Khutbah

Khutbah Jumat: Pemerataan Ekonomi dan Larangan Monopoli dalam Islam

Jum, 26 Januari 2024 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat: Pemerataan Ekonomi dan Larangan Monopoli dalam Islam

Pemerataan ekonomi, (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Islam sangat memperhatikan kemaslahatan kehidupan masyarakat di antaranya adalah terkait dengan ekonomi. Prinsip keadilan dalam bidang ekonomi juga menjadi perhatian penting dalam Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya khususnya yang memiliki kebijakan dalam kepemimpinan untuk melakukan pemerataan ekonomi.


Khutbah Jumat ini mengingatkan kembali tentang pemerataan ekonomi dengan judul: "Khutbah Jumat: Pemerataan Ekonomi dan Larangan Monopoli dalam Islam". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).



Khutbah I


الحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ   أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ 


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Pada hari yang mulia ini, khatib mengajak jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa; takwa dalam artian menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Dengan meningkatkan ketakwaan, maka kita telah menjalankan ikhtiar kita untuk menjadi sebaik-baiknya hamba Allah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah swt dalam Al-Quran surat al-Hujurat ayat 13:


اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ


Artinya: "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Ajaran Islam tidak hanya memerhatikan sisi ‘ubudiyah antara hamba dengan Allah ta’ala saja, akan tetapi pedoman-pedoman yang menyangkut hubungan kemanusiaan, kenegaraan, ketahanan dan pertahanan, pengelolaan sumber daya hingga ekonomi pun menjadi bagian dari ajaran agama Islam.


Memang Islam tidak mengatur secara spesifik terhadap semua hal, terkhusus aturan-aturan duniawi yang berkaitan dengan kehidupan antarmanusia, antarnegara dan antarbangsa. Akan tetapi ada nilai-nilai luhur dan baik yang terkandung dalam ajaran Islam, salah satunya adalah anjuran pemerataan ekonomi yang terkandung dalam Al-Qur'an.


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Sebagaimana yang kita tahu bahwa negara kita sedang menerapkan kebijakan pemerataan ekonomi demi tercapainya pengentasan terhadap kemiskinan dan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan kebijakan seperti ini, maka pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas ekonomi tumbuh dan saling memperkuat.


Tidak ratanya pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di setiap daerah disebabkan oleh terbatasnya kepemilikan aset, kemampuan mengelola sumber daya, tidak adanya fasilitas berupa teknologi, pembiayaan pasar serta diskriminasi.


Dengan hambatan-hambatan tersebut, maka ekonomi akan beredar pada segelintir penguasa dan pemilik modal saja, sedangkan orang-orang yang rentan dan masuk dalam kategori tidak mampu akan tertinggal, bahkan semakin miskin.


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Problematika tidak ratanya pertumbuhan ekonomi ini dapat diatasi dengan redistribusi lahan, subsidi dari pemerintah dan juga penambahan fasilitasi yang dapat menunjang gerak serta kelola masyarakat terhadap akses yang mereka miliki.


Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim sudah saatnya sadar akan perlunya tindakan pemerataan ekonomi baik dengan program-program pemerintah maupun tindakan langsung masyarakat di wilayahnya masing-masing.


Tindakan pemerataan ekonomi ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Quran surat Al-Hasyr ayat ke-7:
 

مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ 


Artinya: “Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS Al-Hasyr [59]:7).


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Munir-nya menjelaskan bahwa ayat ini berkaitan dengan pembagian fay atau harta perang sesuai dengan ketentuannya. Pada ayat yang khatib bacakan tadi, Allah menjelaskan bahwa, harta fay` harus dibagi menjadi lima bagian. 


Pertama untuk Allah dan Rasulullah. Kedua, untuk Bani Hasyim dan Bani al-Muthallib sebagai kerabat dekat Nabi. Ketiga untuk anak yatim. Keempat untuk orang-orang yang berstatus fi sabilillah dan yang kelima diatur untuk kebutuhan dan kemaslahatan umat Muslim.


