Syariah

Benarkan Puasa Asyura Mengikuti Puasa Yahudi?

NU Online  ·  Kamis, 27 Juli 2023 | 18:30 WIB

Benarkan Puasa Asyura Mengikuti Puasa Yahudi?

Benarkan Puasa Asyura Mengikuti Puasa Yahudi?. (Foto: NU Online/Freepik)

Di antara puasa yang disunnahkan bagi umat Islam adalah puasa Asyura. Dalam shahih Muslim disebutkan sebuah hadits yang menunjukkan kesunnahan puasa Asyura. Hadits yang dimaksud diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas ra, ia berkata:


قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ


Artinya: "Rasulullah saw hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di bulan ‘Asyura, kemudian mereka ditanya tentang puasanya tersebut, mereka menjawab: "Hari ini adalah hari di mana Allah memberikan kemenangan kepada Nabi Musa as dan Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa." Kemudian Nabi bersabda: "Kami lebih utama dengan Nabi Musa dibanding dengan kalian." Lalu Nabi Muhammad memerintahkan untuk berpuasa di hari Asyura." (HR. Muslim no. 1130).


Sekilas hadits di atas dipahami perintah Nabi untuk menjalankan puasa Asyura berdasarkan kabar dari orang-orang Yahudi, benarkan demikian? Berikut ulasannya.


Berkaitan dengan permasalahan tersebut, seorang ulama berkebangsaan Somalia Muhammad Bara' Ali menulis sebuah risalah kecil yang ia beri judul "Ahkamu Asyura Ala Madzhabil Imam as-Syafi'i". Pada halaman 8-9 beliau membuat judul "Tanbihat fi Tasyri'i Asyura" peringatan-peringatan disyari'atkannya puasa Asyura. Dalam pembahasannya beliau menyebutkan 3 poin penjelasan bahwa puasa Asyura bukan bersumber dari pertanyaan Nabi kepada orang-orang Yahudi Madinah. Dalam fotenote kitab tersebut, beliau mencantumkan sumber rujukannya yaitu, Zadul Ma'ad karya Ibnu Qoyyim, Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani dan al-Mufhim karya Al-Qurthubi. Berikut selengkapnya.


الأول: لم يكن صوم النبي ﷺ عاشوراء بعد قدومه المدينة مباشرة لأنه قدم المدينة في شهر ربيع الأول، بل أقام إلى عاشوراء فحصل منه السؤال لليهود، ثم صام وأمر بصيامه، وبهذا يرتفع التوهم بتعارض التواريخ في المسألة، نبه على ذلك ابن القيم وابن حجر


Artinya: "Pertama, Nabi tidak melaksanakan puasa Asyura sesaat baru sampai di Madinah. Karena Nabi tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal, bahkan Nabi menetap di Madinah sampai Asyura barulah terjadi pertanyaan Nabi kepada orang Yahudi, lalu Nabi puasa, dan memerintahkan puasa di hari Asyura. Penjelasan ini menghilangkan dugaan adanya perbedaan waktu atau tarikh dalam permasalahan ini. Ibnu Qayyim dan Ibnu Hajar telah menginformasikan yang demikian itu."


الثاني: سؤال النبي ﷺ لليهود لا يدل على أنه لم يكن على علم بعاشوراء سابقاً، فإن قريشاً كانت تصومه في الجاهلية وكان يصومه قبل قدومه المدينة، و(إنما كان ليستكشف السبب الحامل لهم على الصوم، فلما علم ذلك، قال لهم كلمة حق تقتضي تأنيسهم واستجلابهم وهي: نحن أحق وأولى بموسى منكم)


Artinya: "Kedua, pertanyaan Nabi kepada Yahudi tidak menunjukkan bahwa Nabi sebelumnya tidak mengetahui tentang puasa Asyura. Karena sesungguhnya orang-orang Quraiys juga puasa Asyura pada masa Jahiliyah. Dengan demikian, sebenarnya Nabi telah melakukan puasa Asyura sebelum beliau datang ke Madinah. Pertanyaan Nabi kepada Yahudi tidak lain hanya untuk menyelidiki apa sebab mereka puasa di hari Asyura. Ketika Nabi telah mengetahui sebabnya, kemudian Nabi berkata kepada mereka, dengan kalimat hak yang menunjukkan keramahan Nabi kepada mereka dan meminta informasi kepada mereka. Kalimat tersebut adalah: "Kami lebih berhak dan lebih pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian.”  (al-Hadits)


الثالث: سؤاله لليهود وأمره بالصوم بعده ليس فيه متابعة واقتداء بهم، بل هو مزيد تعظيم وتأكيد لصومه بعد علمه بأن موسى صامه شكراً الله. قال القاضي عياض: (فلم يحدث له حديث اليهود حكماً يحتاج إلى التكلّم عليه، وإنما هي صفة حال وجواب سؤال)


Artinya: "Ketiga, pertanyaan Nabi kepada Yahudi, lalu setelahnya beliau memerintahkan puasa di hari Asyura, bukan berarti Nabi mengikuti atau meniru amaliah Yahudi. Melainkan untuk lebih mengagungkan dan menegaskan untuk puasa di hari Asyura setelah beliau mengetahui bahwa Nabi Musa as puasa Asyura sebagai wujud syukur kepada Allah. Qodhi Iyad berkata: "Cerita atau informasi dari Yahudi atas puasa Asyura tidak dapat menjadi hukum yang perlu dibicarakan atau dikomentari, hal tersebut tidak lain hanya merupakan keadaan mereka dan respon atas pertanyaan Nabi."


Imam Nawawi (wafat 676 H) dalam Syarhu An-Nawawi Ala Muslim yang merupakan Syarah atas kitab Shahih Muslim, menjelaskan terkait hadits di atas dengan menukil pendapat Imam al-Maziri, dia berkata: "Kabar dari orang Yahudi tidak dapat diterima, maka dimungkinkan Nabi saw diberi wahyu untuk membenarkan apa yang mereka, orang Yahudi katakan, atau bagi Nabi, kabar tersebut telah menjadi kabar yang mutawatir sehingga sebenarnya Nabi telah mengetahuinya."


Setelah beliau jelaskan panjang lebar berkaitan dengan hadits di atas, terakhir beliau meringkas penjelasannya sendiri,


وَمُخْتَصَرُ ذَلِكَ أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُهُ كَمَا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي مَكَّةَ ثُمَّ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَهُ فَصَامَهُ أَيْضًا بِوَحْيٍ أَوْ تَوَاتُرٍ أَوِ اجْتِهَادٍ لَا بِمُجَرَّدِ أَخْبَارِ آحَادِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ


Artinya, "Dan ringkasan dari semuanya ialah bahwasanya Nabi telah melakukan puasa Asyura seperti orang-orang Quraiys di Makkah yang telah menjalankan puasa Asyura. Kemudian Nabi datang ke Madinah menemukan orang Yahudi juga puasa Asyura, lalu Nabi pun ikut puasa Asyura dengan adanya wahyu, kabar mutawatir atau ijtihad, intinya bukan sebab kabar dari personal orang-orang Yahudi belaka." Wallahu a'lam. (Abu Zakariya Muhyiddin bin Syaraf An-Nawawi, Syarah Nawawi ala Muslim, [Bairut: Darul Ihya' at-Turots], Juz VIII, halaman 11).


Dari penjelasan ini menjadi jelas bahwa puasa di hari Asyura bukan ibadah yang dasarnya adalah mengikuti amaliah Yahudi. Wallahu a'lam bisshawab.


Ustadz Muhamad Hanif Rahman, khadim Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo