Surat Al-'Alaq: Hikmah Penciptaan Manusia dan Perintah Membaca
Rabu, 5 Maret 2025 | 05:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Surat Al-'Alaq adalah surat Makiyyah yang terdiri dari 19 ayat. Surat ini dinamakan dengan surat “al-‘Alaq”, surat “Iqra”, atau surat “al-Qalam” karena Allah swt memulai surat ini dengan frasa-frasa tersebut, yakni firman-Nya, اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنْسانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. Kata ‘al-‘Alaq’ sendiri berarti darah beku yang berbentuk ulat kecil.
Surat Al-'Alaq terdiri dari 19 ayat, 72 kalimat dan 270 huruf. Lima ayat pertama dari surat Al-'Alaq ini merupakan ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menurut mayoritas ahli tafsir.
Surat Al-‘Alaq ini berfokus pada penjelasan hikmah Allah swt dalam penciptaan manusia dari lemah menjadi kuat, memuji manusia dengan apa yang telah dijadikan perbekalan, dan perintah bagi manusia berupa keutamaan membaca dan menulis, agar mereka berbeda dari makhluk-makhluk yang lainnya.
Surat Al-'Alaq dan Artinya
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥ كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓۙ ٦ اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ ٧ اِنَّ اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىۗ ٨ اَرَاَيْتَ الَّذِيْ يَنْهٰىۙ ٩ عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۗ ١٠ اَرَاَيْتَ اِنْ كَانَ عَلَى الْهُدٰىٓۙ ١١ اَوْ اَمَرَ بِالتَّقْوٰىۗ ١٢ اَرَاَيْتَ اِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۗ ١٣ اَلَمْ يَعْلَمْ بِاَنَّ اللّٰهَ يَرٰىۗ ١٤ كَلَّا لَىِٕنْ لَّمْ يَنْتَهِ ەۙ لَنَسْفَعًا ۢ بِالنَّاصِيَةِۙ ١٥ نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍۚ ١٦ فَلْيَدْعُ نَادِيَهٗۙ ١٧ سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَۙ ١٨ كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ࣖ ١٩
Iqra' bismi rabbikalladzî khalaq, khalaqal-insâna min ‘alaq, iqra' wa rabbukal-akram, alladzî ‘allama bil-qalam, ‘allamal-insâna mâ lam ya‘lam, kallâ innal-insâna layathghâ, ar ra'âhustaghnâ, inna ilâ rabbikar-ruj‘â, a ra'aitalladzî yan-hâ, ‘abdan idzâ shallâ, a ra'aita ing kâna ‘alal-hudâ, au amara bit-taqwâ, a ra'aita ing kadzdzaba wa tawallâ, a lam ya‘lam bi'annallâha yarâ, kallâ la'il lam yantahi lanasfa‘am bin-nâshiyah, nâshiyating kâdzibatin khâthi'ah, falyad‘u nâdiyah, sanad‘uz-zabâniyah, kallâ, lâ tuthi‘hu wasjud waqtarib.
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, (4) yang mengajar (manusia) dengan pena. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (6) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, (7) ketika melihat dirinya serba berkecukupan. (8) Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(-mu). (9) Tahukah kamu tentang orang yang melarang, (10) seorang hamba ketika dia melaksanakan salat? (11) Bagaimana pendapatmu kalau terbukti dia berada di dalam kebenaran (12) atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? (13) Bagaimana pendapatmu kalau dia mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari keimanan)? (14) Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)? (15) Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka), (16) (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan (kebenaran) dan durhaka. (17) Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). (18) Kelak Kami akan memanggil (Malaikat) Zabaniah (penyiksa orang-orang yang berdosa). (19) Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah).” (QS. Al-‘Alaq: 1-19)
Keutamaan Surat Al-‘Alaq
Imam Al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil atau yang lebih terkenal dengan nama Tafsir Al-Baidhawi memaparkan keutamaan membaca surat Al-‘Alaq sebagai berikut,
عن النبي ﷺ :من قرأ سورة العلق أعطي من الأجر كأنما قرأ المفصل كله
Artinya: "Dari Nabi Muhammad saw, “Barangsiapa membaca surat al-‘Alaq, maka ia akan diberi pahala layaknya orang yang membaca surat-surat mufashal (surat-surat pendek) secara keseluruhan.” (Imam Nasiruddin al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrart Ta'wil, [Beirut, Dar Ihya’it Turats Al-‘Araby: 1418 H], juz V, hlm. 326).
Baca Juga
Makrifatullah, Tujuan Penciptaan Manusia
Korelasi Surat Al-‘Alaq dengan Surat Sebelumnya
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya jilid XXX (Damaskus: Darul Fikr, 1991: 311) menjelaskan, dalam surat sebelumnya (surat at-Tin), Allah SWT telah menyebutkan bahwasanya Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk paling sempurna. Ini merupakan penjelasan mengenai bentuknya.