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Syekh Wahbah menjelaskan bahwa tujuan ditetapkan pembagian harta sebagaimana disebut dalam ayat tersebut adalah agar kekayaan tidak hanya dikuasai dan beredar di tengah-tengah kaum elit saja. Setiap kalangan berhak mendapat haknya sehingga pemerataan ekonomi terjadi di tengah masyarakat. Keterangan ini sebagaimana disebut Syekh Wahbah dalam tafsirnya:


لِئَلاَّ يَكُوْنَ تَدَاوُلُ الْأَمْوَالِ مَحْصُوْرًا بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ، وَلَا يُصِيْبُ الْفُقَرَاءَ مِنْهُ شَيْءٌ، فَيَغْلِبُ الْأَغْنِيَاءُ الْفُقَرَاءَ، وَيٌقْسِمُوْنَهٌ بَيْنَهُمْ. وَهذَا مَبْدَأُ إِغْنَاءِ الْجَمِيْعِ، وَتَحْقِيْقُ السُّيُوْلَةِ لِلْكُلِّ


Artinya: “Agar peredaran uang tidak hanya terbatas pada orang-orang kaya dan tidak mengenai kalangan tidak mampu, sehingga kalangan orang-orang kaya mendominasi orang-orang miskin dan harta kekayaan beredar hanya di antara mereka saja. Praktik pembagian seperti ini adalah prinsip pemerataan dan penyaluran ekonomi bagi setiap orang.” 


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Selain itu, anjuran pemerataan ekonomi dalam ayat yang khatib baca juga diiringi dengan larangan terhadap penguasaan kekayaan oleh segelintir orang saja hingga terjadinya ketimpangan ekonomi yang harusnya dapat dinikmati oleh banyak orang. Syekh Wahbah berpendapat:


وَبِذَلِكَ قَضَى الْإِسْلَامُ عَلَى الطَّبَقِيَّةِ وَتَجَمُّعِ الثَّرْوَةِ فِي يَدِ فِئَةٍ قَلِيْلَةٍ، وَحِرْمَانِ الْأَكْثَرِيَّةِ مِنْ سُيُوْلَةِ الْمَالِ


Artinya: “Islam menghapuskan kelas-kelas ekonomi dan penimbunan kekayaan di tangan sekelompok kecil individu, serta pengharaman tindakan monopoli golongan terhadap aliran harta [kepada banyak orang].


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Anjuran pemerataan ekonomi tidak hanya kita dapatkan dalam Al-Qur'an, akan tetapi Rasulullah saw melalui sabdanya melarang penguasaan harta yang seharusnya menjadi milik bersama. Beliau bersabda:


الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلَاثٍ الْمَاءِ وَالْكَلَإِ وَالنَّارِ


Artinya: “Kaum Muslim bersekutu dalam tiga hal: air, rumput, dan api.” (Hadits riwayat Imam Ahmad).


Dalam riwayat yang serupa, Nabi saw bersabda:


ثَلَاثٌ لَا یُمْنَعْنَ الْمَاءُ وَالْكَلَأُ وَالنَّارُ


Artinya: “Tiga perkara yang tidak boleh dicegah [kepemilikannya dari banyak orang]: air, rumput dan api”. (Hadits riwayat Imam Ibnu Majah).


Hadits-hadits yang disebutkan oleh khatib membuktikan bahwa Rasulullah melarang tindakan monopoli terhadap harta atau sumber daya yang dilakukan oleh segelintir kelompok manusia. Rasulullah hendak menegaskan bahwa pemerataan kemanfaatan dan ekonomi harus menyeluruh dan sampai kepada tiap-tiap orang.


Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Demikianlah penjelasan mengenai urgensi dan pentingnya pemerataan ekonomi di tengah masyarakat. Sebagai langkah konkret, kita bisa memulainya dengan semisal berbelanja di UMKM yang dikelola oleh warga sekitar, mendorong kebijakan distribusi sarana prasarana dan juga lahan dan lain sebagainya. 


بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ  ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Ustadz Amien Nurhakim, Musyrif Pesantren Ilmu Hadits Darus-Sunnah