Ramadhan

Luar Biasa! Selama Ramadhan Imam As-Syafi’i Khatam Al-Quran 60 Kali

Jum, 21 April 2023 | 04:00 WIB

Luar Biasa! Selama Ramadhan Imam As-Syafi’i Khatam Al-Quran 60 Kali

Ilustrasi: Imam Syafii (NU Online).

Nama Imam As-Syafi’i sebagai ulama besar, mujtahid mutlak, pembaharu agama setiap 100 tahun sekali, dan juga pendiri mazhab fiqih yang masyhur diikuti, tentu menjadi nama yang tak asing lagi bagi masyarakat muslim Tanah Air.  

 

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim bin Al-Muthallib bin Abdi Manaf bin Qushay. (Yusuf bin Taghri, An-Nujumuz Zahirah fi Muluki Mishr, [Kairo: Wizaratus Tsaqafah], jilid II, halaman 176). 

 

Dengan demikian, nama Syafi’i dinisbatkan kepada salah satu nama kakeknya yang bernama Syafi’. Selain nisbat masyhur Syafi’i, namanya juga dinisbahkan kepada Al-Qurasyi, Al-Muthallibi, dan Al-Maki. 

 

Ia lahir di Askelon (Askolan) Gaza, Palestina pada tahun 15 Hijriah. Saat berusia 2 tahun, Syafi’i kecil dibawa ke Makkah. Setelah dewasa, ia dua kali berkunjung ke Baghdad. Di sana ia menyusun qaul-qaul qadim atau mazhab lamanya. Setelah itu, ia menuju Mesir dan tinggal di sana pada tahun 199 Hijriah. Di sana ia menyusun qaul-qaul jadid atau mazhab barunya. 

 

Manaqib atau kisah perjalanan hidup Imam As-Syafi’i terlalu banyak, dan keutamaan-keutamaannya terlalu masyhur untuk diceritakan. Kecerdasan dan kejeniusannya sudah tampak sejak kecil. Tak heran setelah dewasa ia berhasil menjadi mujtahid yang brilian.   

 

Bagaimana tidak, pada usia 7 tahunia sudah hafal Al-Quran. Hafal Kitab Al-Muwatha karya Imam Malik pada usia 10 tahun. Pada usia 15 tahun ia mampu berfatwa memenuhi permintaan para ulama lain dan siapa saja yang membutuhkan. Namun, tidaklah ia berfatwa kecuali setelah menghafal 10.000 hadits. (Jamaluddin Abul Farah Al-Jauzi, Al-Muntazhim fi Tarikhil Umam, [Beirut, Darul Kutub: 1992, jilid X, halaman 135). 

 

Satu riwayat menyebutkan, pada awal usianya, Imam Syafi’i tidak begitu banyak membaca Al-Quran karena sibuk menuntut ilmu. Baru di penghujung usianya, ia memperbanyak kembali tilawah Al-Qurannya.

 

Ar-Rabi mengatakan, “Imam As-Syafi’i setiap hari satu kali mengkhatamkan Al-Quran. Bahkan, di bulan Ramadhan, ia mengkhatamkannya hingga 60 kali di luar bacaan Al-Quran pada saat shalat. Suaranya sangat merdu. Tak heran, saat suaranya terdengar orang banyak, mereka sampai menangis keras.”  

 

Sama halnya dalam ibadah malam. Setiap malam, Imam As-Syafi’i selalu bangun di sepertiga amalam. Bahkan di akhir hayatnya, ia selalu menghidupkannya semalaman.  

 

Husain Al-Karabisi pernah menceritakan pengalamannya:

 

“Aku bermalam di tempat Imam As-Syafi’i tidak hanya satu malam. Di sepertiga malam, ia selalu bangun. Ia tidak kurang membaca 50 ayat, bahkan sampai 100 ayat. Tidaklah melewati ayat tentang rahmat kecuali ia memohon kepada Allah; dan tidaklah melewati ayat tentang azab kecuali ia berlindung kepada-Nya.” (Yusuf bin Taghri, II/176). 

 

Imam As-Syafi’i sendiri tutup usia di Fustath (Kairo), pada hari Kamis, akhir bulan Rajab 204 Hijriah dalam usia 54 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Qarrafah As-Shughra yang sekarang dikenal sebagai komplek pemakaman para wali yang ada di Kairo, Mesir.
 

Di tempat pemakamannya terdapat pelataran atau halaman yang pernah dimakmurkan oleh Sultan Shalahuddin Yusuf dan dibangun kubah di atas pusaranya oleh Raja Kamil Muhammad. Kubah itu pun masih ada hingga sekarang.  

 

Di sekitar makam Imam As-Syafi’i terdapat makam Syaikh Jalaludin As-Suyuthi, salah satu penulis Tafsir Jalalain bersama Jalaludin Al-Mahalli, makam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam Al-Laits, Rabiah Al-Adawiyah dan Sahabat Uqbah bin Umar ra. 

 

Semoga kita termasuk orang yang mampu mengambil pelajaran dari kesungguhan ibadah Imam As-Syafi’i, meneladani kecintaannya terhadap Al-Quran, serta memperoleh keberkahan ilmunya. Wallahu a’lam.

 

Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.