Khutbah

Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah

NU Online  ·  Kamis, 10 Juli 2025 | 17:00 WIB

Khutbah Jumat: Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah

Ilustrasi pertolongan. Sumber: Canva/NU Online.

Di tengah arus zaman yang makin individualistik, budaya apatis terhadap lingkungan makin meluas. Banyak umat Islam yang tak lagi peduli saat tetangganya menderita, ketika kezaliman terjadi di depan mata, atau saat kemungkaran merusak ketentraman bersama. Bahkan, sebagian justru bersikap angkuh dan masa bodoh, seolah berkata, “Itu bukan urusan saya.”


Khutbah Jumat kali ini mengajak umat Islam agar tidak apatis terhadap lingkungan di mana ia tinggal dengan selalu membantu sesama Maka naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Jangan Apatis! Tanggung Jawab Sosial Adalah Ibadah.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ للهِ. الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ, يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ, وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ, خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ 


قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ


Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan nikmat kepada kita, sehingga kita dapat menunaikan shalat Jumat pada hari ini. Nikmat ini harus kita syukuri dengan menjalankan syariat-Nya dengan sebaik-baiknya.

 

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya. Semoga rahmat-Nya juga melimpah kepada kita, umatnya, yang senantiasa meneladani ajarannya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

 

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Di tengah zaman yang kian individualistis, sifat apatis kini semakin merajalela. Banyak di antara kita yang tidak lagi tergerak oleh penderitaan tetangga, diam saat menyaksikan kezaliman, atau acuh ketika lingkungan dilanda musibah. Ada yang memilih mengurung diri dalam urusan pribadi, bahkan berkata, “Itu bukan urusan saya,” saat melihat kemungkaran atau ketidakadilan di depan mata.


Padahal, Islam mengajarkan kita untuk tidak hanya menjadi hamba yang saleh secara pribadi, tetapi juga saleh secara sosial. Islam memerintahkan kita untuk peduli, tanggap, dan bergerak demi kemaslahatan bersama. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 


اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ


Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?, Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin”. (Qs. Al-Maun: 1-3)


Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Ayat tersebut menjelaskan firman Allah SWT kepada umat Islam bahwa salah satu ciri orang yang mendustakan agama dan tidak mempercayai adanya hari perhitungan kelak adalah mereka yang mengabaikan anak-anak yatim dan tidak mengajak untuk memberi makan kepada orang miskin. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam tafsir Marah Labid, juz II, halaman 667, menyatakan:


إِنْ أَرَدْتَ أَنْ تَعْرِفَ الْمُكَذِّبَ بِالْحِسَابِ فَذَلِكَ الَّذِيْ يَدْفَعُ الْيَتِيْمَ بِعَنْفٍ عَنْ حَقِّهِ...وَلَا يَحُثُّ أَهْلَهُ وَغَيْرَهُمْ مِنَ الْمُوْسِرِيْنَ عَلَى صَدَقَةِ الْمَسَاكِيْنِ 


Artinya: “Jika engkau hendak mengetahui orang yang mendustakan hari perhitungan amal maka ia adalah orang yang menghalangi anak yatim dengan cara yang kasar dari hak-haknya,…juga mereka yang tidak menganjurkan keluarga serta orang lainnya yang memiliki harta lebih untuk bersedekah kepada orang-orang yang membutuhkan”.


Ayat tersebut secara makna ditujukan kepada orang-orang yang memiliki kelebihan harta agar lebih memperhatikan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga tidak bersikap acuh dan peduli, terutama terhadap mereka yang membutuhkan bantuan. Selain itu, ayat ini juga mengajak umat Islam untuk tidak bersikap apatis terhadap lingkungan sekitar tempat tinggalnya.


Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam perspektif lain, makna ayat di atas tidak hanya terbatas pada sikap apatis terhadap lingkungan, tetapi juga mencakup ajakan untuk menggiring orang lain bersikap apatis. Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, juz 32, halaman 303, menjelaskan bahwa ayat ketiga dari surat Al-Ma’un memiliki dua makna: pertama, menghalangi hak-hak orang miskin; kedua, mencegah orang lain untuk berbuat baik kepada mereka dengan meyakini bahwa tidak ada kebaikan dalam perbuatan tersebut.


Berdasarkan penjelasan Imam Ar-Razi, dapat dipahami bahwa orang-orang yang termasuk dalam golongan pendusta agama adalah mereka yang tidak peduli terhadap sesama dan bahkan mengajak orang lain untuk turut tidak peduli terhadap lingkungannya.


Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Allah SWT dalam ayat lain dengan tegas memerintahkan umat Islam untuk senantiasa tolong-menolong dan bergotong royong dalam kebaikan serta kemaslahatan bersama, serta melarang tolong-menolong dalam kemaksiatan dan permusuhan. Ini menunjukkan betapa pentingnya bagi umat Islam untuk peduli terhadap lingkungan masyarakat. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:


وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ۝٢


Artinya: “Tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)


Terkait kepekaan terhadap lingkungan, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk tidak bersikap apatis dan selalu berperan aktif dalam urusan kemaslahatan bersama. Beliau bersabda:


مَنْ لَا يَهْتَمُّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ، وَمَنْ لَا يُصْبِحُ وَيُمْسِي نَاصِحًا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِإِمَامِهِ وَلِعَامَّةِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ


Artinya: “Barang siapa tidak peduli dengan urusan umat Islam, maka ia bukan bagian dari mereka. Barang siapa tidak senantiasa menasehati karena Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya, pemimpin, dan seluruh umat Islam, maka ia bukan bagian dari mereka.” (HR. At-Thabrani)


Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Kesimpulan dari khutbah Jumat ini adalah bahwa Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk saleh secara spiritual, tetapi juga saleh secara sosial dengan tidak bersikap apatis terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Dalam contoh sederhana, kepekaan sosial dapat dimulai dengan menghindari perbuatan yang mengganggu kenyamanan dan keamanan bersama di masyarakat. Semoga kita senantiasa menjadi umat yang peduli dan berperan aktif dalam kebaikan. Aamiin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ


Khutbah II 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ


أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.


اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ


اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. 


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. 


رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.ِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ  


Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta.