Tasawuf/Akhlak

Amalan Tarekat Sammaniyah untuk Jihad dan Kesehatan

Rabu, 18 September 2024 | 17:00 WIB

Amalan Tarekat Sammaniyah untuk Jihad dan Kesehatan

Ilustrasi tasbih. Sumber: Canva/NU Online

Ajaran tarekat tidak lekang oleh zaman dan selalu relevan dengan kehidupan kaum muslimin. Ketika kaum muslimin di Nusantara masih berjuang untuk mencapai kemerdekaan hingga hari ini, amalan-amalan tarekat telah terbukti menjadi wasilah perjuangan.

 

Dalam beberapa momen sejarah perang masa lalu hingga problem kesehatan yang dihadapi pada zaman ini, ulama tarekat dan amalan yang menjadi ajarannya masih bisa dikaji dengan sudut pandang yang bervariasi.


Bagaimana contoh penerapan amalan tarekat di arena jihad kaum muslimin dalam pergolakan sosial ketika melawan penjajah Belanda? Siapa tokoh ulama yang berada di balik amalan tarekat itu dan apa karya tulisnya? Apa amalan yang sekarang relevan untuk diterapkan dalam rangka menjaga kesehatan masyarakat dan menghadapi penyakit-penyakit berbahaya berdasarkan karya tulis ulama tarekat itu?


Belanda pernah kalah telak ketika melawan kaum muslimin yang mengamalkan tarekat di Palembang. Martin van Bruinessen menyimpulkan bahwa mereka mengamalkan amalan tarekat Sammaniyah. Tarekat tersebut memang telah berkembang di Palembang, dan dibawa dari tanah suci oleh murid-murid Abdussamad Al-Palimbani pada penghujung abad ke-18. (Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, [Bandung: Penerbit Mizan, 1995], halaman 330-331).


Syekh Abdussamad Al-Palimbani ketika menuntut ilmu di Madinah berguru kepada seorang sufi yang bernama Abdul Karim as-Samman al-Madani, yang tidak lain adalah pendiri Tarekat Sammaniyah. Sebagian aurad atau wirid-wirid ajaran tarekat tersebut dituliskan dalam Kitab Sairus Salikin dan disebarluaskan oleh para pengikutnya di Nusantara. Kesultanan Palembang dan beberapa wilayah di Sumatera yang sedang mengalami pergolakan sosial pada masa penjajahan Belanda merupakan lahan dakwah dan jihad dari murid-murid Syekh Abdussamad Al-Palimbani waktu itu.


Sebelum perang pecah dan untuk memperkuat kesiapan mental, Kesultanan Palembang terlebih dahulu melakukan ritual zikir bersama untuk mengobarkan semangat jihad dengan harapan mengusir Belanda.

 

Pelaksanaannya dilakukan di luar keraton sehingga suaranya sampai ke daerah tempat tentara Belanda ditempatkan. Bunyi zikir itu menyebabkan sebelas tentara Belanda memeriksa lokasi. Kehadiran tentara memicu bentrokan senjata. Serangan terhadap Belanda dimulai dan akhirnya memicu pertempuran yang lebih besar antara kedua belah pihak (Prayogi, Subhi dan Shilla, The Teachings of Jihad in The Involvement of Samaniyah Tarekate in the War of Menteng 1819: A Historical Analysis, [International Journal Ihya’ ‘Ulum al-Din, Vol. 24, No.1, 2022], halaman 77-91).


Salah satu bacaan ratib yang dibaca pada peristiwa tersebut adalah Ratib Samman. Ratib Samman yaitu untaian bacaan religius yang terdiri dari beberapa kombinasi, antara lain syahadat, ayat-ayat Al-Qur’an, dan zikir yang disertai gerak dan sikap khas yang identik dengan tarekat Sammaniyah (Bruinessen, Tarekat and Politics: the Practice of the World and the Hereafter, [Pesantren Magazine, IX, no. 1], 1992).


Dengan melakukan amalan Ratib Samman, para jamaah mempersiapkan diri untuk menjadi pasukan jihad fi sabilillah. Mereka bersedia membaca zikir dan mengamalkannya dengan suara keras sehingga efeknya berani berjuang sampai mati.


Dalam Ratib Samman yang dibawakan oleh jamaah Sammaniyah terdapat perpaduan antara bunyi dan gerak dalam praktik pelaksanaannya. Hal ini terlihat dari pembacaan zikir Laa ilaaha illallah dengan enam variasi yang berbeda dalam dua nada dan tempo. Dari enam variasi tersebut, tiga yang pertama dibaca dalam posisi duduk, yang dikenal sebagai ratib duduk. Selebihnya dibaca sambil berdiri yang dikenal dengan ratib berdiri, dengan ketukan kaki dan goyangan badan ke sana kemari (Mulyati, Recognizing and Understanding Congregational Congregations in Indonesia, [Jakarta: Prenada Media, 2005: halaman 204).


