Shofi Mustajibullah
Kolomnis
Orang yang tidak memenuhi syarat wajib puasa, maka tidak wajib melaksanakannya. Ini berdasarkan dalil Al-Qur’an, hadits, serta pendapat ulama.
Ada tujuh orang yang tidak wajib berpuasa. Berikut ini penjelasan terkait tujuh orang yang tidak wajib puasa beserta dalilnya:
1. Anak Kecil yang Belum Baligh
Anak kecil yang belum baligh tidak wajib puasa. Namun bagi anak sudah tamyiz, yaitu yang sudah dapat membedakan mana yang baik maupun buruk, puasanya sah, meskipun belum wajib. (Ibrahim Al-Bajuri, Hasyiah Al-Bajuri Syarah Fathul Qarib, [Beirut, Darul Kutub Al-’Ilmiyah: 2017], juz I, halaman 551).
Dalil anak kecil belum baligh belum tidak diwajibkan puasa adalah hadits riwayat Ibnu Majah:
رفع القلم عن ثلاث: عن الصبي حتى يبلغ، وعن المجنون حتى يفيق، وعن النائم حتى يستيقظ
Artinya, “Tiga golongan orang yang dituntut: Anak kecil yang sudah baligh, orang gila yang suda sadar, orang tidur yang sudah bangun.” (HR Ibnu Majah).
2. Orang yang Hilang Kesadaran
Orang yang hilang kesadaran tidak wajib berpuasa. Hilangnya kesadaran yang dimaksud dapat disebabkan oleh suatu penyakit seperti, gila, epilepsi atau pengaruh minuman keras. (Al-Bajuri, I/551). Dalil terkait hal ini tercakup pada poin sebelumnya.
3. Orang yang Sedang Sakit
Orang yang tidak dalam kondisi prima tidak wajib melaksanakan puasa. Kaitannya dengan hal ini yaitu orang yang tidak sehat dan tidak bisa diharapkan pula kesehatannya (Zakaria Muhyiddin An-Nawawi, Majmu’ Syarhul Muhaddzab, [Beirut, Darul Fikr: 2000], juz VI, halaman 256).
Landasannya adalah firman Allah:
وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ
Artinya, “Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. ” (QS Al-Baqarah:185 ).
4. Orang dalam Perjalanan Jauh
Orang yang sedang bepergian dalam perjalanan jauh juga tidak wajib berpuasa. Perjalanan jauh yang dimaksud setidaknya memenuhi beberapa kriteria berikut:
1. Perjalanan dua marhalah atau 80,64 km menurut kitab Tanwirul Qulub.
2. Perjalanan yang tidak maksiat.
3. Perjalanan dimulai sebelum terbitnya fajar. (Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiyyu wa Adillatuhu,[Beirut, Darul Fikr: 1985], juz III, halaman 1664).
Dalilnya sama seperti sebelumnya, yaitu surat Al-Baqarah ayat 185.
5. Wanita yang Sedang Haid atau Nifas
Ketika seorang wanita mengalami haid atau nifas, dia tidak boleh berpuasa lantaran tidak dalam keadaan suci dari hadats besar. Haditsnya adalah:
عن عائشة: كنا نحيض على عهد رسول الله ﷺ، فنؤمر بقضاء الصوم، ولا نؤمر بقضاء الصلاة
Artinya, “Dari Aisyah ra: saat aku keadaan haid Rasulullah saw memerintahkanku untuk mengqadha puasa, namun tidak dengan puasa”. (HRِ Abu Dawud dan lainnya).
6. Orang Tua Renta yang Lemah
Orang tua renta yang sangat lemah boleh tidak berpuasa namun diganti dengan membayar fidyah kurang lebih 7 ons bahan makanan pokok seperti beras setiap harinya sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan. Dalilnya adalah:
وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ
Artinya, “Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin.” (QS Al-Baqarah: 185).
Di beberapa kitab dijelaskan, menurut Ibnu Abbas lafal "yutiqunahu" bermakna orang tua renta.
7. Wanita yang Hamil atau Menyusui
Wanita yang sedang hamil atau menyusui bukan berarti gugur puasanya, tetapi boleh tidak berpuasa. Permasalahan wanita hamil dan menyusui erat kaitannya dengan alasan tidak berpuasa. Jika mengkhawatirkan dirinya sendiri, ia wajib mengqadha puasa.
Apabila dalam kondisi puasa ia mengkhawatirkan anak yang dikandung atau yang disusui, ia wajib mengqadha serta membayar fidyah. (Abu Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib, [Darul Kutub Ilmiyah: 2011], halaman 69).
Haditsnya seorang wanita hamil atau menyusui boleh tidak berpuasa adalah:
إن الله وضع عن المسافر الصوم وشطر الصلاة، وعن الحبلى والمرضع
Artinya, “Sesungguhnya Allah memudahkan puasa dan separuh shalat dari musafir, orang hamil dan orang yang menyusui”. (HR. Imam Ahmad).
Demikian penjelasan tujuh orang yang tidak wajib berpuasa dan boleh meninggalkan puasa beserta dalilnya. Wallahu a’lam.
Ustadz Shofi Mustajibullah, Mahasiswa Pesantren Kampus Ainul Yaqin Malang
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Anjuran Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam
2
Lolos Semifinal Piala Asia U-23, Timnas Indonesia Menuju Olimpiade Paris 2024
3
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Kathah Cara Kangge Sedekah
4
Biografi Syekh Mutawalli asy-Sya’rawi: Mufassir Terkemuka Akhir Abad 20
5
Tertarik dengan Islam Sejak 2019, Revaldo Putuskan Masuk Islam di Masjid An-Nahdlah PBNU
6
Pasaran Syawal di Pesantren Cipulus, Ajang Silaturahmi Ribuan Santri Jawa Barat
Terkini
Lihat Semua