Tafsir

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 155: Menghadapi Musibah dengan Keimanan dan Ketabahan

Sabtu, 8 Maret 2025 | 17:00 WIB

Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 155: Menghadapi Musibah dengan Keimanan dan Ketabahan

Ilustrasi bajir. Sumber: Canva/NU Online.

Dalam Al-Qur'an, Allah SWT telah menegaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 155 bahwa setiap manusia akan diuji dengan berbagai kesulitan, termasuk ketakutan, kelaparan, kehilangan harta, jiwa, dan hasil pertanian. Namun, di balik ujian tersebut, Allah SWT menjanjikan kabar gembira bagi mereka yang bersabar. Simak firman Allah berikut:


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٥٥


wa lanabluwannakum bisyai'im minal-khaufi wal-jû‘i wa naqshim minal-amwâli wal-anfusi wats-tsamarât, wa basysyirish-shâbirîn


Artinya; "Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar."


Jenis Ujian dari Allah
 
Sejatinya, ayat ini mengandung janji Allah bahwa setiap manusia akan mengalami ujian dalam hidupnya. Kata "lanabluwannakum" berasal dari kata bala' yang berarti "ujian" atau "cobaan". Bentuk penekanan dalam kata ini menunjukkan kepastian bahwa setiap manusia pasti akan diuji.


Allah menyebutkan beberapa bentuk ujian dalam ayat ini. Pertama, ketakutan (الخوف): Rasa takut bisa berasal dari berbagai sumber, seperti ancaman musuh, kehilangan keamanan, atau ketidakpastian hidup.

 

Kedua, kelaparan (الجوع): Kekurangan makanan dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar. Ketiga, kekurangan harta (نقص من الأموال): Kerugian ekonomi, kebangkrutan, kehilangan pekerjaan, dan berbagai bentuk ujian finansial lainnya.


Keempat, kehilangan jiwa (الأنفس): Kematian orang-orang terdekat, peperangan, atau musibah yang mengakibatkan kehilangan nyawa. Kelima, kekurangan hasil pertanian (الثمرات): Gagal panen, bencana alam, dan krisis pangan.


Namun, Allah mengakhiri ayat ini dengan kalimat "Wa basysyirish-shâbirîn" ("Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar"). Ini menunjukkan bahwa di balik setiap cobaan, ada pahala besar bagi mereka yang mampu bersabar.


Tafsir Ulama Surat Al-Baqarah 155

Dalam Tafsir Al-Misbah, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ujian atau cobaan yang diberikan Allah pada hakikatnya hanyalah sedikit. Betapapun beratnya sebuah cobaan, jika dibandingkan dengan ganjaran yang akan diperoleh, maka cobaan itu menjadi kecil. Selain itu, setiap musibah yang dialami manusia selalu memiliki kemungkinan untuk menjadi lebih besar, sehingga apa yang terjadi seharusnya tetap disyukuri. 


Sering kali, dalam menghadapi musibah, orang-orang mengucapkan, “Untung hanya begini…” Ini menunjukkan bahwa sebesar apa pun cobaan, masih ada kemungkinan yang lebih buruk. Namun, cobaan terbesar bukanlah ujian itu sendiri, melainkan kegagalan dalam menghadapinya, terutama dalam aspek keimanan dan ketakwaan kepada Allah.  


Allah memberikan ujian dengan kadar yang sedikit jika dibandingkan dengan potensi yang telah dianugerahkan kepada manusia. Dengan kemampuan yang diberikan, manusia sejatinya mampu menghadapi setiap ujian jika ia menggunakan potensi tersebut dengan baik.

 

Dalam dunia pendidikan, ujian yang diberikan pun selalu disesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin berat pula soal yang dihadapi. 


Begitu pula dalam kehidupan, ujian semakin berat seiring bertambahnya kedewasaan iman seseorang. Oleh karena itu, manusia harus mempersiapkan diri dengan baik, mengikuti petunjuk yang telah diajarkan, serta mengamalkan shalat dan kesabaran sebagaimana diajarkan dalam ayat sebelumnya. Rasulullah sendiri mencontohkan bahwa ketika menghadapi kesulitan, Nabi segera mendirikan shalat untuk mencari kekuatan dari Allah.  


