Khutbah

Khutbah Jumat: Kritik Santun, Cermin Cinta Tanah Air dalam Islam

NU Online  ·  Jumat, 29 Agustus 2025 | 02:00 WIB

Khutbah Jumat: Kritik Santun, Cermin Cinta Tanah Air dalam Islam

Khutbah Jumat tentang etika kritik (via suffnetrucuter.tk)

Islam mengajarkan keseimbangan antara rakyat dan pemimpin. Rakyat wajib taat kepada pemimpin selama tidak memerintahkan maksiat, dan rakyat pun berhak menyampaikan nasihat jika pemimpin keliru. Tetapi, nasihat itu harus disampaikan dengan cara yang santun, penuh hikmah, bukan dengan caci maki, hujatan, atau provokasi.
 

Khutbah Jumat ini mengajak kepada umat Islam untuk menyampaikan kritik kepada pemimpin yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik namun dengan cara yang santun dan baik.

 

Khutbah I
 

الْحَمْدُ ِللهِ. الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ. اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya. 

Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt
Di antara nikmat terbesar yang Allah anugerahkan kepada kita adalah hidup di negeri yang merdeka, aman, dan damai. Kemerdekaan dan kedamaian ini tentu harus kita jaga bersama, bukan hanya dengan doa dan ibadah, tetapi juga dengan sikap kritis dan peduli terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
 

Islam mengajarkan keseimbangan antara rakyat dan pemimpin. Rakyat wajib taat kepada pemimpin selama tidak memerintahkan maksiat, dan rakyat pun berhak menyampaikan nasihat jika pemimpin keliru. Tetapi, nasihat itu harus disampaikan dengan cara yang santun, penuh hikmah, bukan dengan caci maki, hujatan, atau provokasi.
 

Allah Taala berfirman dalam surat An-Nahl 125:
 

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
 

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk”. (QS An-Nahl: 125).
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt
Pada ayat di atas, Allah swt memberikan panduan mengenai cara menyampaikan kritik yang baik bagi umat Islam. Setidaknya, ada 3 cara yang dapat digunakan umat Islam untuk menyampaikan kritik yang baik, yaitu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan perdebatan yang baik. 
 

Maksud dari hikmah ialah berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah. Sedangkan nasihat yang baik ialah nasihat-nasihat yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan sunnah guna memberi peringatan kepada orang-orang yang menyimpang dari syariat dalam menjalankan tugasnya. Adapun maksud perdebatan yang baik ialah penyampaian kritik yang dilakukan dengan cara yang santun.
 

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsirul Qur’anil Adzim juz 4 halaman 526, menjelaskan:
 

بِالْحِكْمَةِ. قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: وَهُوَ مَا أَنْزَلَهُ عَلَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ. وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ، أَيْ بِمَا فِيهِ مِنَ الزَّوَاجِرِ وَالْوَقَائِعِ بِالنَّاسِ، ذَكَّرَهُمْ بِهَا لِيَحْذَرُوا بَأْسَ اللَّهِ تَعَالَى. وَقَوْلُهُ: وَجادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ أَيْ مَنِ احْتَاجَ مِنْهُمْ إِلَى مُنَاظَرَةٍ وَجِدَالٍ فَلْيَكُنْ بِالْوَجْهِ الْحَسَنِ بِرِفْقٍ وَلَيِّنٍ وَحُسْنِ خِطَابٍ
 

Artinya: “'Dengan hikmah', Ibnu Jarir berkata: 'Maksudnya ialah Al-Qur’an dan sunnah. Sedangkan maksud dari nasihat yang baik ialah nasihat yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan sunnah yang berisi larangan yang menyesuaikan dengan realitas masyarakat guna memberi peringatan kepada mereka akan azab Allah swt.
 

Adapun makna debatlah dengan cara yang lebih baik maksudnya ialah ditujukan kepada orang-orang yang memerlukan perdebatan maka lakukanlah dengan cara yang baik yaitu dengan lemah lembut dan kata-kata yang santun.” 
 

Dari penjelasan Ibnu Katsir di atas, dapat dipahami bahwa menyampaikan kritik kepada pemangku jabatan yang tidak menjalankan amanat dengan baik sangat dianjurkan dalam Islam. Namun perlu dipahami bahwa penyampaian kritik tersebut harus tetap dilakukan dengan cara-cara yang baik yang sesuai dengan syariat. 
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt
Islam mengajarkan bahwa kritik bukanlah celaan yang menyakitkan atau hinaan yang meruntuhkan, melainkan nasihat yang santun, penuh hikmah, dan bertujuan untuk perbaikan. Nasihat yang benar adalah tanda kasih sayang, dan kritik yang santun adalah cermin cinta tanah air.
 

Karena itu, penyampaian kritik kepada pemangku jabatan haruslah dilakukan dengan cara yang mulia, tidak dengan emosi yang melukai, namun dengan hikmah yang menumbuhkan perbaikan. Karena cinta tanah air bukanlah sekadar slogan, melainkan sikap nyata untuk menjaga kebaikan bangsa melalui kritik yang santun dan membangun.
 

Rasullah saw bersabda:
 

اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ. قُلْنَا لِمَنْ؟ قَالَ صلى الله عليه وسلم: ِللهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ
 

Artinya: “Agama memerintahkan nasihat (berbuat kebaikan).” Ditanyakan kepada Nabi: "Kepada siapa?" Nabi menjawab: “Kebaikan kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan kepada kaum muslimin secara umum (yang bukan pemimpin).” (HR Muslim).
 

Hadits ini menunjukkan bahwa menasihati adalah bagian dari iman, termasuk dalam hal ini ialah menasihati pemimpin. Tetapi nasihat yang benar adalah yang membuat keadaan lebih baik, bukan menambah kekacauan di dalamnya.
 

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah swt
Kritik santun bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda kematangan iman dan cinta tanah air. Maka dalam hal ini, kritik yang santun sejatinya adalah wujud cinta tanah air. Jika kita mencintai negeri ini, tentu kita ingin pemimpin dan pemerintahan berjalan lebih baik. Sedangkan cinta itu diwujudkan bukan dengan kebencian, melainkan dengan doa, nasihat, dan sikap yang santun.
 

Kesimpulannya, marilah kita menjadikan kritik sebagai jalan memperbaiki bangsa, bukan menghancurkan. Pemimpin hendaknya terbuka menerima masukan, dan rakyat hendaknya bijak dalam menyampaikan nasihat. 
 

Mari kita berdoa semoga Allah memberikan hidayah kepada para pemimpin kita agar berlaku adil dan amanah, serta kepada kita semua agar bisa menasihati dengan akhlak yang mulia.
 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
 


Khutbah II
 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰ لِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ 

 

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
 

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر.ِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ  
 

Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek Cirebon dan Mahad Aly Jakarta