ini terlihat dengan jelas di berbagai media sosial bahkan sampai pada yang bersifat privat seperti grup keluarga. Akibatnya, keutuhan keluarga tersebut menjadi retak. Berdasarkan pengalaman lima tahun silam tersebut, maka pada tahun politik kali ini diperlukan aktor-aktor berpengaruh seperti pemuka agama untuk melakukan refleksi melalui pandangan agama sehingga persatuan bisa diperkuat, perpecahan bisa dihindarkan. 


Khutbah Jumat ini berjudul: “Khutbah Jumat: Islam Memerintahkan Persatuan, Bukan Perpecahan”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!



Khutbah I


الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِعَفْوِهِ تُغْفَرُ الذُّنُوْبِ وَالسَّيِّئَاتِ، وَبِكَرَمِهِ تُقْبَلُ الْعَطَايَا وَالْعِبَادَاتُ. الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ، الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةٌ لِّلْعَالَمِيْنَ، الْمُرْسَلِ إِلَى كَافَّةِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَعَلَى آلِهِ وَذُرِّيَتِهِ الْأَطْهَارِ، وَصَحَابَتِهِ الْأَخْيَارِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِالْاِبْتِعَادِ مِنَ الْأَشْرَارِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، فَمَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى وَاتَّقَى فَقَدْ أَفْلَحَ وَفَازَ، إِنَّ اللهَ لَايُخْلِفُ الْمِيْعَادَ.


Hadirin shalat Jumat hafidzakumullah..

Pada dasarnya, Allah lah yang berhak atas beragam pujian yang sering kita ucapkan atau dengar. Melalui kasih sayang-Nya, kita dapat menjalankan perintah-Nya saat ini dengan sehat dan penuh khidmat. Shalawat dan salam sudah seyogyanya kita haturkan untuk Nabi kita, Nabi Muhammad saw serta para keluarga dan sahabatnya. Ketakwaan yang telah dicontohkan oleh generasi emas Islam tersebut sudah sepatutnya kita teladani pada masa saat ini juga. Oleh karenanya, khatib mengingatkan kembali kepada para jamaah agar tidak pernah lupa dan putus asa dalam meningkatkan kualitas ketakwaan di tengah hiruk-pikuk urusan dunia yang kian tidak menentu dan sulit untuk diprediksi.


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah..

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada saat ini kita tengah memasuki tahun politik. Dalam pekan-pekan terakhir ini, kita memperhatikan diskusi, gagasan, dan dinamika para calon pemimpin kita. Begitu juga di sekeliling kita sudah banyak gambar-gambar yang konon katanya menjadi wakil kita dalam bernegara. Puncaknya adalah pada bulan Februari tahun 2024 nanti yang akan menjadi titik tolak bagaimana nasib negara ini selama lima tahun ke depan.


Satu hal yang penting disorot dari fenomena ini adalah apa dan bagaimana situasi dan kondisi pesta demokrasi pada lima tahun silam, tepatnya tahun 2019. Sejenak kita mengingat-ingat kembali pada tahun tersebut. Ya, betul, pada tahun tersebut media sosial kita dipenuhi dengan keributan, cacian, dan perkataan-perkataan yang tidak sepantasnya keluar dari kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi norma-norma agama dan etika moral. Bahkan, tidak sedikit antar sesama sanak saudara, tetangga, dan teman yang terputus hubungannya hanya perbedaan pilihan politik.


Pertanyaannya: apakah kita akan mengulanginya kembali pada tahun ini?


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah..

Setelah pemilihan tahun 2019 itu kita telah melihat apa yang dilakukan oleh para elit kita di atas sana. Orang bertakwa pasti akan mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian masa lalu. Hal ini sebagaimana diminta al-Quran agar umat Nabi Muhammad ini harus belajar dari apa yang menimpa pada umat-umat sebelumnya akibat perbuatan mereka. Allah berfirman dalam al-Baqarah ayat 66:


فَجَعَلْنَاهَا نَكَالًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ


Artinya: “Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”


Begitu juga dalam konteks politik, sudah seyogyanya pada tahun politik saat ini kita bersikap lebih elegan dan dewasa dibanding tahun politik sebelumnya. Tidak ada gunanya kita ngotot mendewakan seorang calon tertentu yang malah mengorbankan kerukunan kita dengan orang-orang sekitar. 


Hadirin shalat Jumat hafidzakumullah..