Tidak hanya kalimat zikir, Tarekat Sammaniyah dalam kitab yang ditulis oleh ulama pembawanya juga memiliki amalan berupa pembacaan ayat Al-Qur’an dan shalawat untuk kesehatan. Uniknya, Syekh Abdussamad Al-Palimbani menuliskan khasiat pembacaan Surat Al-Kahfi untuk menjaga kesehatan dari beberapa penyakit yang pada masa kini banyak terjadi. Di dalam kitabnya yang berjudul Sairus Salikin, beliau menuliskan khasiat membaca Surat Al-Kahfi pada setiap malam Jum’at atau hari (Jum’at)nya disertai dengan memperbanyak shalawat nabi:


Disembuhkan akan dia dari segala penyakit, termasuk penyakit Dubailah yaitu penyakit parah yang bengkak yang memecah di dalam perut, disembuhkan dari penyakit yang di dalam lambung, dari penyakit sopak, penyakit buduk, dan dilepaskan dari fitnah Dajjal.” (Al-Palimbani, Sair As-Salikin, [Banda Aceh: Depdikbud Dirjen Kebudayaan Museum Negeri Aceh, 1985], halaman 177)


Penyakit Dubailah merupakan penyakit parah yang sulit untuk disembuhkan dan memiliki ciri pembengkakan. Pada masa sekarang, penyakit Dubailah ini bisa mencakup kanker atau tumor dan bisa juga merupakan penyakit yang menyerang organ dalam hingga menimbulkan pembengkakan pada jantung, paru-paru, maupun lambung. Meskipun pasien yang mengalami penyakit tersebut menggunakan obat-obat modern, Dubailah dapat menimbulkan dampak sosial yang kompleks bagi suatu negara dan penderitanya semakin banyak hingga hari ini.


Bukti yang menunjukkan kebenaran ajaran tarekat seperti bacaan Surat Al-Kahfi untuk kesehatan sekarang telah terungkap. Penelitian di Malaysia yang dilakukan untuk melihat efek bacaan ayat Al-Qur’an pada pasien kanker payudara menyimpulkan bahwa Surat Al-Kahfi ayat ke 9-26 merupakan ruqyah yang bermanfaat untuk menghambat perkembangan sel kanker (Syed Bidin dkk,The Ruqyah Syar’iyyah Verses as A Breast Cancer Therapy: A Preliminary Evaluation on Breast Cancer Cell Line Michigan Cancer Foundation [MCF-7], [Journal of Positive School Psychology, 2022, Vol.6 No. 3], halaman 377-384).


Tidak hanya satu penelitian yang membuktikan bahwa Surat Al-Kahfi bisa sebagai terapi untuk pasien kanker. Suhami dan timnya juga meneliti bahwa pasien kanker payudara yang membaca Surat Al-Kahfi merasa bahwa efek dari bacaan surat itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan yang dijalani oleh pasien setelah terdiagnosis kanker (Suhami dkk, 2014, The Islamic Healing Approach to Cancer Treatment in Malaysia, [Journal of Biology, Agriculture and Healthcare, Vol.4 No.6], halaman 104-110).


Dalam kitab Sairus Salikin, Syekh Abdussamad Al-Palimbani menyebutkan bahwa ada hadits dari Sayyidina Abdullah ibn Abbas dan Sayyidina Abu Hurairah yang menyebut tentang Surat Al-Kahfi:


Barangsiapa membaca Surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari (Jum’at)nya niscaya diberi akan dia nur dari tempat membaca akan dia hingga ke negeri Mekkah.” (Al-Palimbani, Sair As-Salikin, [Banda Aceh: Depdikbud Dirjen Kebudayaan Museum Negeri Aceh, 1985], halaman 177)


Surat Al-Kahfi memang memiliki keistimewaan bila dibaca pada malam Jumat sebagaimana hadits berikut:


مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ


Artinya: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dan Baitul ‘Atiq.” (Hadits Riwayat Ad-Darimi, An-Nasai dan Al-Hakim)


Pada hadits lainnya, Surat Al-Kahfi dapat dibaca di hari Jum’at:


مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ


Artinya: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (Hadits Riwayat Al-Hakim dan Baihaqi)


Hari Jum’at sebagai waktu pembacaan surat Al-Kahfi dapat meliputi Kamis malam Jum’at hingga esok harinya. Oleh karena itu, apa yang dituliskan oleh Syekh Abdussamad Al-Palimbani agar membacanya pada malam Jum’at atau Jum’at pagi hingga siang atau sorenya sangat relevan dengan hadits tersebut. Apabila amalan itu dirutinkan dibaca setiap pekan, maka akan menjadi penjaga untuk kesehatan sebagaimana cahaya yang selalu menerangi pembacanya.


Berdasarkan sejarah dan bukti ilmiah yang telah diuraikan, amalan Tarekat Sammaniyah sangat relevan untuk dilestarikan. Tidak hanya oleh pengikut tarekat tersebut, kaum muslimin juga selayaknya mengetahui bahwa jihad di Nusantara tidak lepas dari jasa ulama tarekat.

 

Tidak kalah pentingnya apabila kaum muslimin mau mengamalkan bacaan Surat Al-Kahfi sebagaimana yang ditulis oleh Syekh Abdussamad Al-Palimbani karena sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan dari beberapa penyakit yang berkembang dan rentan menimbulkan dampak sosial di zaman modern ini. Wallahu a’lam bis shawab.

 

Ustadz Yuhansyah Nurfauzi, apoteker dan peneliti farmasi