Tafsir

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 4: Kesedihan Rasulullah atas Ahli Kitab yang Terpecah-Belah

Kam, 29 Desember 2022 | 05:00 WIB

Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 4: Kesedihan Rasulullah atas Ahli Kitab yang Terpecah-Belah

Kesedihan rasulullah atas ahli kitab yang terpecah-Belah

Berikut ini adalah teks, terjemahan dan kutipan sejumlah tafsir ulama atas surat Surat Al-Bayyinah ayat 4:
 

 

وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ ۗ (٤)


 

(4) Wa mā tafarraqallażīna ụtul-kitāba illā mim ba'di mā jāat-humul-bayyinah.


 

Artinya, "(4) Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab (kepada mereka) melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata".


 

 

Ragam Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat 4

Setelah ayat yang lalu, tepatnya ayat 1, menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan meninggalkan kepercayaan mereka sampai datangnya nabi yang dijanjikan oleh kitab suci mereka, ayat 3 ini menjelaskan kondisi nyata mereka yang terpecah belah setelah datangnya bukti yang nyata.
 

 

ثُمَّ ذَكَرَ مَنْ لَمْ يُؤْمِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَقَالَ: وَما تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتابَ، فِي أَمْرَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ، أَيِ الْبَيَانُ فِي كُتُبِهِمْ أَنَّهُ نَبِيٌّ مُرْسَلٌ. قَالَ الْمُفَسِّرُونَ: لَمْ يَزَلْ أَهْلُ الْكِتَابِ مُجْتَمِعِينَ فِي تَصْدِيقِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَعَثَهُ اللَّهُ، فَلَمَّا بُعِثَ تَفَرَّقُوا فِي أَمْرِهِ وَاخْتَلَفُوا، فَآمَنَ بِهِ بَعْضُهُمْ وَكَفَرَ آخَرُونَ


 

Artinya, “Imam Al-Baghawi menerangkan dalam ayat ini, Allah menyebutkan perihal ahli kitab yang tidak beriman: "Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab dalam perkara Nabi Muhammad saw kecuali setelah datang kepada mereka penjelasan dalam kitab mereka bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi yang diutus itu." Para mufasir berkata: "Ahli kitab selalu sepakat untuk membenarkan Nabi Muhammad saw sampai Allah mengutusnya. Namun setelah Allah mengutusnya, mereka justru terpecah-belah tentang kenabian Muhammad saw dan mereka saling berselisih. Sebagian beriman kepada Nabi Muhammad saw, danb​​​​​​ sebagian yang lain mengingkarinya." (Muhammad bin Al-Farra' Al-Baghawi, Tafsir Al-Baghawi, [Beirut, Dar Ihya' At-Turats: 1420 H], juz V, halaman 290).


 

Terkait alasan penyebutan ahli kitab secara sendiri, padahal pada ayat sebelumnya juga disebutkan kaum musyrikin, Al-Baidhawi menjelaskan:
 

وإفراد أهل الكتاب بعد الجمع بينهم وبين المشركين للدلالة على شناعة حالهم، وأنهم لما تفرقوا مع علمهم كان غيرهم بذلك أولى


 

Artinya, "Adapun maksud ayat hanya menyebutan ahli kitab setelah sebelumnya menyebutkannya bersama dengan kaum musyrikin, itu untuk menunjukkan buruknya keadaan mereka. Sesungguhnya para ahli kitab itu terpecah-belah setelah mereka mengetahui (kebenaran), maka selain mereka itu, kaum musyrikin, lebih baik keadaann​​​​ya." (Nasiruddin As-Syairazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz V, halaman 328).

 

Sederhananya, kaum ahli kitab lebih buruk daripada kaum musyrikin, karena terpecah-belah dan pengingkaran mereka terhadap kenabian Muhammad saw justru terjadi ​​​​setelah mengetahui kebenarannya. Itulah alasan ahli kitab disebutkan secara sendiri dalam ayat ini.
 

 

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan:

جَاءَ فِي الْحَدِيثِ الْمَرْوِيِّ مِنْ طُرِقٍ: أَنَّ الْيَهُودَ اخْتَلَفُوا عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَإِنَّ النَّصَارَى اختلفوا على ثنتين وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً. قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: مَا أنا عليه وأصحابي


 

Artinya, "Dalam hadits yang diriwayatkan melalui banyak jalur riwayat disebutkan: "Sungguh Yahudi terpecah belah menjadi 71 golongan, Nasrani menjadi 72 golongan dan umat ini (umat islam) akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka kecuali satu golongan." Para sahabat bertanya: "Siapa meraka ya Rasulallah?" Rasulullah saw menjawab: "Mereka yaitu, orang-orang yang berpegang-teguh dengan apa-apa yang aku lakukan dan sahabat-sahabatku." (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Beirut, Dar Kitab 'Ilmiyah: 1419 H], juz VIII, halaman 438).  


 

Syekh Wahbah Az-Zuhaili menafsirkan ayat ini dengan berkata: "Muhammad, janganlah Engkau merasa sedih tentang keadaan ahli kitab. Sesungguhnya terpecah-belah dan perbedaan mereka itu bukan karena kesamarannya perkara bagi mereka, melainkan setelah tampak begitu jelasnya perkara yang hak, datangnya dalil yang menunjukkan pada agama yang benar, bukti yang nyata dan jelas. Yakni Nabi Muhammad saw yang datang membawa Al-Qur'an itu sesuai dengan apa yang ada dalam kitab mereka sendiri tentang sifat Nabi Muhammad. Kemudian setelah Allah mengutus Nabi Muhammad mereka terpecah-belah dalam agama. Sebagian mengimani dan sebagian yang lain mengingkari. Dulu mereka bersepakat dalam satu thariqah untuk mengikuti agama Allah dan Rasul-Nya. (Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 344).


 

Terkait tujuan dari ayat keempat ini Imam Fakhruddin Ar-Razi menjelaskan:
 

 

الْمَقْصُودُ مِنْ هَذِهِ الْآيَةِ تَسْلِيَةُ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيْ لَا يَغُمَّنَّكَ تَفَرُّقُهُمْ فَلَيْسَ ذَلِكَ لِقُصُورٍ فِي الْحُجَّةِ بَلْ لِعِنَادِهِمْ، فَسَلَفُهُمْ هَكَذَا كَانُوا لَمْ يَتَفَرَّقُوا فِي السَّبْتِ وَعِبَادَةِ الْعِجْلِ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ فهي عادة قديمة لهم

 

Artinya, "Tujuan dari ayat ini adalah untuk menghibur Rasulullah saw, yakni: "Janganlah membuatmu sedih Muhammad tentang terpecah-belahnya ahli kitab. Hal tersebut bukan karena kurangnya hujjah melainkan karena penentangan mereka. Pendahulu-pendahulu mereka pun sama seperti itu. Mereka tidak terpecah belah-dalam hal hari Sabtu sebagai hari khusus ibadah bani Israil dan menyembah anak ​​​​sapi, melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata." Hal ini, memang kebiasan lama mereka." (Fakhruddin Ar-Razi, Tafsir Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Ihya’: 1420 H], juz XXXII, halaman 142).

 

Ustadz Muhammad Hanif Rahman, Dosen Ma'had Aly Al-Iman Bulus dan Pengurus LBM NU Purworejo.