Tafsir

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 7 dan 8: Kriteria Penghuni Surga 'Adn

Kam, 5 Januari 2023 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 7 dan 8: Kriteria Penghuni Surga 'Adn

Tafsir surat Al-Bayyinah ayat 7 dan 8

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Al-Bayyinah ayat 7 dan 8:
 

 

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ(٧) جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ (٨)


 

(7) Innallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti ulāika hum khairul-bariyyah. (8) Jazā`uhum 'inda rabbihim jannātu 'adnin tajrī min taḥtihal-an-hāru khālidīna fīhā abadā, raḍiyallāhu 'an-hum wa raḍụ 'an-h, żālika liman khasyiya rabbah.


 

Artinya, (7) "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik makhluk. (8) Balasan mereka di sisi Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya."


 


Ragam Tafsir Surat Al-Bayyinah ayat 7 dan 8

Setelah Allah menyebutkan pembalasan orang-orang kafir yang menantang-Nya dalam ayat sebelumnya, dalam ayat 7 ini Allah mengatakan lebih lanjut balasan orang-orang mukmin yang khusu' dan tawadhu'. Kemudian dalam ayat 8 Allah menjelaskan apa yang akan mereka terima yaitu surga 'Adn.

 

Syekh Mustafa Al-Maraghi (wafat 1371 H) menerangkan, orang-orang yang hatinya disinari cayaha petunjuk, kemudian mereka mendapatkan petunjuk dan membenarkan apa yang dibawa Nabi Muhammad saw, beramal saleh, mengorbankan jiwa dalam berjihad fi sabilillah, mengorbankan harta terbaiknya untuk beramal, serta bertingkah laku baik dalam pergaulan dengan sesama makhluk Allah, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk karena mengikuti petunjuk. Artinya mereka telah melaksanakan hak akal, dan dengan akalnya itu Allah memulaikan mereka. Dengan amal saleh yang diperbuat, mereka telah menjaga keistimewaannya, dimana dengan hal itu itu Allah jadikan dasar kemanusiaan (insani).
 

 

Masih menurut Al-Maraghi, dalam ayat 8  ini Allah menjelaskan pahala yang akan mereka terima dari Allah adalah surga 'Adn. Kemudian beliau menjelaskan ayat 8 bahwa mereka akan​​​​​​ dibalas oleh Tuhan dengan surga, dan mereka akan kekal di dalamnya. Di sana terdapat bermacam-macam kenikmatan yang lebih lengkap dan sempurna dibanding kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia. (Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, [Mesir: Matba'ah Musthafa al-Babil Halabi: 1365H/1946M], juz XXX, halaman 216).

 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili (wafat 2015 M) menjelaskan, kata jaza' dalam ayat mempuyai dua arti. Berikut ini ​​​​​​selengkapnya:
 

 

وكلمة الجزاء تفيد معنيين: أحدهما أن يعطيه الجزاء الوافر من غير نقص، والثاني أنه تعالى يعطيه ما يقع به الكفاية لأن الجزاء اسم لما يقع به الكفاية، فلا يبقى في نفسه شيء إلا ويحققه له، كما قال: وَلَكُمْ فِيها ما تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ (فصلت: 31)


 

Artinya, "Kata jaza' (balasan) memiliki dua arti. Pertama, memberinya balasan yang banyak tanpa kekurangan. Kedua, bahwa Allah swt memberi sesuai kebutuhannya, karena jaza' adalah nama untuk sesuatu yang cukup. Tidak ada sesuatu yang terbesit dalam hati melainkan Allah akan mewujudkannya, sebagaimana firman Allah swt: “Di dalam surga kalian memperoleh
apa yang kalian inginkan.” (Fushshilat: 31).”
 

 

Kemudian Syekh Wahbah menerangkan alasan keridaan Allah kepada orang-orang mukmin dan keridaan mereka kepada-Nya:
 

 

رضي اللَّه عنهم لأنهم أطاعوا أمره، وقبلوا شرائعه، ورضوا عنه، بما منحهم من الثواب والفضل العميم، وتحقيق المطالب مما لا عين رأت، ولا أذن سمعت، ولا خطر على قلب بشر. وهذا الجزاء والرضوان حاصل لمن خاف اللَّه واتقاه حق تقواه، وعبده كأنه يراه، وانتهى عن معاصيه بسبب ذلك الخوف


 

Artinya, "Allah swt telah meridhai mereka karena mereka menaati perintah, menerima syari'at dan ridha kepada Allah dengan apa yang telah diberikan kepada mereka berupa pahala, karunia yang sempurna, serta pengabulan berbagai permintaan. Yaitu kenikmatan yang tidak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan terbesit dalam hati manusia. Balasan dan keridhaan ini bagi orang yang benar-benar takut, bertakwa dan beribadah kepada-Nya, seakan-akan ia melihat Allah, serta berhenti dari kemaksiatan sebab ketakutannya. (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsir Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 352). Wallahu a'lam.
 

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo