Ramadhan

Apa Itu Hisab? Berikut Ini Definisi dan Dalilnya

Kam, 7 Maret 2024 | 12:00 WIB

Apa Itu Hisab? Berikut Ini Definisi dan Dalilnya

Ilustrasi hisab, penentuan permulaan bulan qamariyah dengan hitungan numerik matematik (freepik).

Kata “hisab” merupakan kata yang sangat populer dan sering muncul di pemberitaan media online atau media sosial, terlebih saat menjelang kedatangan bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Hal ini sangat lumrah terjadi, “hisab” merupakan salah satu metode untuk menetapkan permulaan bulan baru dalam sistem kalender Hijriah.


Melansir NU Online, hisab merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan permulaan bulan baru qamariyah. Metode ini menggunakan hitungan numerik matematik tanpa melakukan verifikasi langsung atau ru’yatul hilal, sehingga hasil dari metode ini bersifat hipotesis verifikatif yang belum final. 


Metode lain yang digunakan dalam menentukan permulaan bulan baru adalah ru’yatul hilal atau visibilitas hilal, yaitu pengamatan seseorang terhadap objek hilal. Sedangkan yang dimaksud dengan hilal adalah lengkungan bulan sabit paling tipis yang bertempat di ketinggian rendah di atas ufuk barat setelah matahari terbenam serta dapat diamati.


Thomas Djamaluddin, Peneliti BRIN dalam blog pribadi menegaskan, terjadinya perbedaan penentuan awal bulan qamariyah yang sering terjadi di Indonesia, terutama awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha tidak disebabkan oleh metode yang digunakan. Akan tetapi, perbedaan terkait dengan kriteria hilal.


Lantas bagaimana hal tersebut dapat terjadi?


Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra mengatakan:


صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ


Artinya, “Puasalah dan berbukalah kalian saat melihat hilal. Apabila tidak terlihat, maka sempurnakanlah bilangannya (satu bulan sempurna).” (Ibnu Rajab, Syarah Shahih Bukhari Al-Musamma Fathul Bari, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2006], juz II, halaman 295).


Hadits di atas menjelaskan bahwa awal bulan ditandai dengan terlihatnya hilal. Hadits ini dijadikan basis dalam penentuan awal bulan dalam Islam. Pada akhirnya muncul istilah metode ru’yatul hilal.

Akan tetapi terdapat redaksi hadits lain yang dijadikan sebagian ulama sebagai basis dalam penggunaan metode hisab, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar:
 

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ، وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ


Artinya, “Puasalah dan berbukalah kalian saat melihat hilal. Apabila tidak terlihat, maka perkirakanlah.” (Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim ibn Abi Syaibah, Al-Mushannaf, [Riyadh, Maktabah Ar-Rusyd: 2004], juz II, halaman 284).
 
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa kata “perkirakanlah” dimaknai sebagai hisab (penghitungan). Berkaitan penggunaan hisab, Al-’Abbadi sebagaimana dalam kutipan kitab Ḫasyiah Qalyubi, berkata:


إِذَا دَلَّ الْحِسَابُ الْقَطْعِيُّ عَلَى عَدَمِ رُؤْيَتِهِ لَمْ يُقْبَلْ قَوْلُ الْعَدْلِ لِرُؤْيَتِهِ


Artinya, “Jika hisab (hitungan) memastikan tidak adanya hilal, maka perkataan seseorang yang mengklaim melihat hilal tidak diterima.”  (Ahmad bin Ahmad Al-Qalyubi dan Ahmad Al-Barlisi Umairoh, Ḫasyiah Qalyubi wa Umairah, [Beirut, Darul Kutub Al- Ilmiyah: 2015], juz III, halaman 49).


Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hisab merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penentuan permulaan bulan baru yang berbasis pada hitungan numerik. Wallahu a’lam.



Ustadz Muhammad Ulil Albab, Santri PP Mansajul Ulum dan Mahasiswa IPMAFA Pati