Ramadhan

Kultum Ramadhan: Ketika Rasulullah Merindukan Tanah Kelahiran

Jum, 5 April 2024 | 16:00 WIB

Kultum Ramadhan: Ketika Rasulullah Merindukan Tanah Kelahiran

Ilustrasi Rasulullah. (Foto: NU Online)

Rasulullah SAW, manusia mulia yang diutus Allah SWT sebagai pembawa risalah Islam, tak luput dari rasa rindu. Beliau pun pernah merasakan kerinduan mendalam terhadap kampung halamannya, Makkah. 

 

Sejatinya, Makkah, kota kelahiran dan tempat Nabi Muhammad dibesarkan. Tak heran, kota Suci itu selalu memiliki tempat istimewa di hati Nabi. Di kota ini pula beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT. Kenangan indah dan peristiwa penting dalam kehidupan beliau banyak terjadi di Makkah.

 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam At-Tirmizi ini melukiskan dengan indah jalinan cinta yang kuat antara Rasulullah SAW dengan Makkah, tanah kelahiran dan kampung halaman beliau. Dalam butiran sabdanya, tertuang ungkapan rindu dan kasih sayang yang mendalam; 

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ، وَلَوْلَا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

 

Artinya: "Dari Ibnu Abbas; ia berkata; Nabi bersabda Betapa indahnya engkau wahai negeriku (Makkah). Betapa saya sangat cinta kepadamu. Sekiranya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan tinggal di tempat lain selainmu."

 

Meskipun hijrah ke Madinah untuk menyebarkan Islam dan membangun komunitas Muslim, kerinduan Rasulullah pada Makkah tak pernah padam. Nabi sering kali menyebut nama Makkah dalam doanya, dan pada saat haji, selalu melakukan thawaf dengan penuh rasa cinta dan kerinduan. Ini menunjukkan bahwa rasa rindu pada kampung halaman adalah fitrah manusia, bahkan dialami oleh manusia sekuat dan semulia Rasulullah SAW.

 

Profesor Quraish Shihab dalam buku Islam dan Kebangsaan; Tauhid, Kemanusiaan, dan Kewarganegaraan mengatakan, rasa cinta manusia terhadap tanah airnya merupakan suatu naluri yang tak terjelaskan. Manusia dilahirkan dari tanah, dan tanahlah yang menumbuhkan dan memeliharanya. Oleh karena itu, tanah air diibaratkan sebagai ibu yang melahirkan dan merawat anak-anaknya. (M. Quraish Shihab, Islam dan Kebangsaan; Tauhid, Kemanusiaan, dan Kewarganegaraan, [Ciputat; Lentera Hati, 2020] halaman 57).  

 

Seperti anak yang pandai bersyukur akan mencintai ibunya, manusia yang mencintai tanah kelahirannya akan selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya. Rasa cinta ini mendorong manusia untuk mendendangkan keindahan kampung halaman, menceritakan keistimewaan dan kekayaan yang dimilikinya. Cinta ini juga mendorong manusia untuk memberikan yang terbaik bagi tanah airnya, berusaha untuk menutupi kekurangannya dan menampakkan keindahannya.

 

Seperti seorang pencinta yang bersedia berkorban untuk kekasihnya, manusia yang mencintai tanah dan kampung halamannya akan rela berkorban demi kebaikan tanah airnya. Dia akan berusaha untuk melindunginya dari bahaya, menjaga keutuhannya, dan mempersembahkan baktinya untuk kemajuan tanah airnya.

 

Rasa rindu dan cinta akan kampung halaman  merupakan sebuah perasaan yang kompleks dan mendalam. Para penyair telah banyak menggambarkan hakikat cinta ini dalam karya mereka, melukiskan keindahan tanah air dan rasa cinta yang tak terlukiskan. Cinta tanah air merupakan kekuatan yang menyatukan bangsa, mendorong manusia untuk bekerja sama demi kebaikan bersama.

 

Pada tahun 8 Hijriah, tepatnya tanggal 20 Ramadhan, kerinduan Nabi Muhammad SAW  akan kampung halamannya terobati, Nabi Muhammad pulang kampung. Nabi bersama para sahabatnya berhasil kembali ke Makkah dalam peristiwa Fathu Makkah. Kemenangan ini bukan hanya penaklukan politik, tetapi juga momen emosional bagi Nabi Muhammad SAW karena beliau bisa kembali ke kampung halamannya.

 

Fathu Makkah menjadi titik balik penting dalam sejarah Islam. Kemenangan ini membuka jalan bagi penyebaran Islam yang lebih luas dan memperkuat persatuan umat Islam. Di samping itu, peristiwa ini juga menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam tentang pentingnya kesabaran, keteguhan iman, dan perjuangan dalam menegakkan kebenaran.

 

Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya Tafsir Marah Labib, Jilid II, halaman 673 menjelaskan bahwa surat An-Nasr dalam Al-Qur'an menggambarkan peristiwa Fathu Makkah. Surat ini menceritakan tentang kemenangan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam dalam peristiwa tersebut.

 

Pun kemenangan ini dibuktikan dengan masuknya banyak orang Arab dan non-Arab ke dalam agama Islam. Hal ini merupakan bukti nyata pertolongan Allah SWT kepada umat Islam. Allah berfirman;

 

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ

 

Artinya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan."

 

Terakhir, rindu kampung halaman adalah perasaan yang manusiawi. Setiap orang pasti memiliki rasa cinta dan rindu terhadap tempat di mana mereka dilahirkan dan dibesarkan. Rasa rindu ini akan semakin terasa ketika kita berada di perantauan, jauh dari keluarga dan orang-orang terkasih.

 

Kisah ini pula menunjukkan kepada kita bahwa rasa rindu terhadap kampung halaman adalah hal yang wajar. Namun, sebagai seorang Muslim, kita harus belajar untuk bersabar dan menahan diri. Kita harus yakin bahwa Allah SWT memiliki rencana yang terbaik bagi kita. Wallahu a'lam


Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam Tinggal di Ciputat.