Sementara itu, dalam surat al-‘Alaq ini, Allah swt menjelaskan mengenai zat materi pembentuk manusia. Dalam surat ini, Allah menyebutkan kondisi-kondisi akhirat sebagai penjelasan atas apa yang telah disebutkan di dalam surat sebelumnya.
Sababun Nuzul Surat Al-‘Alaq Ayat 6
Imam Ahmad, Muslim, Nasai, Ibnu Mundzir dan lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata, “Abu Jahal berkata, 'Apakah Muhammad melindungi wajahnya di depan kalian?’ Ada yang menjawab, “lya.” Lantas dia berkata, “Demi Lata dan Uzza, jika aku melihatnya dia melakukan itu, pasti aku akan memukul lehernya dan menelungkupkan mukanya ke tanah.” Lantas Allah SWT menurunkan ayat:
كَلاّ، إِنَّ الْإِنْسانَ لَيَطْغى
Artinya: “(6) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas,” (QS. Al-‘Alaq: 6)
Kemudian, Abu Jahal melihat Rasulullah saw sedang menunaikan shalat. Lantas dia kembali mundur lagi. Orang-orang bertanya kepadanya, “Wahai Abu Hakam (Abu Jahal) ada apa denganmu?” Dia menjawab, “Sungguh antara aku dan dia ada parit dari api dan sesuatu yang sangat menakutkan.” (Syekh Wahbah Zuhaili, at-Tafsirul Munir, [Damaskus; Darul Fikr, 1991 M], Jilid XXX, hlm. 315-316).
Kandungan Pokok Surat Al-‘Alaq
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya jilid XXX (Damaskus: Darul Fikr, 1991: 311-312) menyebut, surat Makkiyyah ini merupakan surat pertama yang diturunkan kepada Nabi saw untuk menjelaskan tiga hal berikut:
Pertama, surat ini menjelaskan hikmah Allah dalam penciptaan manusia dari lemah menjadi kuat, memuji manusia dengan apa yang telah dijadikan perbekalan, dan perintah bagi manusia berupa keutamaan membaca dan menulis, agar mereka berbeda dari makhluk-makhluk yang lainnya. Allah berfirman,
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥
Artinya: “(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! (2) Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, (4) yang mengajar (manusia) dengan pena. (5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)
Keduan, surat ini memberitahu pembangkangan manusia terhadap perintah-perintah Allah, pengingkaran mereka terhadap nikmat-nikmat-Nya dan melupakannya sekalipun jumlahnya sangat banyak ketika berada dalam keadaan yang sangat sejahtera dan harta berlimpah.
Manusia membalas kenikmatan dengan kemaksiatan. Dia seharusnya bersyukur kepada Allah atas karunia yang telah diberikan. Akan tetapi, dia mengufuri nikmat tersebut dan malah bersikap sombong. Allah berfirman:
كَلَّآ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَيَطْغٰىٓۙ ٦ اَنْ رَّاٰهُ اسْتَغْنٰىۗ ٧ اِنَّ اِلٰى رَبِّكَ الرُّجْعٰىۗ ٨
Artinya: “(6) Sekali-kali tidak! Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, (7) ketika melihat dirinya serba berkecukupan. (8) Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali(-mu).” (QS. Al-‘Alaq: 6-8)
Ketiga, surat ini menyingkap identitas Fir'aun-nya umat ini, yaitu Abu Jahal, yang telah melarang Nabi saw untuk melakukan shalat demi membela patung-patung dan berhala-berhala, serta mengancamnya dengan siksa paling pedih jika dia terus-menerus berada dalam kesesatan, kekufuran, dan pembangkangannya.
Selain itu, surat ini juga memperingatkan Rasulullah saw agar tidak menghiraukan akan ancaman Abu Jahal. Allah swt berfirman:
اَرَاَيْتَ الَّذِيْ يَنْهٰىۙ ٩ عَبْدًا اِذَا صَلّٰىۗ ١٠ اَرَاَيْتَ اِنْ كَانَ عَلَى الْهُدٰىٓۙ ١١ اَوْ اَمَرَ بِالتَّقْوٰىۗ ١٢ اَرَاَيْتَ اِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۗ ١٣ اَلَمْ يَعْلَمْ بِاَنَّ اللّٰهَ يَرٰىۗ ١٤ كَلَّا لَىِٕنْ لَّمْ يَنْتَهِ ەۙ لَنَسْفَعًا ۢ بِالنَّاصِيَةِۙ ١٥ نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍۚ ١٦ فَلْيَدْعُ نَادِيَهٗۙ ١٧ سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَۙ ١٨ كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ࣖ ١٩
Artinya: “(9) Tahukah kamu tentang orang yang melarang, (10) seorang hamba ketika dia melaksanakan salat? (11) Bagaimana pendapatmu kalau terbukti dia berada di dalam kebenaran (12) atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? (13) Bagaimana pendapatmu kalau dia mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari keimanan)? (14) Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala perbuatannya)? (15) Sekali-kali tidak! Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tarik ubun-ubunnya (ke dalam neraka), (16) (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan (kebenaran) dan durhaka. (17) Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). (18) Kelak Kami akan memanggil (Malaikat) Zabaniah (penyiksa orang-orang yang berdosa). (19) Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah).” (QS. Al-‘Alaq: 9-19)
Pesan dan Hukum yang Terkandung dalam Surat Al-‘Alaq
Merujuk Syekh Wahbah, ada beberapa pesan dan hukum yang terkandung dalam surat Al-‘Alaq ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Pertama, penjelasan kekuasaan Allah swt tentang penciptaan, karena Allah adalah Sang Pencipta. Selain itu, juga ada penjelasan mengenai permulaan penciptaan manusia dari segumpal darah beku yang tidak kering.
