Ramadhan

Shalat Tarawih di Rumah Saat Hari Nyepi, Bagaimana Hukumnya?

Sab, 9 Maret 2024 | 16:00 WIB

Shalat Tarawih di Rumah Saat Hari Nyepi, Bagaimana Hukumnya?

Shalat tarawih di rumah saat hari Nyepi. (Freepik).

Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1946 dan awal Tarawih bulan Ramadan 1445 Hijriah diprediksi akan jatuh pada tanggal yang sama, yaitu Senin, 11 Maret 2024. Hal ini berdasarkan perhitungan astronomi yang dilakukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.
 

Menanggapi hal tersebut, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali mengeluarkan seruan bersama terkait pelaksanaan ibadah selama Hari Raya Nyepi.
 

Dalam seruan tersebut, FKUB dan MUI mengimbau umat Muslim di Bali untuk melaksanakan shalat Tarawih di rumah masing-masing selama Hari Raya Nyepi berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghormati umat Hindu yang sedang melaksanakan Catur Brata Penyepian.
 

Lantas bagaimana hukum shalat Tarawih di rumah?
 

Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu' menjelaskan, hukum shalat Tarawih adalah sunah muakkad, artinya sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Baik laki-laki maupun perempuan disunahkan untuk melaksanakan shalat tarawih, baik secara sendiri maupun berjamaah.
 

 أما حكم المسألة فصلاة التراويح سنة بإجماع العلماء. ومذهبنا أنها عشرون ركعة بعشر تسليمات وتجوز منفردا وجماعة ، وأيهما أفضل ؟ فيه وجهان مشهوران كما ذكر المصنف ، وحكاهما جماعة قولين ( الصحيح ) باتفاق الأصحاب أن الجماعة أفضل ، وهو المنصوص في البويطي ، وبه قال أكثر أصحابنا المتقدمين
 

Artinya, "[Tentang hukum masalah ini]: Shalat Tarawih adalah sunah menurut ijma' ulama. Mazhab kami (Syafi'i) berpendapat, shalat Tarawih terdiri dari 20 rakaat dengan 10 salam. Shalat Tarawih boleh dikerjakan secara sendirian maupun berjamaah.
 

Lalu, mana yang lebih baik? Terdapat dua pendapat masyhur tentang hal ini, sebagaimana disebutkan oleh Penulis Al-Muhaddzab dan diriwayatkan oleh sekelompok ulama sebagai dua pendapat:
 

Pendapat yang sahih, menurut kesepakatan ulama Syafi'iyah, shalat Tarawih berjamaah lebih baik. Ini adalah pendapat yang disebutkan dalam kitab Al-Buwaiti dan diamini oleh mayoritas ulama terdahulu dari mazhab kami.
 

Pendapat kedua, shalat Tarawih secara individu lebih baik. Pendapat ini dinisbatkan kepada Imam As-Syafi'i dalam salah satu riwayat dan dipilih oleh beberapa ulama terkemuka dari mazhab kami." (Imam Nawawi, Al-Majmu' Syarhu Muhaddzab, [Beirut:, Darul Kutub Ilmiyah: 1971], jilid III, halaman 525).


Sementara Imam Al-Baihaqi berkata dalam kitab Fadhailul Auqat, mengerjakan shalat Tarawih berjamaah lebih baik bagi orang yang tidak hafal Al-Quran. Adapun orang yang hafal Al-Quran, Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berpendapat bahwa mengerjakannya secara sendiri lebih utama.
 

أن فعل صلاة التراويح بالجماعة أفضل لمن لا يكون حافظًا للقرآن، فأما من كان حافظًا فقد ذهب ابن عمر رضي الله عنهما أن فعلها بالانفراد أولى
 

Artinya; Sungguh shalat Tarawih berjamaah lebih utama bagi mereka yang tidak hafal Al-Quran. Sedangkan bagi yang hafal Al-Quran, Ibnu Umar ra berpendapat bahwa shalat Tarawih sendiri lebih utama." (Al-Baihaqi, Fadhailul Auqat, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1997], halaman 268).
 

Terkait hukum shalat Tarawih di rumah, Imam As-Syaukani dalam kitab Nailul Authar mengatakan:


 قال النووي: اتفق العلماء على استحبابها. قال: واختلفوا في أن الأفضل صلاتها في بيته منفردا أم في جماعة في المسجد؟ فقال الشافعي وجمهور أصحابه وأبو حنيفة وأحمد وبعض المالكية وغيرهم: الأفضل صلاتها جماعة، كما فعله عمر بن الخطاب والصحابة رضي الله عنهم واستمر عمل المسلمين عليه، لأنه من الشعائر الظاهرة، فأشبه صلاة العيد
 

Artinya, Imam Nawawi berkata, "Ulama sepakat bahwa shalat Tarawih hukumnya sunah." Kemudian beliau berkata, "Ulama berbeda pendapat tentang apakah shalat Tarawih lebih baik dikerjakan di rumah secara sendiri-sendiri atau di masjid secara berjamaah?"
 

Imam As-Syafi'i, mayoritas pengikutnya, Abu Hanifah, Ahmad, sebagian ulama Maliki, dan lainnya berpendapat, shalat Tarawih lebih baik dikerjakan secara berjamaah. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan para sahabat Nabi saw, dan telah menjadi kebiasaan umat Islam. Karena shalat Tarawih termasuk dalam kategori syiar agama yang tampak, sehingga menyerupai shalat Idul Fitri." (As-Syaukani, Nailul Authar,[Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 1971], jilid III, halaman 5]
 

Dalam sumber lain, Imam As-Shawi dalam kitab Hasiyatus Shawi mengatakan, boleh melaksanakan shalat Tarawih di rumah dengan tiga syarat, yakni tidak membuat masjid kosong, terdapat semangat untuk melakukannya di rumahnya, bukan orang yang bermukim di dua tanah suci (Makkah dan Madinah), karena bagi mereka, dianjurkan untuk melakukan shalat Tarawih tersebut di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. 
 

قوله: [وندب الانفراد بها] إلخ: حاصله أن ندب فعلها في البيوت مشروط بشروط ثلاثة: أن لا تعطل المساجد، وأن ينشط لفعلها في بيته، وأن يكون غير آفاقي بالحرمين، فإن تخلف منها شرط كان فعلها في المسجد أفضل
 

Artinya, "Ungkapan Penulis: "Dianjurkan untuk melakukannya secara sendirian ...", Kesimpulannya, disunahkan melakukan shalat Tarawih di rumah dengan tiga syarat: Pertama, tidak menyebabkan masjid menjadi kosong. Kedua, orang yang shalat Tarawih di rumah benar-benar bersemangat untuk melakukannya. Ketiga, orang tersebut bukan penduduk Makkah atau Madinah.
 

Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka lebih baik melakukan shalat Tarawih di masjid." [Ahmad As-Shawi, Hasiyatus Shawi 'ala Syarhis Shagir, [Mesir, Maktabah Musthafa Al-babil Halaby: 1952], jilid I, halaman 146).
 

Secara sederhana dapat disimpulkan, hukum shalat Tarawih di rumah menurut fiqih diperbolehkan. Pun boleh dikerjakan secara berjamaah ataupun shalat sendirian. Karena itu, anjuran untuk shalat Tarawih karena menghormati warga yang sedang menjalani hari Nyepi secara substansial tidak masalah. Justru hal itu menunjukkan sikap baik dalam menjaga keharmonisan hubungan sosial di tengah masyarakat yang beragam. Wallahu a'lam.
 

 

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam tinggal di Ciputat