Khutbah

Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik

NU Online  ·  Jumat, 27 Juni 2025 | 09:45 WIB

Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik

Ilustrasi harta. (Foto: NU Online/Freepik)

Harta dalam Islam bukan hanya tentang kepemilikan materi, tetapi juga tanggung jawab moral dan spiritual dalam pengelolaannya. Harta adalah amanah dari Allah yang harus dicari dengan cara halal, dimanfaatkan untuk kebaikan, serta didistribusikan secara adil melalui zakat, infak, dan sedekah. Kita dituntut untuk bersikap bijak, tidak tamak, dan senantiasa bersyukur, sehingga pengelolaan harta membawa berkah bagi diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul, “Khutbah Jumat: Menyadari Hakikat Harta dan Mengelolanya dengan Baik”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَنْزَلَ الْأَحْكَامَ لِإِمْضَاءِ عِلْمِهِ الْقَدِيمِ، وَأَجْزَلَ الْإِنْعَامَ لِشَاكِرِ فَضْلِهِ الْعَمِيمِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْبَرُّ الرَّحِيمُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمَبْعُوثُ بِالدَّيْنِ الْقَوِيمِ، الْمَنْعُوتُ بِالْخُلُقِ الْعَظِيمِ. صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ وَالتَّسْلِيمِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولاً فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Allah adalah dzat yang peling berkuasa atas segala apa yang terjadi di muka bumi ini, termasuk berkuasa atas kehidupan kita. Dia lah yang telah menganugerahi kita nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu. Menjadi keniscayaan bagi kita untuk bersyukur atas nikmat ini dengan senantiasa mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil Alamin.

 

Rasa syukur ini perlu kita wujudkan dengan senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Takwa akan menjadi panduan bagi kita untuk menggunakan nikmat, rezeki, dan karunia Allah sesuai dengan ketentuannya termasuk dalam menggunakan harta sebagai bagian dari karunia Allah swt.

 

Perlu kita pahami bahwa dalam perspektif Islam, harta bukan semata-mata kekayaan, melainkan titipan dari Allah SWT yang harus dikelola dengan baik, bijak, penuh tanggung jawab, dan berorientasi pada kemaslahatan dunia dan akhirat. Harta adalah sarana ibadah, bukan tujuan akhir kehidupan.

 

Sudah menjadi fitrah naluriah bahwa kita, manusia pasti tertarik kepada harta. Pasalnya, harta bisa memberikan kesenangan dan ingin dimiliki, baik dalam bentuk materinya maupun manfaatnya.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Islam memberi perhatian yang cukup besar dalam hal harta. Hal ini ditunjukkan dengan Al-Qur’an yang menyebut kata al-māl atau harta sebanyak 86 kali. Dalam Islam, kita diingatkan bahwa pada hakikatnya, harta yang kita miliki bukanlah hak mutlak milik kita. Harta adalah bagian dari rezeki yang telah Allah takdirkan. Harta yang kita dapatkan bukanlah berasal dari kita sendiri. Harta yang kita miliki sudah diukur oleh Allah swt.

 

Allah swt berfirman dalam QS. Al-Hijr : 20 

 

وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَ وَمَنْ لَّسْتُمْ لَهٗ بِرٰزِقِيْنَ ۝٢٠

 

Artinya: “Kami telah menjadikan di sana sumber-sumber kehidupan untukmu dan (menjadikan pula) makhluk hidup yang bukan kamu pemberi rezekinya.”

 

Allah juga berfirman dalam QS. Asy-Syura: 27:

 

وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُۗ اِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ ۝٢٧

 

Artinya: “Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Mahateliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya."

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Islam mengajarkan bahwa kepemilikan harta bersifat relatif. Pada hakikatnya, Allah adalah pemilik sejati segala sesuatu, termasuk harta. Kita hanyalah pengelola yang harus bertanggung jawab dalam penggunaannya. Dalam Islam pun ditegaskan bahwa ada dua bentuk kepemilikan harta yakni yang bersifat pribadi dan juga sosial. Artinya, harta pribadi tidak boleh mengabaikan hak orang lain, khususnya kaum dhuafa.

 

Harta dalam Islam juga bukan sekadar alat untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga instrumen untuk menggapai ketenangan beribadah dan berkontribusi sosial. Harta juga adalah hal yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah kelak, tentang dari mana didapatkan dan untuk apa harta tersebut digunakan. Rasulullah bersabda:

 

 تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ 

 

Artinya: "Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai 4 hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan." (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi).

 

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengatur harta sekaligus merencanakan penggunaannya. Perencanaan harta yang baik, seperti menabung, berinvestasi, dan berinfak, harus dilakukan dalam koridor syariah yakni tanpa riba (bunga), gharar (bohong), ataupun maysir (judi). 

 

Allah berfirman:

 

اَلَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبٰوا لَا يَقُوْمُوْنَ اِلَّا كَمَا يَقُوْمُ الَّذِيْ يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطٰنُ مِنَ الْمَسِّۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَالُوْٓا اِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبٰواۘ وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ

 

Artinya: “Orang-orang yang memakan (bertransaksi dengan) riba tidak dapat berdiri, kecuali seperti orang yang berdiri sempoyongan karena kesurupan setan. Demikian itu terjadi karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275)

 

Oleh karena itu mari kita gunakan harta yang ada pada kita untuk dikembangkan dalam bentuk bisnis atau usaha yang halal serta produktif seperti investasi pengembangan harta secara syariah. Harta kita juga harus dibelanjakan untuk kebutuhan dan amal saleh serta didistribusikan melalui zakat, infak, dan sedekah.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Terkait dengan harta, Islam dengan tegas tidak mengukur kekayaan kita dari banyaknya harta benda, melainkan dari kekayaan jiwa (ghinan nafsi). Orang kaya sejati adalah mereka yang menggunakan hartanya untuk kemanfaatan umat, menyambung silaturahmi, dan memperjuangkan kesejahteraan bersama. Kekayaan yang diberkahi adalah yang membawa manfaat, bukan yang melalaikan dari tujuan akhir kehidupan. 

 

Sebagai penutup, mari renungkan dan ambil pelajaran dari pesan Rasulullah kepada salah satu sahabatnya yakni Abu Dzar al-Ghifari, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul ‘Ibad karya Syekh Muhammad bin Umar Nawawi al-Bantani:

 

 يَا أَبَا ذَرٍّ، جَدِّدِ السَّفِيْنَةَ فَإِنَّ اْلبَحْرَ عَمِيْقٌ، وَخُذِ الزَّادَ كَامِلاً فَإِنَّ السَّفَرَ بَعِيْدٌ، وَخَفِّفِ اْلحِمْلَ فَإِنَّ العَقَبَةُ كَئُوْدٌ، وَأَخْلِصِ اْلعَمَلَ فَإِنَّ النَاقَدَ بَصِيْرٌ 

 

Artinya: "Wahai Abu Dzar, perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam; ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh; ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, dan ikhlaslah beramal karena Allah Maha Teliti."

 

Pesan ini mengingatkan kepada kita untuk benar-benar mampu merencanakan berbagai hal termasuk merencanakan pengelolaan harta agar dapat memberi manfaat dan menjadikannya maslahat bagi diri dan orang lain. Harta harus mempu menjadi infrastruktur yang memudahkan kita beribadah dan menjadi bekal perjalanan mengarungi kehidupan ini. Semoga kita senantiasa diberikan harta yang barakah dan mampu mengelola serta memanfaatkannya dengan baik untuk ibadah sesuai dengan ketentuan-Nya. Amin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

 

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung