Tafsir

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 6: Tak Beriman Itu Mengingkari Akal Sehat

Sen, 2 Januari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 6: Tak Beriman Itu Mengingkari Akal Sehat

Tafsir surat Al-Bayyinah ayat 6: mengingkari akal sehat

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Surat Al-Bayyinah ayat 6:
 

 

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ


 

Innallażīna kafarụ min ahlil-kitābi wal-musyrikīna fī nāri jahannama khālidīna fīhā, ulāika hum syarrul-bariyyah.


 

Artinya, "Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahanam. mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itulah seburuk-buruk makhluk."


 

 

Ragam Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 6

Setelah menjelaskan sikap orang-orang kafir dan kaum musyrikin terhadap dakwah
Nabi saw, Allah menyebutkan ancaman kepada orang-orang kafir. Dalam ayat ini, Allah meginformasikan tempat kembalinya orang-orang kafir yang menyeleweng dari kebenaran.
 

 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015) menafsirkan ayat ini sebagai berikut:
 

 

Sesungguhnya orang-orang yang menyelisihi kitab-kitab Allah yang telah diturunkan, para utusan Allah yang telah diutus dari golongan Yahudi dan Nasrani serta para penganut paganisme atau peyebah ​​​​​​berhala, tempat mereka pada hari Kiamat adalah neraka Jahanam yang apinya berkobar-kobar. Mereka akan menghuni neraka itu selamanya; tidak keluar darinya dan tidak mati di dalamnya. Mereka dalam keadaan seburuk-buruk makhluk yang Allah ciptakan, karena meninggalkan kebenaran, penb​​​​​​uh kedengkian, dan membangkang. Karena itu, mereka akan menjadi makhluk yang paling buruk tempat kembalinya. Adapun sebab di sini tidak menggunakan diksi خالدين فيها أبدا (mereka abadi di neraka), dengan kata “abada” (abadi), sebagaimana yang dikatakan untuk orang-orang yang baik, karena rahmat Allah lebih luas daripada murka-Nya.

 

Terkait kalimat هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ (mereka seburuk-buruk makhluk) menurut beliau berfungsi untuk menafikan dan menetapkan. Maksudnya mereka lebih rendah dari makhluk-makhluk-Nya yang lain. (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 351).
 

 

Imam Al-Baidhawi (wafat 685 H) menjelaskannya sebagai berikut:
 

 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نارِ جَهَنَّمَ خالِدِينَ فِيها أي يوم القيامة، أو في الحال لملابستهم ما يوجب ذلك، واشتراك الفريقين في جنس العذاب لا يوجب اشتراكهما في نوعه فلعله يختلف لتفاوت كفرهما


 

Artinya, "Sungguh orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik akan masuk neraka Jahanam. mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Yakni di hari kiamat, atau di waktu itu juga karena mereka menetapi perkara yang mengharuskannya menerima azab. Kesamaan mereka dalam jenis azab tidak mengharuskan kesamaannya dalam macam azabnya. Bisa jadi ada perbedaan azab, karena adanya perbedaan kekufuran. (Nasiruddin As-Syairazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz V, halaman 327).

 


Telah kita ketahui bahwa kaum musyrikin atau penganut paganisme mengingkari Allah sebagai pencipta, mengingkari kenabian dan hari Kiamat, sedangkan ahli kitab mengakui semua itu kecuali kenabian Muhammad saw.
 

 

Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) menjelaskan maksud dari seburuk-buruk makhluk dalam ayat sebagai berikut:
 

 

وَقَوْلُهُ شَرُّ الْبَرِيَّةِ أَيْ شَرُّ الْخَلِيقَةِ. فَقِيلَ يَحْتَمِلُ أَنْ يَكُونَ عَلَى التَّعْمِيمِ. وَقَالَ قَوْمٌ: أَيْ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ الَّذِينَ كَانُوا فِي عَصْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


 

Artinya, "Yakni, makhluk paling buruk. Sebuah pendapat mengatakan keumumannya, lebih buruk dari seluruh makhluk tanpa terkecuali. Pendapat lain mengatakan mereka seburuk-buruk makhluk yang hidup di zaman Nabi Muhammad saw. (Syamsudin Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 145).


 

Kemudian, terkait alasan penyebutan mereka dengan seburuk-buruk makhluk, Syekh Nawawi Banten (wafat 1316 H) menerangkan:
 

 

أي الخليقة فهم شر من السراق لأنهم سرقوا من كتاب الله صفة محمد صلّى الله عليه وسلّم وشر من قطاع الطريق لأنهم قطعوا طريق الحق على الخلق وشر من الجهال الأجلاف لأن الكبر مع العلم يكون كفر عناد فيكون أقبح


 

Artinya, "Yakni, mereka lebih buruk daripada pencuri, karena mereka mencuri sifat Nabi Muhammad dari kitab Allah; lebih buruk daripada pembegal jalan karena mereka membegal jalan kebenaran makhluk; dan lebih buruk daripada orang bodoh yang keras kepala, karena ​​​​​menyombongkan pengetahuan adalah kekufuran yang menantang, makanya hal itu lebih buruk."
(Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, al-Hidayah], juz II, halaman 456).
 

 

Syekh Mustafa Al-Maraghi (wafat 1371 H) menjelaskan:  
 

 

(أُولئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ) أي هم شر الخليقة على الإطلاق، إذ منكر الحق بعد معرفته، وقيام الدليل عليه منكر لعقله، جالب لنفسه الدمار والوبال


 

Artinya, "Mereka adalah seburuk-buruk makhluk secara mutlak, karena tetap mengingkari perkara hak setelah mengetahui dan setelah didatangkan bukti (dalil) atas kebenarannya. Hal itu sama saja mengingkari akal sehatnya yang akan menariknya pada kehancuran dan malapetaka.(Ahmad bin Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365 H/1946 M], juz XXX, halaman 216). Wallahu a'lam.


 


Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo