Tafsir

Surat Al-Bayyinah: Menyingkap Hikmah di Balik Kewajiban, Peringatan, dan Takdir Kehidupan

NU Online  ·  Jumat, 21 Maret 2025 | 17:00 WIB

Surat Al-Bayyinah: Menyingkap Hikmah di Balik Kewajiban, Peringatan, dan Takdir Kehidupan

Surat Al-Bayyinah tentang hikmah kewajiban, peringatan, dan takdir (freepik).

Surat Al-Bayyinah mengandung pesan yang mendalam mengenai kewajiban, peringatan, dan takdir kehidupan manusia. Dengan kejelasan yang luar biasa, surat ini tidak hanya menjelaskan hubungan antara Ahlul Kitab dan orang-orang musyrik terhadap risalah Nabi Muhammad saw, tetapi juga menggambarkan betapa pentingnya ikhlas beribadah kepada Allah. Apakah Anda sudah memahami makna tersembunyi di balik surat ini? Mari kita gali lebih dalam.
 

Surat Al-Bayyinah adalah surat Madaniyah yang terdiri dari delapan ayat, 94 kalimat dan 399 huruf. Surat ini mempuyai banyak nama. Surat ini dinamakan surat Al-Bayyinah karena dimulai dengan firman Allah swt:
 

لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُۙ
 

Artinya, “Orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (kekufuran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata." (Ayat 1). 
 

Selain Al-Bayyinah, surat juga dinamakan dengan nama surat Lam Yakun, Al-Qayyimah, Al-Bariyah, dan surat Munfakkin. 
 

Makna Al-Bayyinah menurut Syekh Nawawi Al-Bantani adalah sebagai berikut:
 

وهي الرسول وسمي بالبينة لأن مجموع الأخلاق الحاصلة فيه كان بالغا إلى حد كمال الإعجاز
 

Artinya, “Adapun Al-Bayyinah maksudnya adalah Rasul. Dinamakan dengan Al-Bayyinah karena keseluruhan akhlak pada diri Rasul telah sampai pada batas kesempurnaan i'jaz (melemahkan orang lain untuk menentangnya).” (At-Tafsirul Munir, [Surabaya, Al-Hidayah], juz II, halaman 455).
 

Sedangkan menurut Imam Al-Baidhawi yang dimaksud Al-Bayyinah adalah Nabi Muhammad saw atau Al-Qur'an. Karena Nabi saw merupakan orang yang menjelaskan (mubayyin) perkara yang hak; atau kemukjizatan Rasul dengan akhlak-akhlak Al-Qur'an, serta bantahan Nabi saw kepada siapapun yang menentangnya dengan Al-Qur'an. (Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz VI, halaman 328).
 

Surat Al-Bayyinah ini berfokus pada penjelasan tentang hubungan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik dengan risalah Nabi saw. Pun juga sikap mereka terhadap risalah tersebut dan keluarnya mereka dari kekufuran sebab risalah Muhammad saw.
 

Selain itu, surat ini juga menentukan tujuan pokok dari agama dan iman, yaitu ikhlas beribadah kepada Allah swt. pun juga, surat ini menjelaskan tempat kembali masing-masing dari orang-orang kafir yang celaka dan orang-orang Mukmin yang bahagia.


Surat Al-Bayyinah dan Artinya


لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُۙ ۝١ رَسُوْلٌ مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةًۙ ۝٢ فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌۗ ۝٣ وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُۗ ۝٤ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ۝٥ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ ۝٦ اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ ۝٧ جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًاۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗࣖ ۝٨
 

Artinya, “(1) Orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (kekufuran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata, (2) (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Nabi Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran suci (Al-Qur’an) (3) yang di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).
 

(4) Tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahlulkitab, melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata. (5) Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).
 

(6) Sesungguhnya orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk. (7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk.
 

(8) Balasan mereka di sisi Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS Al-Bayyinah: 1-8).
 

Keutamaan Surat Al-Bayyinah

Imam Al-Baidhawi memaparkan keutamaan membaca surat Al-Bayyinah sebagai berikut:
 

عن النبي ﷺ :من قرأ سورة لَمْ يَكُنِ الذين كَفَرُواْ كان يوم القيامة مع خير البرية مساء ومقيلا
 

Artinya, "Dari Nabi Muhammad saw, 'Barangsiapa membaca surat Al-Bayyinah, maka ia akan bersama Nabi Muhammad saw di hari kiamat kelak, baik saat sore maupun pagi hari'.” (Al-Baidhawi, V/329).
 

Imam Ahmad meriwayatkan dari Malik bin Amr bin Tsabit Al-Anshari, dia berkata, “Ketika turun surat Al-Bayyinah, Jibril berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Tuhanmu menyuruhmu untuk membacakannya kepada Ubay.’ 
 

Lantas Nabi saw bersabda kepada Ubay, “Sesungguhnya Jibril menyuruhku untuk membacakan surat ini kepadamu.” Ubay menjawab, “Sungguh itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “lya.” Kemudian Ubay menangis. 