Bentuk ujian yang diberikan Allah sangat beragam, seperti rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Namun, Allah telah menginformasikan bentuk ujian ini sebelumnya sebagai suatu nikmat agar manusia dapat mempersiapkan diri menghadapinya. Ujian dalam kehidupan sejatinya merupakan sarana untuk meningkatkan derajat manusia. Ketakutan dalam menghadapi ujian justru menjadi awal dari kegagalan. 


Sebagaimana seorang siswa yang mengetahui mata pelajaran yang akan diujikan namun tidak tahu kapan dan dalam bentuk apa soal akan muncul, demikian pula ujian kehidupan datang tanpa kepastian waktu. Oleh karena itu, kesiapan mental dan spiritual menjadi kunci utama dalam menghadapinya.  


Rasa lapar, misalnya, bukanlah sesuatu yang buruk. Justru, dengan lapar seseorang dapat lebih menikmati makanan, dan dengan kelelahan seseorang dapat merasakan nikmatnya istirahat. Allah memberikan ujian agar manusia terbiasa menghadapi kehidupan dengan penuh kesadaran dan kesabaran. 


Hidup adalah perjuangan antara kebenaran dan kebatilan, antara kebaikan dan keburukan. Dalam perjuangan ini, pasti ada pengorbanan, baik berupa harta, jiwa, atau cita-cita. Namun, pengorbanan itu tidaklah sia-sia, justru menjadi bahan bakar yang mempercepat pencapaian tujuan hidup. Oleh karena itu, manusia tidak seharusnya mengeluh dalam menghadapi ujian, melainkan bersabar dan menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang mampu bertahan dalam kesabaran.


Adapun, Jamaluddin Al-Qasimi, dalam Tafsir Mahasinut Ta'wil, mengatakan surat Al-Baqarah ayat 155 menegaskan bahwa Allah akan menguji orang-orang beriman dengan berbagai cobaan. Ujian ini terutama ditujukan kepada para sahabat Nabi Muhammad , karena mereka langsung terlibat dalam dakwah dan perjuangan melawan orang-orang fasik. 


Namun, makna ayat ini juga mencakup siapa saja yang berusaha menegakkan kebenaran. Setiap individu yang berpegang teguh pada agama pasti akan menghadapi cobaan, baik dalam bentuk kecil maupun besar.


Dalam ayat ini, kata بِشَيْءٍ (sesuatu) menggunakan bentuk tanwin, yang menunjukkan bahwa ujian yang diberikan sebenarnya hanya sebagian kecil dari musibah yang lebih besar. Ini menjadi pengingat bahwa betapapun beratnya ujian yang menimpa, ada yang lebih berat lagi.

 

Allah menyampaikan peringatan ini sebelumnya agar kaum Muslimin bisa bersiap diri, sehingga saat ujian datang, mereka tetap teguh dalam keimanan dan menyadari bahwa ujian tersebut memiliki hikmah yang baik.


والتنوين للتقليل. أي: بقليل من كل واحد من هذه البلايا وطرف منه، وإنما قلّل ليؤذن أن كل بلاء أصاب الإنسان، وإن جل، ففوقه ما يقل إليه. وليخفف عليهم ويريهم أن رحمته معهم في كل حال لا تزايلهم. وإنما أخبر به قبل الوقوع، ليوطّنوا عليه نفوسهم، ويزداد يقينهم، عند مشاهدتهم له حسبما أخبر به. وليعلموا أنه شيء يسير، له عاقبة حميدة مِنَ الْخَوْفِ


Artinya, "Tanwin dalam kata بِشَيْءٍ (sesuatu) menunjukkan sedikitnya ujian yang diberikan. Artinya, hanya sebagian kecil dari setiap musibah ini dan sepotong darinya. Ia dijadikan sedikit agar menunjukkan bahwa setiap musibah yang menimpa manusia, meskipun besar, masih ada yang lebih besar darinya sehingga musibah itu tampak kecil dibandingkan dengannya. Juga agar meringankan mereka dan memperlihatkan bahwa rahmat Allah selalu menyertai mereka dalam setiap keadaan dan tidak pernah meninggalkan mereka. Dan (Allah) memberitahukan hal ini sebelum terjadi agar mereka dapat mempersiapkan diri menghadapinya serta semakin yakin ketika melihatnya terjadi sebagaimana yang telah diberitakan. Juga agar mereka mengetahui bahwa musibah itu ringan dan memiliki akibat yang baik, yaitu ketakutan." (Jamaluddin Al-Qasimi, Mahasinut Ta'wil, [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1418 H], Jilid I, hlm. 442).


Lebih jauh lagi, beberapa bentuk ujian yang disebutkan dalam ayat ini antara lain rasa takut terhadap musuh, kelaparan akibat kesulitan ekonomi, kekurangan harta karena meninggalkan pekerjaan demi jihad, kehilangan nyawa dalam peperangan, serta berkurangnya hasil pertanian akibat tidak dapat merawatnya.

 

Semua ini menggambarkan bagaimana pengorbanan dalam memperjuangkan agama bukanlah hal yang mudah. Para sahabat Nabi bahkan pernah mengalami kondisi ekstrem, seperti hanya bertahan hidup dengan sebutir kurma selama beberapa hari.


Semua ini adalah bentuk ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya:


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتّٰى نَعْلَمَ الْمُجٰهِدِيْنَ مِنْكُمْ وَالصّٰبِرِيْنَۙ وَنَبْلُوَا۟ اَخْبَارَكُمْ ۝٣١


Artinya, "Sungguh, Kami benar-benar akan mengujimu sehingga mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu serta menampakkan (kebenaran) berita-berita (tentang) kamu." (QS Muhammad: 31)


Meskipun begitu, Allah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Ketika mereka ditimpa musibah, mereka mengucapkan "Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali." Ungkapan ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi harus benar-benar dihayati.

 

Dengan menyadari bahwa semua yang kita miliki adalah titipan Allah, kita tidak akan terlalu larut dalam kesedihan atau ketakutan ketika kehilangan sesuatu. Rezeki, kehidupan, dan segala yang ada di dunia ini adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya kita kembali untuk mendapatkan ganjaran yang lebih baik.


Akhirnya, ayat ini mengajarkan bahwa cobaan adalah bagian dari kehidupan seorang mukmin. Seseorang tidak cukup hanya mengucapkan kesabaran dengan lisan, tetapi harus benar-benar menerima dan memahami hikmah di baliknya. Orang yang memahami tujuan hidupnya akan lebih mudah menghadapi cobaan dengan lapang dada dan penuh keteguhan. 


Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar kabar gembira diberikan kepada mereka yang sabar, karena mereka telah menempatkan dunia dalam perspektif yang benar dan yakin bahwa Allah akan mengganti setiap kehilangan dengan sesuatu yang lebih baik di akhirat.


Sementara itu,  Ibnu Jarir At-Thabari menjelaskan bahwa Allah mengabarkan kepada para pengikut Rasulullah SAW bahwa mereka akan menghadapi berbagai kesulitan dan cobaan. Tujuan dari ujian ini adalah untuk membedakan siapa yang tetap setia dalam mengikuti Rasulullah dan siapa yang berbalik meninggalkan agama.


Sebagaimana Allah telah menguji umat sebelumnya dengan perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, Allah juga menguji orang-orang pilihan-Nya agar terbukti keteguhan iman mereka dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.


قال أبو جعفر: وهذا إخبار من الله تعالى ذكره أتباعَ رَسوله صلى الله عليه وسلم، أنه مبتليهم وممتحنهم بشدائد من الأمور، ليعلم من يتبع الرسول ممن ينقلب على عقبيه، كما ابتلاهم فامتحنهم بتحويل القبلة من بيت المقدس إلى الكعبة، وكما امتحن أصفياءَه قَبلهم


Artinya; "Abu Ja'far berkata: Ini adalah pemberitahuan dari Allah Ta'ala kepada para pengikut Rasulullah bahwa Dia akan menguji dan menguji mereka dengan berbagai kesulitan, agar diketahui siapa yang benar-benar mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sebagaimana Dia telah menguji mereka dengan perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah, dan sebagaimana Dia telah menguji para hamba pilihan-Nya sebelum mereka." (Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir Jamiul Bayan, [Makkah: Darul Tarbiyah wa Turats, tt], Jilid III, hlm. 219)


Dalam ayat lain, yakni Surat Al-Baqarah ayat 214, Allah juga menegaskan bahwa ujian adalah bagian dari perjalanan menuju surga. Allah mengingatkan bahwa umat terdahulu pun mengalami penderitaan, kemiskinan, dan berbagai cobaan berat hingga mereka bertanya-tanya kapan pertolongan Allah akan datang. 


Namun, Allah menegaskan bahwa pertolongan-Nya sangatlah dekat bagi orang-orang yang bersabar. Hal ini mengajarkan bahwa kesulitan bukanlah tanda kebencian Allah terhadap hamba-Nya, melainkan bagian dari proses seleksi untuk menunjukkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang hanya mengikut secara lahiriah.


اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ ۝٢١٤


Artinya; "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, 'Kapankah datang pertolongan Allah?' Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."


Selanjutnya, Ibnu Jarir At-Thabari menjelaskan bahwa Allah secara khusus memberikan kabar gembira kepada mereka yang bersabar dalam menghadapi ujian. Orang-orang sabar ini adalah mereka yang menjaga diri dari larangan-larangan Allah dan tetap menjalankan perintah Allah meskipun dihadapkan pada kesulitan.

 

Mereka tidak hanya menerima cobaan dengan tabah, tetapi juga mengembalikan segala urusan kepada Allah dengan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un sebagai bentuk kepasrahan dan keyakinan akan ketetapan-Nya. 


ثم قال تعالى ذكره لنبيه صلى الله عليه وسلم: يا محمد، بشّر الصابرين على امتحاني بما أمتحنهم به، (١) والحافظين أنفسهم عن التقدم على نَهْيي عما أنهاهم عنه، والآخذين أنفسهم بأداء ما أكلفهم من فرائضي، مع ابتلائي إياهم بما أبتليهم به، (٢) القائلين إذا أصابتهم مصيبة:"إنا لله وإنا إليه رَاجعون". فأمره الله تعالى ذكره بأن يخصّ -بالبشارة على ما يمتحنهم به من الشدائد- أهلَ الصبر، الذين وصف الله صفتهم.


Artinya; "Kemudian Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi SAW: "Wahai Muhammad, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar dalam menghadapi ujian-Ku atas mereka, (1) yang menjaga diri mereka dari melanggar larangan-Ku terhadap apa yang telah Aku haramkan bagi mereka, serta yang menunaikan kewajiban-Ku yang telah Aku bebankan kepada mereka, meskipun Aku menguji mereka dengan berbagai cobaan, (2) yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata: 'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un' (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali).”  Maka Allah Ta'ala memerintahkan Nabi-Nya agar memberikan kabar gembira secara khusus kepada orang-orang yang bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan yang menimpa mereka, yaitu orang-orang yang Allah telah sebutkan sifat-sifat mereka" (Ibnu Jarir Thabri, Tafsir Jamiul Bayan, Jilid III, hlm. 222).


Dari penjelasan ini, dapat dipahami bahwa kesabaran adalah kunci utama dalam menghadapi cobaan hidup. Allah tidak membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan tanpa tujuan, melainkan sebagai ujian untuk meningkatkan kualitas keimanan mereka. Orang-orang yang mampu bertahan dan tetap berada dalam jalan yang benar akan mendapatkan kemuliaan dan pertolongan Allah. 


Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat kajian Keislaman, Tinggal di Parung