Khutbah

Khutbah Jumat: Sabar atas Musibah

Kam, 8 Desember 2022 | 21:10 WIB

Khutbah Jumat: Sabar atas Musibah

Sabar mengandung banyak keutamaan, terutama dalam menghadapi musibah. (Ilustrasi: via qatarshares.com)

Terjadinya musibah di mana-mana merupakan salah satu kepastian dari Allah swt yang tidak bisa dihindari kembali, dan tidak ada cara yang paling mulia dalam menghadapinya selain dengan cara bersabar sembari berdoa kepada Allah agar dijauhkan dari segalanya. Dengan bersabar, ia sudah berusaha untuk bisa menerima terhadap takdir yang Allah berikan kepada manusia.


Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Bersabar atas Musibah.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ بِأَنْوَارِ الْوِفَاقِ، وَرَفَعَ قَدْرَ أَصْفِيَائِهِ فِيْ الْأَفَاقِ، وَطَيَّبَ أَسْرَارَ الْقَاصِدِيْنَ بِطِيْبِ ثَنَائِهِ فِيْ الدِّيْنِ وَفَاقَ، وَسَقَى أَرْبَابَ مُعَامَلَاتِهِ مِنْ لَذِيْذِ مُنَاجَتِهِ شَرَابًا عَذْبَ الْمَذَاقِ، فَأَقْبَلُوْا لِطَلَبِ مَرَاضِيْهِ عَلَى أَقْدَامِ السَّبَاقِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ السَّبَاقِ، صَلَاةً وَسَلَامًا اِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ


أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً صَفَا مَوْرِدُهَا وَرَاقَ، نَرْجُوْ بِهَا النَّجَاَةَ مِنْ نَارٍ شَدِيْدَةِ الْإِحْرَاقِ، وَأَنْ يَهُوْنَ بِهَا عَلَيْنَا كُرْبُ السِّيَاقِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ الْخَلْقِ عَلَى الْاِطْلَاقِ، اَلَّذِيْ أُسْرِيَ بِهِ عَلَى الْبُرَاقِ، حَتَّى جَاوَزَ السَّبْعَ الطِبَاقَ


أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا: مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Puji syukur kepada Allah swt yang masih memberikan kita semua nikmat sehat dan sempat, sehingga bisa melaksanakan kewajiban satu pecan satu kali, yaitu shalat Jumat. Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, yang telah sukses dalam berdakwah, menyebarkan ajaran Islam dengan penuh rahmat dan kasih sayang, sehingga kita bisa merasakan nikmatnya Islam dan iman sebagaimana yang kita rasakan saat ini.


Selanjutnya, khatib berwasiat kepada diri khatib sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan cara mengerjakan semua kewajiban-kewajiban dan meninggalkan semua larangan, menambah ibadah, menguatkan keimanan, dan memantapkan keyakinan kepada-Nya. Sebab, tidak ada bekal yang lebih baik untuk kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Implementasi ketakwaan tidak hanya ibadah shalat, berdzikir, dan ibadah-ibadah lainnya saja, namun bisa dilakukan dengan banyak cara, di antaranya adalah dengan bersabar ketika Allah memberikan suatu musibah, karena sejatinya, semua musibah yang menimpa manusia merupakan bagian dari ketentuan-Nya yang tidak bisa dihindari oleh siapa saja. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:


مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ


Artinya, “Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS At-Taghabun [64]: 11).


Ketabahan hati, kesabaran, dan kesadaran diri bahwa semua yang terjadi adalah takdir dari Allah merupakan satu-satunya cara yang paling ideal untuk bisa menerima semua takdir yang Allah berikan kepada kita semua. Dengan bersabar, seseorang akan menyadari bahwa semua musibah yang menimpanya adalah bagian dari kepastian yang sudah tertulis.


Imam Ibnu Katsir ad-Dimisyqi dalam kitab tafsirnya, Tafsir al-Qur’anil Azim, juz VIII, halaman 137, mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah siapa saja yang mendapat musibah dari Allah, kemudian ia menyadari bahwa semuanya sudah menjadi kepastian dari-Nya, dan memasrahkan semua itu pada takdir-Nya, maka Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya, mengangkat derajatnya, memberikan pahala, dan akan mengganti segala sesuatu yang hilang darinya dengan yang lebih baik dari sebelumnya.


Oleh karena itu, orang-orang yang bisa bersabar tidak hanya mendapatkan pahala dari Allah, ia juga akan mendapatkan ampunan dari-Nya, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:


وَلَئِنْ أَذَقْنَا الإِنْسَانَ مِنَّا رَحْمَةً ثُمَّ نَزَعْنَاهَا مِنْهُ إِنَّهُ لَيَئُوسٌ كَفُورٌ. وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ نَعْمَاء بَعْدَ ضَرَّاء مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ ذَهَبَ السَّيِّئَاتُ عَنِّي إِنَّهُ لَفَرِحٌ فَخُورٌ، إِلاَّ الَّذِينَ صَبَرُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ


Artinya, “Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterimakasih.  Dan jika Kami berikan kebahagiaan kepadanya setelah ditimpa bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata, ‘Telah hilang bencana itu dariku.’ Sesungguhnya dia (merasa) sangat gembira dan bangga, kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan kebajikan, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS Hud [11]: 9-11).


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Yang dimaksud dengan sabar atas suatu musibah bukan berarti tidak merasakan rasa sakit yang menimpanya, bukan pula dengan cara senang atas musibah yang menimpanya, karena hal itu tidak mungkin terjadi pada manusia, sabar atas musibah adalah dengan cara mengontrol diri sendiri agar tidak menampakkan sebuah kegelisahan, hal ini sebagaimana yang perkataan Imam an-Naisaburi dalam kitab tafsirnya, juz I, halaman 373, ia mengatakan:


لَيْسَ الصَّبْرُ أَنْ لَا يَجِدَ الْإِنْسَانُ أَلَمَ المَكْرُوْهِ فَإِنَّهُ غَيْرُ مُمْكِنٍ، وَإِنَّمَا الصَّبْرُ عَلَى الْمُصِيْبَةِ هُوَ حَمْلُ النَّفْسِ عَلَى تَرْكِ إِظْهَارِ الْجَزَعِ


Artinya, “Sabar atas suatu musibah bukan berarti tidak merasakan sakitnya (musibah) yang tidak disenangi, karena hal itu tidak mungkin. Sabar atas musibah adalah kemampuan untuk mengontrol diri sendiri agar tidak larut dalam menampakkan kegelisahan.”


Menurut Imam an-Naisaburi, menangis ketika terjadi musibah bukan berarti tidak menerima terhadap takdir yang Allah berikan, karena Rasulullah sendiri menangis ketika putranya, Sayyid Ibrahim meninggal. Kemudian ia ditanya oleh para sahabat perihal tangisannya atas kematian putranya, nabi menjawab bahwa menangis saat itu adalah sebuah rahmat dari Allah, kemudian ia bersabda:


الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلا نَقُولُ إِلا مَا يَرْضَى رَبُّنَا


Artinya, “Mata menangis, hati bersedih, dan kami (Rasulullah) tidak berkata kecuali perkataan yang diridhai oleh Tuhan kami.” (HR Bukhari).


Demikian khutbah tentang bersabar atas musibah pada siang hari ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk meningkatkan ibadah, kesbaran, ketakwaan, keimanan, dan menjauhi segala larangan.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِيْنَ


أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
 


Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur