Yuhansyah Nurfauzi
Kolomnis
Puasa telah menjadi praktik yang dilakukan oleh berbagai budaya dan agama di seluruh dunia selama ribuan tahun. Selain memiliki nilai spiritual, puasa juga memiliki berbagai manfaat kesehatan yang sudah terbukti. Di antara golongan yang mendapatkan manfaat besar ketika berpuasa Ramadhan adalah kaum Muslimin yang sudah berusia lanjut.
Salah satu aspek yang menarik dalam praktik puasa adalah sugesti atau pengaruh mental yang dapat berdampak pada kesejahteraan fisik, terutama bagi lansia. Aspek sugesti dalam puasa melibatkan keyakinan, motivasi, dan harapan positif yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Bagaimana sugesti dalam puasa dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan lansia? Bagaimana pula mekanisme di balik efek tersebut dan relevansinya dengan Puasa Ramadhan?
Puasa, khususnya di Bulan Ramadhan dimulai dengan niat pada malam harinya. Selain puasa Ramadhan, niat juga selalu berada di tahap awal seseorang yang berpuasa sunnah. Bedanya, pada puasa sunnah, niat bisa dilakukan pada pagi hari sebelum seseorang melakukan apapun yang dapat membatalkan puasa.
Niat merupakan salah satu upaya untuk melakukan sugesti bahwa seseorang akan menjalankan ibadah dengan serius sesuai dengan yang diniatkannya. Pada Bulan Ramadhan, kaum Muslimin yang mengikuti Mazhab Syafi’i berniat puasa tiap malam sehingga akan mengulang kembali niatnya selama jumlah hari pada bulan itu.
Baca Juga
Doa untuk Kesehatan Mental
Pengulangan atau repetisi niat setiap hari, baik dengan dilafadzkan maupun di dalam hati mampu mengubah kondisi tubuh seseorang. Niat merupakan afirmasi positif untuk menyampaikan bahwa diri seseorang mampu, dan tentu saja dengan pertolongan Allah untuk menjalankan ibadah. Itulah mengapa di akhir niat selalu ada ungkapan “Karena Allah Ta’ala.”
Sebagaimana yang telah lazim diucapkan oleh kaum Muslimin di Indonesia ketika berniat puasa Ramadhan setiap malam, mereka mengucapkan:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Ta’ala.”
Redaksi ucapan niat di atas adalah salah satu yang paling sering diamalkan oleh kaum Muslimin di Indonesia.
Penelitian tentang afirmasi positif berupa pengulangan kalimat dan efeknya pada lansia telah diteliti oleh Sari dan timnya dalam artikel yang berjudul "The role of autosuggestion in geriatric patients’ quality of life: a study on psycho-neuro-endocrine-immunology pathway," diterbitkan oleh Soc Neurosci pada tahun 2017 (12 (5): 551–559).
Penelitian tersebut telah menyelidiki efek intervensi untuk melihat terapi pengetahuan dan perilaku atau yang dikenal dengan Cognitive Behaviour Therapy (CBT) pada kualitas hidup pasien geriatri atau lansia. Peserta dibagi menjadi kelompok autosugesti dan kontrol. Peserta dalam kelompok autosugesti diminta untuk menyusun sendiri frasa atau susunan kata autosugesti sesuai dengan preferensi kesehatan mereka.
Dalam penelitian tersebut, frasa autosugesti yang disusun tersebut kemudian direkam untuk peserta dalam suara mereka sendiri, dan mereka diminta untuk mendengarkan rekaman ini beberapa kali sehari selama 30 hari ke depan. Kedua kelompok menerima perawatan medis seperti biasa. Setelah intervensi, kelompok autosugesti menilai kualitas hidup mereka lebih tinggi dan kadar kortisol serum mencapai level normal sehat untuk orang dewasa lanjut usia, dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kortisol merupakan hormon yang sangat mempengaruhi perasaan atau mood dan kesehatan tubuh seseorang. Semangat seseorang akan berada pada level yang baik apabila kortisol dalam tubuhnya berada pada kadar yang baik dan sebaliknya. Autosugesti yang bisa menjaga hormon kortisol sebagaimana yang dipraktikkan pada penelitian di atas sangat relevan dengan niat puasa Ramadhan yang diamalkan oleh kaum Muslimin setiap hari selama sebulan.
Pada lansia yang berumur lebih dari atau sama dengan 60 tahun, kondisi fisik memang telah mengalami penurunan. Oleh karena itu, penelitian yang telah disebutkan di atas relevan dengan bagaimana efek niat sebagai aspek sugesti dalam puasa Ramadhan terhadap kesehatan lansia secara umum.
Lansia memerlukan semangat ketika akan menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan sebulan penuh. Bila anggota keluarganya memahami bahwa semangat lansia itu penting untuk menghadapi puasa, maka mereka akan memberikan motivasi kepada lansia yang ada di keluarganya. Namun, apabila tidak ada yang memberikan semangat, lansia bisa memotivasi dirinya sendiri melalui niat puasa yang dibaca setiap malam.
Niat puasa akan mempengaruhi otak agar otak bekerja dengan setelan tertentu berdasarkan motivasi diri dan ijin Allah. Seluruh tubuh akan diperintahkan untuk menyiapkan diri menghadapi situasi baru ketika tidak makan dan tidak minum sebagaimana orang yang menjalani puasa.
Dengan kata lain, niat akan menyetel otak menyiapkan organ pencernaan agar tetap tahan ketika beribadah puasa meskipun tidak kemasukan makanan dan minuman dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Pada saat niat bekerja, mekanisme hormon kortisol yang dihasilkan di dekat ginjal juga disetel pada level yang baik. Hal ini sangat diperlukan oleh lansia agar kepercayaan diri dan semangatnya tumbuh pada pagi hari ketika puasa diawali. Oleh karena itu, lansia akan merasa tenang dan tidak khawatir berlebihan terhadap kondisi tubuhnya yang berpuasa.
Lansia memang sering merasa khawatir berlebihan di dalam fase-fase kehidupannya. Melalui ibadah puasa, justru mood atau perasaannya dilatih untuk semakin tenang bila dibandingkan dengan hari-hari lain di luar ibadah puasa. Dengan demikian, ketenangan juga akan mempengaruhi aktivitas hariannya yang lain.
Dengan ketenangannya, tidak mengherankan bila lansia yang berhasil menumbuhkan sugesti diri dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan baik. Selayaknya sugesti diri dalam bentuk niat puasa ini diterapkan di Bulan Ramadhan agar lansia bisa menjalani aktivitasnya secara mandiri lebih baik dibandingkan dengan di luar Bulan Ramadhan.
Ustadz Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti farmasi
Terpopuler
1
Khutbah Idul Fitri 1446 H: Kembali Suci dengan Ampunan Ilahi dan Silaturahmi
2
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri, Istri, Anak, Keluarga, hingga Orang Lain, Dilengkapi Latin dan Terjemah
3
Habis RUU TNI Terbitlah RUU Polri, Gerakan Rakyat Diprediksi akan Makin Masif
4
Kultum Ramadhan: Mari Perbanyak Istighfar dan Memohon Ampun
5
Fatwa Larangan Buku Ahmet T. Kuru di Malaysia, Bukti Nyata Otoritarianisme Ulama-Negara?
6
Gus Dur Berhasil Perkuat Supremasi Sipil, Kini TNI/Polri Bebas di Ranah Sipil
Terkini
Lihat Semua