Tafsir Al-Baqarah Ayat 138: Apa itu 'Shibghah' Allah?
NU Online · Jumat, 27 September 2024 | 20:00 WIB
M Ryan Romadhon
Kolomnis
Dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 138, Allah swt memerintahkan orang-orang beriman agar mengatakan bahwa Allah swt telah mencelup mereka dengan shibghah Allah. Lalu, apakah sebenarnya yang dimaksud dari shibghah itu?
Berikut adalah teks, transliterasi, terjemah dan kutipan beberapa tafsir ulama terhadap surat Al-Baqarah ayat 138:
صِبْغَةَ اللّٰهِۚ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ صِبْغَةًۖ وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ ١٣٨
Shibghatallâh, wa man aḫsanu minallâhi shibghatan wa naḫnu lahû ‘âbidûn
Artinya: “(Peliharalah) sibgah Allah. Siapa yang lebih baik sibgahnya daripada Allah? Hanya kepada-Nya kami menyembah.”
Sababun Nuzul
Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsirul Munir-nya memaparkan riwayat dari Ibnu Abbas mengenai sebab diturunkannya ayat 138 ini. Berikut adalah paparan riwayatnya:
قال ابن عباس: إن النصارى كان إذا ولد لأحدهم ولد، فأتى عليه سبعة أيام، صبغوه في ماء لهم، يقال له: المعمودي، ليطهروه بذلك، ويقولون: هذا طهور، مكان الختان، فإذا فعلوا ذلك، صار نصرانيا حقا، فأنزل الله هذه الآية.
Artinya: "Ibnu Abbas berkata, “Apabila seseorang di antara kaum Nasrani melahirkan anak, tujuh hari kemudian mereka mencelup anak itu dalam air yang disebut al-ma'muudiy (air baptis) dengan maksud menyucikan anak itu. Mereka berkata, ‘Air ini dapat menyucikan, sebagai ganti khitan.’ Kalau mereka sudah melakukan ini, anak itu telah benar-benar menjadi seorang Nasrani. Kemudian Allah swt. menurunkan ayat ini." (Damaskus: Darul Fikr, 1991 M, jilid. II, hal. 328-329)
Tafsir Al-Qurthubi
Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya, mengutip pendapat Imam Al-Akhfasy dan lainnya, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan frasa, صِبْغَةَ اللّٰهِۚ adalah agama Allah swt. Frasa ini adalah badal dari frasa, ملة (agama).
Adapun Imam Al-Kisa’i berpendapat bahwa frasa, صِبْغَةَ اللّٰهِۚ di-tarkib nashab karena diperkirakan adanya lafal, اتَّبِعُوا (ikutilah) pada lafal sebelumnya, atau dijadikan menjadi tarkib ighra’, sehingga diperkirakan adanya lafal, الْزَمُوا (tetapilah). Namun, seandainya frasa, صِبْغَةَ tersebut di rafa' kan, maka hal ini pun diperbolehkan, sehingga diperkirakan adanya lafal, هِيَ صِبْغَةُ اللَّهِ (itu adalah shibghah Allah).
Lebih lanjut, Imam Qurthubi juga mengutip sebuah riwayat dari Ibnu Abbas mengenai sebab turunnya ayat ini. Berikut adalah kutipannya:
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: هُوَ أَنَّ النَّصَارَى كَانُوا إِذَا وُلِدَ لَهُمْ وَلَدٌ فَأَتَى عَلَيْهِ سَبْعَةُ أَيَّامٍ غَمَسُوهُ فِي مَاءٍ لَهُمْ يُقَالُ لَهُ مَاءُ الْمَعْمُودِيَّةِ، فَصَبَغُوهُ بِذَلِكَ ليطهروه بِهِ مَكَانَ الْخِتَانِ، لِأَنَّ الْخِتَانَ تَطْهِيرٌ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ قَالُوا: الْآنَ صَارَ نَصْرَانِيًّا حَقًّا، فَرَدَّ اللَّهُ تَعَالَى ذَلِكَ عَلَيْهِمْ بِأَنْ قَالَ:«صِبْغَةَ اللَّهِ» أَيْ صِبْغَةُ اللَّهِ أَحْسَنُ صِبْغَةٍ وَهِيَ الْإِسْلَامُ، فَسُمِّيَ الدِّينُ صِبْغَةً اسْتِعَارَةً وَمَجَازًا مِنْ حَيْثُ تَظْهَرُ أَعْمَالُهُ وَسِمَتُهُ عَلَى الْمُتَدَيِّنِ، كَمَا يَظْهَرُ أَثَرُ الصَّبْغِ فِي الثَّوْبِ.
Artinya: "Ibnu Abbas ra. berkata, “Ketika orang-orang Nasrani mendapatkan seorang anak, maka ketika tiba hari ketujuh setelah anak itu lahir, mereka mencelupkannya ke dalam air yang disebut oleh mereka dengan ‘air baptis’. Mereka mencelupkannya ke dalam air itu untuk menyucikan anak mereka pada bagian yang harus dikhitan. Sebab khitan adalah penyucian. Jika mereka telah melakukan hal itu, maka mereka pun berkata, ‘Sekarang dia telah benar-benar menjadi seorang Nasrani’. Allah swt kemudian membantah hal itu kepada mereka dengan berfirman, صِبْغَةَ اللَّهِ, yakni celupan Allah adalah celupan yang terbaik. Celupan Allah adalah Islam. Oleh karena itulah, agama disebut sebagai shibghah melalui jalur isti’arah dan majaz, di mana ia akan memperlihatkan fungsi dan perannya pada diri orang yang beragama, sebagaimana celupan akan menampakkan bekasnya pada pakaian.”
Terakhir, menurut Imam Qurthubi, dalam frasa, وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ terdiri dari tarkib mubtada’ dan khabar. (Tafsir Al-Qurthubi, [Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyyah, 1964], jilid II, hal. 144-145)
Tafsirul Munir
Syekh Wahbah Zuhaili dalam kitab Tafsirul Munir-nya mengatakan bahwa agama Islam menolak segala bentuk seremoni ritual yang kosong (seperti baptis di kalangan kaum Nasrani, dan sebagainya). Islam menyatakan secara terbuka bahwa yang menjadi patokan adalah apa yang telah ditanamkan Allah ketika menciptakan jiwa manusia, yaitu pengakuan akan keesaan Allah, keikhlasan amal kepada Allah, serta cinta kebaikan, dan sikap moderat dalam segala hal.
Hal tersebut, menurut Syekh Wahbah, sebagaimana yang dinyatakan juga oleh Allah swt dalam firman-Nya surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi,
فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٠
Fithratallâhillatî fatharan-nâsa ‘alaihâ, lâ tabdîla likhalqillâh, dzâlikad-dînul qayyimu wa lâkinna aktsaran-nâsi lâ ya‘lamûn
Artinya: “(Sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)
Lebih detail, Syekh Wahbah juga mengatakan bahwa dalam surat al-Baqarah ayat 138 ini, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman agar berkata sebagaimana berikut:
صبغنا الله وفطرنا على الاستعداد للحقّ والإيمان بما جاء به الأنبياء، وهل هناك صبغة أحسن من صبغة الله الحكيم الخبير؟! ومن صبغة الإسلام، فالله هو الذي يصبغ عباده بالإيمان، ويطهرهم به من أدران الشرك، فلا نتبع صبغة أحد من الزعماء والأحبار، فهي صبغة بشرية مزيفة تفرق الدين الواحد، وتمزق الأمة أحزابا متنافرة. ونحن لله الذي أنعم علينا بالنعم الجليلة التي منها نعمة الإسلام والهداية عابدون لا نعبد سواه، ومخلصون وقانتون، فلا نتخذ الأحبار والرهبان أربابا يزيدون في الدين وينقصون، ويحللون ويحرّمون، ويمسحون من النّفوس صبغة التوحيد، ويضعون فيها صبغة الشرك بالله.
Artinya: “Allah telah mencelup kami dan menciptakan kami dalam keadaan memiliki kesiapan untuk menerima kebenaran dan beriman kepada apa yang dibawa para nabi. Apakah ada shibghah (agama) yang lebih baik daripada agama Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui dan lebih baik daripada agama Islam? Allah lah yang telah mewarnai hamba-hamba-Nya dengan iman dan menyucikan mereka dengannya dari kotoran-kotoran syirik. Karena itu, kami tidak sudi mengikuti shibghah siapa pun di antara para pemimpin dan pendeta sebab itu adalah shibghah manusiawi yang palsu dan berbeda dari agama yang satu serta memecah belah umat menjadi kelompok-kelompok yang saling bermusuhan. Dan hanya kepada Allah (Yang telah menganugerahkan berbagai nikmat yang besar kepada kami, di antaranya nikmat Islam dan hidayah) kami menyembah, kami tidak beribadah kepada selain-Nya. Kami ikhlas dan taat kepada-Nya. Kami tidak menjadikan para pendeta sebagai tuhan-tuhan yang menambah dan mengurangi dalam agama, menghalalkan dan mengharamkan, serta menghapus shibghah tauhid dari dalam jiwa dan meletakkan shibghah syirik di dalamnya.” (Damaskus: Darul Fikr, 1991 M, jilid II, hal. 329-332)
Tafsir At-Tahrir wat Tanwir
Syekh Ibnu ‘Asyur dalam Tafsir At-Tahrir wat Tanwir mengatakan, ayat ini masih ada kaitannya dengan perintah dalam ayat 136 surat al-Baqarah, yakni pada frasa, قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ (Katakanlah wahai orang-orang yang beriman, ‘Kami beriman kepada Allah’).
آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلُ إِيمَانًا صِبْغَةَ اللَّهِ
Artinya: “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada semua nabi, dengan keimanan sibghah-nya Allah.” (Tunisia: Ad-Daru at-Tunisia, 1984, jilid I, hal. 742).
Walhasil, dari paparan ini, dapat kita mengerti bahwa urgensi Surat Al-Baqarah ayat 138 mengandung perihal shibghah (celupan) atau agama Allah (agama Islam) adalah celupan terbaik. Selain itu, ayat ini juga menyatakan secara terbuka bahwa yang menjadi patokan adalah apa yang telah ditanamkan Allah ketika menciptakan jiwa manusia, yaitu pengakuan akan keesaan Allah, keikhlasan amal kepada Allah, serta cinta kebaikan dan sikap moderat dalam segala hal.
M. Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo, Jawa Tengah.
Terpopuler
1
Kader PMII Dipiting saat Kunjungan Gibran di Blitar, Beda Sikap ketika Masih Jadi Wali Kota
2
Pihak MAN 1 Tegal Bantah Keluarkan Siswi Berprestasi Gara-gara Baju Renang
3
Kronologi Siswi MAN 1 Tegal Dikeluarkan Pihak Sekolah
4
Negara G7 Dukung Israel, Dubes Iran Tegaskan Hindari Perluasan Wilayah Konflik
5
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
6
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
Terkini
Lihat Semua