Khutbah

Khutbah Jumat: Meraih Ketenangan dan Kemuliaan dengan Saling Memaafkan di Hari Raya

Kam, 11 April 2024 | 20:00 WIB

Khutbah Jumat: Meraih Ketenangan dan Kemuliaan dengan Saling Memaafkan di Hari Raya

Ilustrasi saling memaafkan. (Foto: NU Online)

Hari Raya bukan hanya tentang kegembiraan dan kemenangan, tetapi juga merupakan momen untuk merefleksikan nilai-nilai luhur, di antaranya adalah saling memaafkan di antara kita. Dengan memaafkan satu sama lain, kita bukan hanya meraih ketenangan dalam diri, tetapi juga mempererat ikatan kebersamaan dan memperkuat jalinan persaudaraan.

 

Khutbah ini berjudul "Khutbah Jumat: Meraih Ketenangan dan Kemuliaan dengan Saling Memaafkan di Hari Raya". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).

 

Khutbah I

 

 اَلْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Pada siang hari yang mulia ini, khatib mengajak jamaah sekalian dan tentunya diri khatib pribadi untuk senantiasa menjaga sekaligus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah ta’ala. Takwa sebagaimana didefinisikan oleh para ulama, yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Semoga ketakwaan dapat menjadi wasilah kita mendekatkan diri kepada Allah.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah 

Dua hari lalu kita semua telah menjalankan hari raya Idul Fitri, hari yang sungguh istimewa bagi kita semua. Rasa bahagia dan senang kian meningkat tatkala kita bertemu sanak saudara kita, para tetangga yang lama tak bertemu serta kawan-kawan dan kerabat. 

 

Idul fitri menjadi momen bagi kita untuk saling memaafkan, meskipun meminta atau memberi maaf tidak hanya dilakukan saat Idul Fitri berlangsung, namun momen ini cukup penting bagi masing-masing dari kita untuk meminta maaf kepada siapapun, baik keluarga, tetangga, teman dan sahabat atas khilaf yang pernah dilakukan, baik secara sadar maupun tidak.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Meminta maaf dan memaafkan merupakan sikap yang menunjukkan permohonan atau pemberian pengampunan dan pembebasan atas kesalahan diri kita dan orang lain. Tindakan memaafkan melibatkan kesediaan kita untuk melepaskan dendam dan kebencian terhadap orang yang melakukan kesalahan, serta memberikan kesempatan dan ruang untuk menjalin kembali hubungan yang telah rusak.

 

Memberikan maaf dapat membantu seseorang untuk melepaskan beban emosional negatif seperti kemarahan, kesedihan, atau kebencian, sehingga ia dapat merasa lebih damai, bahagia, dan stabil secara emosional. Memaafkan juga dapat menghapuskan luka dalam hati sehingga tidak berlarut-larut dalam rasa dendam.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah 

Agama Islam cukup vokal dalam menganjurkan sikap saling memaafkan. Bagi orang yang berbuat salah hendaknya meminta maaf dan orang yang diperlakukan kurang atau tidak baik disaat dimintakan maaf maka hendaknya memberikan maaf bagi pelaku. Allah ta’ala berirman dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 22:

 

وَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 

 

Artinya, “Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur:22).

 

Ayat di atas secara gamblang menghimbau kita untuk memaafkan orang lain serta mengingatkan kita di kala enggan memberikan maaf, “Bukankah apabila kita di posisi mereka pun ingin sekali dibukakan pintu maaf?”, “Bukankah Allah ta’ala pun Maha Pemaaf terhadap hamba-hamba-Nya, menggapa kia tidak kunjung memberi maaf atas kekhilafan orang lain terhadap kita. Padahal kita adalah hamba Allah yang Maha Pemurah dalam memberikan ampunan pada kita?”

 

Dalam tafsirnya, Syekh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan tafsir ayat tersebut, bahwa seorang mukmin dianjurkan mesti memiliki karakter sebagaimana sifat-sifat Allah yang Maha Pemaaf, sehingga ia pun mudah memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan layaknya jika ia berdosa, Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Maka maafkan juga orang lain jika berbuat salah kepadamu. 

 

Nabi Muhammad saw juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Thabrani dari Jarir: "Siapapun yang tidak menunjukkan belas kasihan, dia pun tidak akan mendapatkan belas kasihan." (Syekh Wahbah az-Zuhaili, At-Tafsir al-Munir, [Beirut: Darul Fikr, 1418], jilid XVIII, hal. 190).

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjelaskan bahwa memberikan maaf kepada orang lain yang pernah berlaku tidak selayaknya terhadap kita tidak akan serta merta menurunkan derajat dan martabat kita. Justru sebaliknya, memaafkan akan menaikkan derajat kita, sebagai sabda Nabi saw:

 

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

 

Artinya, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim)

 

Berkaitan dengan hadits di atas, Imam an-Nawawi dalam Syarh Muslim menjelaskan, orang-orang yang pemaaf itu mendapatkan kekuasaan dan keagungan di hati orang lain, serta akan meningkatkan derajat dan kemuliaannya. Selain itu, memaafkan juga adalah perbuatan yang menuai pahala dan kemuliaan di akhirat kelak. (Imam an-Nawawi, Syarh Nawawi ‘ala Muslim, [Beirut: Dar Ihya at-Turats, 1392], jilid XVI, hal. 141).

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Sebagai penutup, mari kita renungkan betapa pentingnya saling memaafkan dalam membawa kedamaian dan keberkahan dalam hidup kita, terutama di momen yang penuh berkah seperti Hari Raya ini. Dengan saling memaafkan, kita bukan hanya meraih ketenangan dalam diri sendiri, tetapi juga mengangkat martabat kita di hadapan Allah SWT. 

 

Mari kita tinggalkan belenggu dendam dan kesombongan, serta berlomba-lomba dalam kebaikan dengan hati yang penuh lapang dan kasih sayang. Semoga setiap langkah kita di masa mendatang dipenuhi dengan kebaikan, dan semoga kita semua dapat merasakan kedamaian yang sejati dengan saling memaafkan

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 

 

Khutbah II

 

 الْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

 

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ

 

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

 

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ

 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Darussunnah Jakarta.