Bila kita melihat cita-cita yang diinginkan Islam, kita akan menemukan banyak dalil bahwa Islam menyuruh umatnya untuk menjaga persatuan dan menjauhi perpecahan. Misalnya dalam surat Ali Imran ayat 103 disebutkan:


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا


Artinya: “Dan berpeganglah kalian semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika dahulu (masa Jahiliyah) kalian bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hati kalian, sehingga menjadilah kalian dengan nikmat Allah sebagai orang-orang yang bersaudara.”


Kata Syekh Wahbah al-Zuhaili, setidaknya ada dua pesan utama dari ayat ini yakni (1) perintah untuk berpegang teguh pada agama Allah, (2) larangan bercerai-berai setelah bersatu di bawah agama-Nya. Ayat ini memang hendak memperingatkan para sahabat saat itu, yang awal mulanya bermusuhan kemudian berdamai dengan sama-sama menganut agama Islam. Ini menunjukkan bila yang sebelumnya pernah bermusuhan kemudian bersatu dalam keyakinan, maka disuruh untuk tidak berpecah apalagi yang telah memeluk agama Islam sejak lahir seperti kita. 


Oleh karena itu, pada ayat lain dipertegas juga bahwa orang-orang beriman itu saling bersaudara. Hal ini sebagaimana dalam surat al-Hujurat ayat 10:
 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ


Artinya: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudara kalian itu.”


Lumrahnya orang bersaudara akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga dan merawat hubungannya agar tetap akur, rukun, dan guyub. Begitu juga saat ada masalah atau perbedaan pandangan antar sesama saudara maka akan mencari jalan keluar agar tidak sampai memutus tali persaudaraan. Terlebih bila sesama orang beriman, yang pondasi kehidupannya sama-sama berlandaskan pada kepercayaan kepada Dzat yang Esa sehingga sudah sepantasnya persatuan lebih diutamakan ketimbang perpecahan.


Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah..

Dengan demikian, berbeda pilihan politik jangan sampai memutus tali persaudaraan kita. Justru kita umat Islam mestinya memberikan tauladan terhadap umat lain di negara ini sesuai tuntunan ajaran agama, bukan sebaliknya. Apalagi sampai menjadi dalang atau provokator yang membuat suasana semakin keruh. Sikap-sikap tidak elok yang dipertontonkan oleh sebagian saudara kita pada tahun 2019 itu tidak boleh kita ikuti jejaknya pada masa sekarang dan masa-masa selanjutnya.


Dalam konteks kenegaraan juga, Islam begitu memprioritaskan persatuan. Hal ini sebagaimana dalam ajaran Ahlussunnah wal jamaah sebagaimana ditegaskan imam al-Thahawi bahwa meskipun pemimpinnya berbuat zalim tetap tidak boleh dilengserkan atau dikudeta. Selama pemimpin tersebut tidak menyuruh mengerjakan perbuatan yang dilarang agama, maka rakyat masih tetap wajib mentaatinya. Hal ini bukan hendak membiarkan pemimpin zalim itu tetap berkuasa, melainkan demi menghindari mudharat yang lebih besar, yaitu kekacauan bahkan kekosongan pemimpin dalam negara tersebut.


Oleh karena itu, pada tahun politik saat ini marilah kita berpolitik dengan santun, sejuk, dan damai. Persatuan jauh lebih berharga dibanding jabatan dan kekuasaan itu sendiri. Mari kita menjadikan apa yang terjadi di masa lalu termasuk kondisi peperangan dan bencana kemanusiaan di Timur Tengah sebagai pelajaran, sehingga NKRI bisa tetap terpelihara dengan baik. Dengan upaya ini kita semua berharap hubungan kita dengan lingkungan sekitar tetap harmonis dan bisa berbagi canda tawa. Cukuplah perbedaan itu hanya terjadi saat di ruang TPS saja, tidak perlu dibawa ke dalam kehidupan sosial sehari-hari.


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ.


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقَ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلَّمُ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ ۰ فَيَاعِبَادَاﷲ... اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالى فِيْ الْقُرْآنِ ﺍﻟْﻌَﻈِﻴْﻢِ:  ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّٰﻪَ ﻭَﻣَﻼَﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮْﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ، ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮْﺍ ﺻَﻠُّﻮْﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮْﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴْﻤًﺎ .ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺻَﻞِّ ﻋَﻠَﻰسَيِّدِنَا ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﺁلهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اللهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


M Syarofuddin Firdaus, Dosen Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences