Ramadhan

Kultum Ramadhan: Nuzulul Quran, Tahapan Diturunkannya Kitab Suci Umat Islam

Kam, 28 Maret 2024 | 03:00 WIB

Kultum Ramadhan: Nuzulul Quran, Tahapan Diturunkannya Kitab Suci Umat Islam

Kultum Ramadhan tentang tahapan turunnya Al-Quran. (NU Online).

Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diterima Nabi Muhammad dan menjadi petunjuk umat manusia dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam sejarahnya, Peristiwa Nuzulul Quran atau proses diturunkannya Al-Quran terjadi di bulan suci Ramadhan. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:
 

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
 

Artinya, “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).”
 

Imam Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, menjelaskan, selain Al-Quran, beberapa kitab suci lain juga turun di bulan Ramadhan. Shuhuf Ibrahim turun di malam pertama Ramadhan, Nabi Musa menerima Taurat di hari keenam Ramadhan, dan Nabi Isa menerima Injil di hari ketiga belas Ramadhan. Keterangan ini dikutip dari hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Watsilah bin Asqa’. (Al-Qurthubi, Al-Jami' li Ahkamil Qur'an, [Beirut: Muassasah Ar-Risalah: 2006], juz III, halaman 161).
 

Al-Quran secara keseluruhan, mulai dari ayat-ayat yang jelas sampai ayat-ayat yang samar dan mulai dari nasikh sampai mansukh, semuanya memberikan petunjuk kepada umat manusia.
 

Selain itu, Al-Quran semakin lengkap dengan adanya “bayyinât”, yaitu ayat-ayat yang menjelaskan tentang halal, haram, nasihat, dan hukum. Sedangkan “Al-Furqân” adalah sesuatu yang membedakan antara hak dan batil.
 

Definisi Turun

Profesor Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan, definisi turun adalah berpindah dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, baik secara material maupun immaterial.
 

Mengingat hal tersebut, sebelum abad ketiga Hijriyah, para ulama salaf enggan menghubungkan kata “turun” pada Al-Quran. Alasannya karena “turun” selalu identik dengan waktu dan tempat sedangkan Al-Quran itu qadim yang sudah ada sebelum waktu dan tempat ada. (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, [Jakarta, Lentera Hati: 2005], juz XV, halaman 423).
 

Pada abad berikutnya, ulama khalaf tetap meyakini bahwa Al-Quran adalah qadim yang sudah ada sebelum waktu dan tempat ada. Namun demikian, “turun” dalam konteks Al-Quran adalah dengan ditampakkan atau diperkenalkannya kitab suci umat Islam tersebut ke muka bumi.
 

Sebelum Al-Quran diturunkan, wujudnya belum diketahui atau hadir di muka bumi. Baru ketika diterima Nabi Muhammad, maka Al-Quran menjadi tampak dan hadir. Al-Quran dari Allah Yang Mahatinggi diberikan kepada manusia, yang kemudian terjadi perpindahan kedudukan dan derajatnya. Menurut Qurasih Shihab, penjelasan ini memiliki kesesuaian dengan definisi “turun” yang dijelaskan sebelumnya. 
 

Tahapan Turunnya Al-Quran

Menurut Imam Al-Qurthubi, mayoritas ulama sepakat bahwa proses turunnya Al-Quran melalui dua tahap. Tahap pertama turun sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Tahap kedua turun secara berangsur-angsur sesuai dengan situasi dan kondisi.
 

Pendapat ini selaras dengan keterangan Profesor Quraish Shihab yang lebih menyoroti pada sisi bahasa. Menurutnya, setidaknya ada dua kata yang berkaitan dengan proses turunnya Al-Quran, yaitu kata anzala (اَنْزَلَ) dan nazzala (نَزَّلَ). Kedua kalimat tersebut merupakan derivasi dari kata dasar nazala (نَزَلَ) yang artinya turun. (Shihab, XV/422). 
 

Lafadz anzala (اَنْزَلَ) umumnya digunakan untuk menunjukkan turunnya Al-Quran secara utuh sekaligus dari Lauh Mahfudz ke langit dunia. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadr ayat 1:
 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ 
 

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatulqadar.”
 

Sedangkan kata nazzala (نَزَّلَ) didefinisikan dengan proses turunnya Al-Quran secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat Al-Isra ayat 106:
 

وَقُرْاٰنًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَهٗ عَلَى النَّاسِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا
 

Artinya, “Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap.”
 

Mengingat Ramadhan ini adalah bulan mulia yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sudah selayaknya kita sebagai umat Islam untuk berusaha memperbanyak tadarus Al-Quran, sekaligus menjadikannya sebagai pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a‘lam.
 

Ustadz Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah Subang, Jawa Barat.