Ayat-ayat yang mulia ini merupakan ayat-ayat pertama yang diturunkan dari Al-Qur'an. Ayat-ayat tersebut merupakan rahmat pertama dari Allah bagi hamba-hamba-Nya dan nikmat-Nya yang dikaruniakan kepada mereka.
Kedua, Allah swt memerintahkan Rasulullah saw untuk membaca Al-Qur'an dengan nama Tuhannya yang telah menciptakan dan dengan nama Dzat yang telah mengajarkan manusia mengenai apa yang belum dia ketahui.
Ketiga, Allah dalam surat ini juga memerintahkan untuk belajar membaca dan menulis karena keduanya merupakan media untuk mengetahui ilmu-ilmu agama dan wahyu, menetapkan ilmu-ilmu sam’iyyat serta menyebarkannya kepada manusia. Keduanya juga merupakan asas kemajuan ilmu, pengetahuan, etika dan kebudayaan, serta kemajuan peradaban.
Keempat, termasuk kemuliaan dan keutamaan yang diberikan oleh Allah adalah manusia yang sebelumnya tidak mempunyai ilmu, tenggelam dalam gelapnya kebodohan hingga Allah memindahkannya menuju cahaya ilmu. Allah sungguh telah memuliakan manusia dengan ilmu. Dengan ilmu itulah Nabi Adam as memiliki perbedaan dengan para malaikat. Ilmu dapat dihasilkan dengan akal pikiran, lisan atau tulisan.
Keutamaan-keutamaan dari tulisan sangatlah banyak. Ketika Allah memberikan anugerah tulisan dan ilmu kepada manusia, Dia memuji Dzat-Nya dengan sifat akram (Maha Mulia) Allah berfirman:
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Maksudnya, Allah mengajar manusia dengan perantara pena atau mengajarinya menulis dengan pena. Padahal ketika Allah menyebutkan kepada manusia nikmat penciptaan dan kesesuaian dalam anggota tubuh, baik dzahir maupun batin. Allah menyifati diri-Nya dengan karam (Maha Pengasih).
Kelima, Allah swt mengabarkan tentang tabiat buruk yang ada pada diri manusia bahwa manusia memiliki kegembiraan dan kesenangan serta kesombongan dan pembangkangan ketika merasa berkecukupan dan memiliki harta banyak. Oleh karena itu, Allah mengancam dan memberinya nasihat agar menghilangkan sifat membangkangnya dengan cara memberitahu bahwa dia akan kembali kepada Allah. Setiap manusia akan ditanya tentang hartanya; dari mana didapat dan ke mana dibelanjakan.
Keenam, permulaan surat ini memuji ilmu dan bagian akhirnya mencela harta. Hal itu kiranya cukup untuk membuat hati manusia mencintai agama dan lari dari dunia dan harta. (hlm. 319-320)
Dari penjelasan ini, kita dapat memahami bahwa surat Al-‘Alaq ini berfokus pada penjelasan hikmah Allah swt dalam penciptaan manusia dari lemah menjadi kuat, memuji manusia dengan apa yang telah dijadikan perbekalan, dan perintah bagi manusia berupa keutamaan membaca dan menulis, agar mereka berbeda dari makhluk-makhluk yang lainnya.
Selain itu, surat ini juga memberitahu akan pembangkangan manusia terhadap perintah-perintah Allah, pengingkaran mereka terhadap nikmat-nikmat-Nya dan melupakannya sekalipun jumlahnya sangat banyak ketika berada dalam keadaan yang sangat sejahtera dan harta berlimpah.
Terakhir, surat ini menyingkap identitas Fir'aun-nya umat ini, yaitu Abu Jahal, yang telah melarang Nabi saw melakukan shalat demi membela patung-patung dan berhala-berhala, serta mengancamnya dengan siksa paling pedih jika dia terus-menerus berada dalam kesesatan, kekufuran, dan pembangkangannya. Wallahu a’lam.
Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Perintah Membaca
2
Khutbah Jumat: Nuzulul Qur’an dan Anjuran Memperbanyak Tadarus
3
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Turunnya Kitab Suci
4
PBNU Adakan Mudik Gratis Lebaran 2025, Berangkat 25 Maret dan Ada 39 Bus
5
Khutbah Jumat: Pengaruh Al-Qur’an dalam Kehidupan Manusia
6
Khutbah Jumat: Ramadhan, Bulan Peduli Lingkungan dan Sosial
Terkini
Lihat Semua