Imam Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa'i meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, “Rasulullah saw. bersabda kepada Ubay bin Ka'b: ‘Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membacakan kepadamu surat Al-Bayyinah.’ Ubay berkata, ‘Dia menyebut namaku?’
 

Imam Ahmad dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, dia berkata:
 

"Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku untuk membacakan Al-Qur'an kepadamu. Lu beliau membaca surat Al-Bayyinah.’ Beliau bersabda, ‘Seandainya anak Adam meminta harta sebanyak satu lembah, lantas dia diberi, maka pastilah dia akan meminta dua lembah. 
 

Seandainya dia minta dua lembah, maka pastilah dia akan minta tiga lembah. Anak adam tidak akan pernah puas melainkan mulutnya disumpal dengan tanah (mati). Allah akan menerima tobat orang yang bertobat.
 

Sesungguhnya orang yang memiliki agama lurus di sisi Allah bukanlah orang musyrik, Yahudi dan Nasrani. Barangsiapa mengerjakan kebaikan, maka jangan pernah dikufuri."
 

At-Tirmidzi berkata bahwa sanad hadits ini adalah hasan shahih. (Wahbah Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1991 M], jilid XXX, halaman 340-341).
 

Korelasi Surat Al-Bayyinah dengan Surat Sebelumnya

Syekh Wahbah Zuhaili mengatakan, surat Al-Bayyinah merupakan sebab bagi surat sebelumnya. Seakan-akan ketika Allah swt berfirman:
 

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
 

Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatulqadar.” (QS Al-Qadr: 1).
 

Ada yang bertanya, “Mengapa Al-Qur'an diturunkan?”
 

Maka dijawab, “Karena orang-orang kafir belum meninggalkan kekufurannya, hingga mereka mendapat keterangan/hujjah. Surat Al-Bayyinah ini merupakan sebab diturunkannya Al-Qur'an yang ditunjukkan di surat Al-Qadr sebelumnya. (Az-Zuhaili, XXX/339).
 

Kandungan Pokok Surat Al-Bayyinah

Syekh Wahbah mengatakan, surat Madaniyyah ini berbicara tentang tiga perkara pokok sebagai berikut:

  1. Menjelaskan hubungan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik dengan risalah Nabi saw. Pun juga sikap mereka terhadap risalah tersebut dan keluarnya mereka dari kekufuran sebab risalah tersebut. (Ayat 1-4).​​​​​​​
  2. Menentukan tujuan pokok dari agama dan iman, yaitu ikhlas beribadah kepada Allah swt. (Ayat 5).
  3. Menjelaskan tempat kembali masing-masing dari orang-orang kafir yang celaka dan orang-orang Mukmin yang bahagia. (Ayat 6-8). (Az-Zuhaili, XXX/339-340).


 

Pesan dan Hukum yang Terkandung dalam Surat Al-Bayyinah

Merujuk Syekh Wahbah, ada beberapa pesan dan hukum yang terkandung dalam surat Al-Bayyinah ini. Berikut adalah beberapa di antaranya:

  1. Agama Islam dan yang membawanya memiliki keutamaan atas seluruh umat dan makhluk. Seandainya tidak ada dia, iman yang benar tidak akan diketahui, pun agama yang benar tidak akan diketahui.
     
  2. Di antara keutamaan dan keistimewaan ini adalah bahwasanya Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani) serta kaum musyrikin penyembah berhala dan patung tidak akan berhenti dari kekufuran mereka melainkan dengan datangnya hujah yang jelas, yaitu Muhammad saw dengan Al Qur'an.

    Al-Qur'an adalah hujah Allah kepada hamba-hamba-Nya dan mukjizat Rasulullah saw sepanjang masa. Beliaulah yang membacakan Al Qur'an kepada manusia dalam bentuk shuhuf (Al-Qur'an) yang bersih dari kedustaan, keraguan, kemunafikan, dan kesesatan, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas. Di dalam shuhuf tersebut ada tulisan yang lurus dan pasti dengan disertai dalil-dalil.
     
  3. Allah swt mengkhususkan Ahlul Kitab dengan perpecahan di kalangan mereka, tidak dengan yang lain, meskipun mereka sama seperti orang-orang kafir lainnya dalam kekufuran, karena mereka di pandang mempunyai ilmu. Jika mereka berpecah belah, kaum yang tidak memiliki kitab termasuk dalam sifat ini.
     
  4. Orang-orang kafir ini tidak diperintahkan di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an, selain untuk mengesakan Allah dan beribadah kepada-Nya dengan ikhlas.
     
  5. Firman Allah: مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ merupakan dalil atas kewajiban berniat dalam beribadah. Keikhlasan itu merupakan perbuatan hati, yaitu perbuatan yang hanya ditujukan semata-mata karena Allah, bukan yang lain.


Melalui surat Al-Bayyinah, kita diajarkan untuk selalu menjaga keikhlasan dalam beribadah dan memahami dengan penuh kesadaran bahwa setiap kewajiban datang bersama penjelasan yang jelas.
 

Surat ini menegaskan bahwa tak ada siksaan tanpa peringatan, dan tak ada kewajiban tanpa keterangan yang tepat. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari setiap ayat yang ada, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan iman yang tulus. Wallahu a’lam.

 

Ustadz M Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.