Tafsir

Al-Qur’an Melarang Muslim Mencaci Agama Lain

Ahad, 6 Juni 2021 | 23:02 WIB

Al-Qur’an Melarang Muslim Mencaci Agama Lain

Al-Qur’an melalui Surat Al-An’am ayat 108 melarang umat Islam untuk mencaci maki kekurangan tuhan yang diyakini umat agama lain.

Agama Islam melarang pemeluknya untuk mencaci maki kepercayaan umat agama lain. Islam meminta muslim untuk menghormati kepercayaan umat agama lain. Caci maki terhadap kepercayaan agama lain hanya memicu perseteruan antarumat beragama.

 

Al-Qur’an dalam Surat Al-An’am ayat 108 mengingatkan umat Islam agar tidak menghina tuhan yang dipercayai oleh umat agama lain karena dapat mengundang penghinaan terhadap keyakinan umat Islam.


وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ


Artinya, “’Jangan kalian memaki sesembahan mereka selain Allah, karena mereka akan berbalik memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan.’ Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan,” (Surat Al-An’am ayat 108).


Imam Al-Baghawi dalam tafsirnya, Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil, mengutip sahabat Ibnu Abbas RA yang bercerita bahwa ketika Surat Al-Anbiya ayat 98 turun, orang-orang musyrik Makkah tersinggung. Mereka protes.


“Muhammad, kamu berhenti mencaci maki tuhan-tuhan kami, atau kami akan menghina tuhanmu?”


Allah kemudian melarang umat Islam untuk mencaci maki tuhan-tuhan orang musyrik.


Adapun berikut ini adalah Surat Al-Anbiya ayat 98.


إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ


Artinya, “Sungguh kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya,” (Surat Al-Anbiya ayat 98).


Imam Qatadah, seperti dikutip Al-Baghawi, mengatakan, sahabat-sahabat Rasulullah SAW awalnya mencaci maki berhala orang-orang kafir. Allah kemudian melarang mereka melalui Surat Al-An’am ayat 108 agar orang-orang kafir itu balik mencaci maki-Nya. Pasalnya, mereka adalah kaum yang bodoh.


Adapun As-Suddi bercerita, suku Quraisy menjelang Abu Thalib wafat mengatur rencana. “Mari kita menemui Abu Thalib. Kita minta dia untuk menahan keponakannya (Muhammad) dari caci maki tuhan kita karena kita juga segan untuk membunuhnya sepeninggal Abu Thalib.”


Orang Arab menjadi saksi bahwa Abu Thalib menjadi penghalang suku Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad SAW. Tetapi setelah paman yang melindunginya wafat, suku Quraisy (tetap) berusaha keras membunuhnya.


Abu Sufyan, Abu Jahal, Nadhar bin Harits, Umayyah bin Khalaf, Ubay bin Khalaf, Uqbah bin Abi Mu‘ith, Amr bin Ash, Aswad bin Bakhtari menemui Abu Thalib.


Mereka bilang, “Abu Thalib, Anda adalah pembesar dan pemuka kami. Sedangkan Muhammad telah menyakiti kami dan tuhan-tuhan kami. Kami ingin Anda memanggilnya dan menahannya untuk tidak lagi menyebut (kekurangan) tuhan-tuhan kami. Kami akan membiarkannya dan tuhannya.”


Abu Thalib memanggil Nabi Muhammad SAW. “Muhammad, mereka ini adalah kaummu,” kata Abu Thalib memberikan pengantar mediasi.


“Muhammad, kami ingin kamu membiarkan kami dan tuhan-tuhan kami, dan kami akan membiarkanmu dan tuhanmu,” kata mereka.


“Bagaimana, kaummu telah mengambil jalan tengah,” kata Abu Thalib.


“Bagaimana pendapat tuan-tuan sekalian jika kutawarkan ini, apakah kalian akan memberikan kalimat ini kepadaku? Jika kalian mengucapkannya, tuan-tuan sekalian akan menguasai bangsa Arab. Bangsa Ajam (bangsa selain Arab) dengan kalimat ini juga akan tunduk kepada kalian.”


“Tentu, demi mendiang ayahmu, kami akan mengucapkan kalimat itu bahkan 10 kali lipatnya. Apa bunyinya?” kata Abu Jahal.


“Katakanlah, ‘La ilaha illallah,’” kata Nabi Muhammad SAW.


Mendengar kalimat tauhid, mereka kecewa lalu membuang muka.


“Keponakanku, katakanlah kalimat lain,” kata Abu Thalib.


“Pamanku, tidak ada kalimat lain yang harus kukatakan meski mereka mendatangiku dengan matahari dan meletakannya di tanganku sekalipun,” kata Nabi Muhammad SAW.


“Kamu berhenti mencaci maki tuhan-tuhan kami atau kami balik mencaci maki kamu dan (tuhan) yang menyuruhmu?” kata mereka.


Allah kemudian menurunkan Surat Al-An’am ayat 108, yaitu “Jangan kalian memaki sesembahan mereka selain Allah (yaitu berhala), karena mereka akan berbalik memaki Allah dengan melampaui batas (yaitu berlebihan dan zalim).”


Imam Al-Baidhawi dalam tafsirnya yang terkenal, Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, mengatakan, Al-Qur’an melalui Surat Al-An’am ayat 108 melarang umat Islam untuk mencaci maki kekurangan tuhan yang diyakini umat agama lain.


وفيه دليل على أن الطاعة إذا أدت إلى معصية راجحة وجب تركها فإن ما يؤدي إلى الشر شر


Artinya, “Surat Al-An’am ayat 108 menjadi dalil bahwa ketaatan yang jelas-jelas dapat menyebabkan kemaksiatan wajib ditinggalkan karena segala wasilah atau sarana yang dapat menyebabkan keburukan (caci maki balik) juga termasuk keburukan,” (Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)