Khutbah

Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam

Jumat, 17 Januari 2025 | 06:30 WIB

Khutbah Jumat: Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam

Ilustrasi berpikir. Sumber: Canva/NU Online.

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan tanggal 14 Januari sebagai Hari Logika Sedunia sejak tahun 2019. Logika sebagai kemapuan berpikir merupakan karakter yang menonjol dari manusia jika dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Hari Logika Sedunia ditetapkan sebagai upaya meningkatkan pengembangan logika dalam penelitian, pengajaran, dan lain sebagainya. 


Hal ini akan berdampak pada perkembangan kebudayaan kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam mendorong manusia mengembangkan pemikiran guna kebermanfaat kehidupan umat manusia dan alam semesta serta penguatan keyakinan terhadap Allah dan Islam. Tema khutbah Jumat kali ini adalah “Pentingnya Berpikir Logis dalam Islam.”  Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

 

اَلحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (البقرة: ١٦٤). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Islam adalah agama yang sangat rasional. Islam memberikan petunjuk kepada akal agar bisa berpikir dengan benar melalui pedoman-pedoman yang jelas dan mudah dipahami. Pedoman ini tidak bertentangan dengan akal sehat, sehingga akal kita tetap tunduk pada ajaran Islam. Hal ini juga disebutkan oleh ‘Abdul Halim Mahmud dalam kitabnya Al-Islam wal ‘Aql di halaman 20.


Karena itu, Islam mendorong kita untuk menggunakan akal kita untuk berpikir dan merenung. Dengan berpikir, kita bisa mengungkap rahasia Allah yang tersembunyi dalam alam semesta ini, dan melalui itu, kita dapat menemukan bukti tentang kebenaran Allah sebagai Tuhan. Allah sendiri menegaskan hal ini dalam surat Al-Baqarah ayat 164:


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ


Artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.


Ayat ini merupakan petunjuk kepada manusia untuk menggunakan akalnya dalam hal keyakinan kepada Allah dan ajaran agama Islam. Hal ini disinggung Imam Fakhrud Din ar-Razi dalam kitab at-Tafsir al-Kabir, juz 4, halaman 153:


دَلَّتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَلَى أَنَّهُ لَا بُدَّ مِنَ الِاسْتِدْلَالِ عَلَى وُجُودِ الصَّانِعِ بِالدَّلَائِلِ الْعَقْلِيَّةِ وَأَنَّ التَّقْلِيدَ لَيْسَ طَرِيْقًا أَلْبَتَّة إِلَى تَحْصِيلِ هَذَا الْغَرَضِ


Artinya, “Ayat ini menunjukkan bahwa pembuktian dengan argumen harus dilakukan untuk membuktikan keberadaan Tuhan (Allah) dengan argumen yang rasional, sehingga Taqlid (mengikuti ajaran) saja tidak cukup untuk hal tersebut.”


Saudara-saudara, hal ini juga ditegaskan oleh Imam asy-Sya’rawi dalam kitab Tafsir asy-Sya’rawi, juz 2 halaman 684, di mana beliau menjelaskan bahwa Allah ingin mendorong akal manusia untuk menganalisis kehidupan dan alam semesta yang terbentang luas. Tujuannya adalah agar manusia dapat menemukan bukti ketuhanan Allah melalui keajaiban dan rahasia yang ada di dalam alam semesta.


Dalam pandangan Islam, akal tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk berpikir, tetapi juga sebagai jembatan bagi manusia untuk memahami dan menyelami substansi wahyu. Dengan cara ini, akal mampu membuktikan keyakinannya sebagai sebuah kebenaran. Islam tidak pernah menurunkan wahyu untuk membatasi atau mengekang akal manusia, melainkan untuk mendorong akal agar terus menganalisis, merenung, dan menggali hikmah dari fenomena alam semesta yang telah diciptakan Allah.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Untuk dapat mengungkap rahasia Allah yang tersembunyi dalam alam semesta, dibutuhkan akal yang mampu menelusuri dan memahami berbagai aspek kehidupan, seperti bumi dan langit, daratan dan lautan, siang dan malam, serta banyak hal lainnya. Oleh sebab itu, Islam mendorong kita untuk terus mengasah kemampuan berpikir secara logis, agar kita dapat menguasai ilmu pengetahuan yang menjadi jalan menuju pemahaman lebih dalam tentang ciptaan Allah. Hal ini juga ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya, surat Ali ‘Imran ayat 190:


إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ


Artinya, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.”


Rasulullah SAW juga memotivasi kita untuk menguasai ilmu pengetahuan. Dengan ilmu, seseorang dapat menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain di dunia, sekaligus meraih manfaat yang lebih besar di akhirat, yaitu surga. Motivasi ini tertuang dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim, juz 4, halaman 2074:


وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ


Artinya, “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkannya menempuh jalan menuju surga.”


Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang erat antara agama Islam dan akal logika. Salah satu tujuan syariat Islam adalah memelihara akal agar dapat menjaga agama dari penyelewengan, menciptakan keadilan di tengah manusia, mempertahankan kemuliaan manusia dalam kehidupan dunia, serta menjamin kebahagiaannya di akhirat. Integrasi antara akal dan wahyu memungkinkan lahirnya pemahaman yang seimbang, yang terbebas dari fanatisme maupun penyelewengan.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Semoga Allah menjaga akal pikiran kita dengan cahaya ilahi, sehingga kita dapat menggunakan akal kita untuk berpikir sehat yang dapat memperkuat keimanan kita kepada Allah dan Islam. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


‎اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. ‎اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. ‎اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ


‎اَللّٰهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّيْنِ وَعَلِّمْنَا التَّأْوِيْلَ. ‎اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنَا عِلْمًا نَافِعًا. ‎اَللّٰهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا. ‎اَللّٰهُمَّ نَوِّرْ قُلُوْبَنَا بِنُوْرِ العِلْمِ


عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal 'Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta