<div>Qasidah Burdah sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. <span style="font-style: italic;">Maulaya shalli wa sallim dâiman abada </span>seakan-akan menjadi shalawat yang nyaris tak ditinggalkan di setiap pembacaan maulid Baginda Besar Muhammad ﷺ. Qasidah ini dikarang oleh Imam al-Busiri (610 H), yang wafat pada tahun 695 Hijriah. </div>

<div> </div>

<div>Imam al-Bushiri merupakan seorang penyair andal pada masanya. Beliau juga adalah seorang kaligrafer yang memiliki tulisan yang indah. Gurunya yang terkenal adalah Abdul ‘Abbas al-Mursi.</div>

<div> </div>

<blockquote><span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: 12px;">Baca juga:</span></span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: 12px;">• <a href="http://www.nu.or.id/post/read/73815/jubah-warisan-rasulullah " target="_blank">Jubah Warisan Rasulullah</a></span></span><br />
<span style="font-weight: bold;"><span style="font-size: 12px;">• <a href="http://www.nu.or.id/post/read/84389/saat-gus-dur-menikmati-syair-qasidah-burdah-al-bushiri " target="_blank">Saat Gus Dur Menikmati Syair Qasidah Burdah Al-Bushiri</a></span></span><br />
<span style="font-weight: bold; font-size: 12px;">• <a href="http://www.nu.or.id/post/read/93229/ini-keterangan-syair-ya-rabbi-bil-mushtafa-balligh-maqashidana " target="_blank">Ini Keterangan Syair Ya Rabbi bil Mushtafa Balligh Maqashidana</a></span></blockquote>

<div>Qasidah Burdah terdiri dari 160 bait. Setiap baitnya mengandung nilai sastra yang tinggi, lembut, dan menyentuh pembacanya yang mengerti sastra Arab. Imam al-Bushiri mengisahkan kehidupan Nabi di dalam Qasidahnya. Lebih menariknya, sebelum menceritakan sirah Nabi, terdapat renungan indah yang dapat menyentak jiwa para pembacanya. Tepatnya di dalam pasal kedua, mengenai bahayanya hawa nafsu.</div>

<div> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">فَإِنّ أَمّارَتِ بِالسّـوءِ مَا اتّعَظَتْ        ۞     مِنْ جَهْلِهَا بِنَذِيرِ الشّيْبِ وَالَهَرَمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; ">Sungguh nafsu amarahku tak dapat menerima nasihat, karena ketidaktahuannya.</div>

<div style="text-align: center; ">Akan peringatan berupa uban di kepala, dan ketidakberdayaan tubuh akibat umur senja.</div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div>Dalam bait ini, al-Bushiri menegaskan bahwa hampir saja semua manusia tidak sadar akan hawa nafsu yang mengelabuinya sepanjang hidup. Bahkan di usia senja, tak dapat dijamin hidayah akan datang kecuali melalui ‘inayah Allah ﷻ kepadanya. Padahal tanda-tanda maut bakal menjemput sudah ada, yaitu uban yang tumbuh pada rambutnya.</div>

<div> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">مَنْ لِي بِرَدِّ جِمَاحٍ مِنْ غَوَايَتِهَا    ۞     كَمَا يُرَدُّ جِمَاحُ الَخَيْلِ بِاللُّجُمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Siapakah gerangan yang sanggup mengendalikan nafsuku dari kesesatan</span></div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Sebagaimana kuda liar yang terkendalikan dengan tali kekangan</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div>Teringat dengan kisah pasca-Rasulullah ﷺ pulang dari perang Badar, beliau ﷺ berujar, “Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran akbar.” Lalu sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, "Jihad (memerangi) hawa nafsu.”</div>

<div> </div>

<div>Artinya, betapa besarnya kekuatan hawa nafsu, hingga Rasulullah pun menggambarkannya sedemikian rupa.</div>

<div> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">فَلاَ تَرُمْ بِالْمَعَاصِيْ كَسْرَ شَهْوَتِهَا      ۞     إِنّ الطَّعَامَ يُقَوِّيْ شَهْوَةَ النَّهِمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Jangan kau berharap, dapat mematahkan nafsu dengan maksiat.</span></div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Karena makanan justru bisa perkuat bagi si rakus makanan lezat.</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">وَالنّفْسُ كَالطّفِلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞     حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap suka menyusu.</span></div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Namun bila kau sapih, maka bayi akan berhenti sendiri</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div>Sebagian orang menganggap, dengan mengikuti hawa nafsunya, rasa itu akan menghilang karena habis dilampiaskan. Namun ternyata tidak begitu, hawa nafsu akan menjadi-jadi ketika dituruti, bak orang yang rakus jika diberi makanan maka ia malah bertambah kerakusannya. </div>

<div> </div>

<div>Imam al-Bushiri menyerupakan nafsu dengan seorang anak bayi. Apabila seorang anak bayi tidak disapih, maka sampai besar ia akan hobby menyusu pada ibunya, dan tentunya itu amat membahayakan.</div>

<div> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">فَاصْرِفْ هَوَاهَا وَحَاذِرْ أَنْ تُوَلِّيَهُ       ۞     إِنّ الْهَوَى مَا تَوَلَّى يُصِمْ أَوْ يَصِمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Maka palingkanlah nafsumu, takutlah jangan sampai ia menguasai-nya</span></div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Sesungguhnya nafsu, jikalau berkuasa maka akan membunuhmu dan membuatmu tercela</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">وَرَاعِهَا وَهْيَ فِيْ الأَعْمَالِ سَآئِمَةٌ       ۞     وَإِنْ هِيَ اسْتَحْلَتِ الْمَرْعَى فَلاَتُسِمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Dan gembalakanlah nafsu, karena dalam amal nafsu bagaikan hewan ternak.</span></div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Jika nafsu merasa nyaman dalam kebaikan, maka tetap jaga dan jangan kau lengah</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div>Dalam dua bait diatas, Imam al-Bushiri menghimbau kita untuk mengolah hawa nafsu supaya menjadi teratur dan tidak liar. Kemudian beliau mengingatkan kita bahwa tidak semua sesuatu yang kita anggap indah, hakikatnya juga indah. Bisa jadi ia adalah racun yang terkandung di dalam makanan yang lezat, sebagaimana dalam syairnya:</div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">كَمْ حَسّنَتْ لَذّةً لِلْمَـــــــرْءِ قَاتِلَةً         ۞     مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنّ السَّمَّ فِي الدَّسَمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Betapa banyak kelezatan, justru membawa kematian bagi seseorang</span></div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Karena tanpa diketahui, adanya racun tersimpan dalam makanan</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div>Kemudian, setelah merenungi nafsu yang menjangkiti kita. Kita dianjurkan pula untuk meminta ampunan pada Allah SWT dari perkataan kita yang tidak disertai dengan ucapan. Tentunya ini menjadi cerminan bagi kita, bahwa selama ini amal perbuatan kita tidak sebaik dari perkataan yang terlontar dari lisan kita maupun unggahan kita di media sosial.</div>

<div> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-size: 18px;">أَسْتَغْفِرُ الَّلهَ مِنْ قَوْلٍ بِلاَعَمَــلٍ        ۞     لَقَدْ نَسَبْتُ بِهِ نَسْلً لِذِي عُقُمِ</span></div>

<div style="text-align: center; "> </div>

<div style="text-align: center; "><span style="font-style: italic;">Aku mohon ampun kepada Allah dari ucapan tanpa disertai  amal # Aku telah menasabkan diriku dengan perkataan itu, bagaikan seorang yang mandul mengharap keturunan</span></div>

<div style="text-align: center;"> </div>

<div>Semoga kita dianugerahi kesempatan untuk bertafakur dan muhasabah akan kesalahan dan dosa yang ada dalam diri kita, sehingga kita pun luput dari banyak menghukumi kesalahan orang lain. <span style="font-style: italic;">Wallahu a'lam</span>. <span style="font-weight: bold;">(Amien Nurhakim)</span></div>

<div> </div>

7 Macam Wirid Menurut Sayyid Abdullah Al-Haddad

Rahasia Asmaul Husna bagi Kelompok Muqarrabin

Alasan Lafal Allah Bukan Termasuk 99 Asmaul Husna

Ini Faedah Memperbanyak Bacaan Shalawat di Malam Jumat

Tips Para Santri dalam Menjaga Hafalan dari Kitab Talim Mutaallim

Siapa Bilang Asmaul Husna Hanya 99? Begini Penjelasannya

Bacaan Shalawat Pasti Diterima Meskipun Tak Ikhlas? Ini Maksudnya

Shalawat Jauharatul Kamal Syekh At-Tijani: Sejarah, Keutamaan, dan Keistimewaannya

Bantahan As-Sya'rawi terhadap Penafsiran 'Burung Ababil' Perspektif Al-Maraghi dan Muhammad Abduh

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Dakwah Kanthi Tata Cara kang Wicaksana

Tafsir Surat Al-Ma'un Ayat 4-7: Tiga Sifat Orang Munafik

200 Bantuan UMKM Warnai Peluncuran Program KUA Pemberdayaan Ekonomi Umat di Temanggung