Tasawuf/Akhlak

Imam Al-Ghazali Sebutkan Tiga Tingkatan Hidayah

Ahad, 3 Oktober 2021 | 22:00 WIB

Hidayah merupakan kata yang lazim diucapkan masyarakat dan diartikan begitu saja sebagai petunjuk ilahi. Oleh Imam Al-Ghazali, hidayah disebut sebagai jalan satu-satunya untuk mencapai kebahagiaan ukhrawi.


Imam Al-Ghazali mengatakan, seyogianya setiap orang memahami ketentuan demikian. Tanpa hidayah, seseorang juga tidak dapat mencapai keutamaan apapun. Imam Al-Ghazali mengutip Surat An-Nur ayat 21:


وَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ مَا زَكٰى مِنْكُمْ مِّنْ اَحَدٍ اَبَدًاۙ وَّلٰكِنَّ اللّٰهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ


Artinya, "Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun di antara kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang Dia kehendaki.." (An-Nur ayat 21).


Imam Al-Ghazali juga mengutip hadits riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini:


وقال صلى الله عليه و سلم ما من أحد يدخل الجنة إلا برحمة الله تعالى أى بهدايته فقيل ولا أنت يا رسول الله قال ولا أنا


Artinya, "Rasulullah saw bersabda, ‘Tiada salah seorang kalian yang masuk surga kecuali dengan rahmat Allah swt, (maksudnya dengan hidayah-Nya).’ ‘Demikian juga denganmu wahai Rasulullah?’ tanya sahabat. ‘Ya, demikian juga denganku.'"


Di dunia ini, lanjut Al-Ghazali, hidayah memiliki tiga tingkatan. (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz IV, halaman 113).


Pertama, memahami baik dan buruk, hidayah umum.


وَهَدَيْنٰهُ النَّجْدَيْنِۙ


Artinya, "Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)," (Surat Al-Balad ayat 10).


Allah menganugerahkan hidayah jenis ini kepada segenap hamba-Nya, sebagian melalui jalan akal pikiran mereka dan sebagian lagi melalui lisan para utusan-Nya. Oleh karena itu, Allah berfirman dalam Surat Fushshilat ayat 17.


وَاَمَّا ثَمُوْدُ فَهَدَيْنٰهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمٰى عَلَى الْهُدٰى


Artinya, "Adapun kaum Samud, mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk itu."


Pada jenjang dasar ini, banyak pintu menuju hidayah terbuka mulai dari kitab suci, para rasul, dan akal pikiran. Hanya kedengkian, kesombongan, dan nafsu duniawi yang menutup pintu-pintu hidayah tersebut.


Kedua, cahaya ilmu dan amal saleh.


Hidayah ini berada pada satu tingkat di atas hidayah pertama. Hidayah ini dianugerahkan oleh Allah kepada sebagian hamba-Nya setelah melalui tahapan-tahapan dan sejauh kesiapan spiritual (berupa ilmu dan amal saleh) yang bersangkutan. Hidayah kedua ini merupakan buah dari mujahadah, latihan/tempaan spiritual. (Al-Ghazali, 2018 M/1439-1440 H: IV/114).


وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ


Artinya, "Orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (Al-Ankabut ayat 69).


Pada surat lainnya, Allah mengatakan:


وَالَّذِيْنَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى


Artinya, "Orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah akan menambah petunjuk kepada mereka." (Surat Muhammad ayat 17).


Ketiga, cahaya alam kenabian dan kewalian.


Hidayah level ketiga ini berada di atas hidayah kedua. Hidayah ketiga ini merupakan puncak hidayah Allah. Cahaya hidayah ini memancar setelah kesempurnaan mujahadah/tempaan spiritual yang maksimal. Hidayah ini sangat mulia karena dinisbahkan kepada Allah.


قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰىۗ


Artinya, "Katakan, ‘Sungguh, petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya);'" (Surat Al-An’am ayat 71).


Pada surat lain, Allah mengatakan sebagai berikut:


اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ


Artinya, "Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak (sama dengan orang yang berada dalam kegelapan?)" (Surat Al-An’am ayat 122).


Hidayah ketiga ini menerangkan jalan hidup para nabi dan para wali Allah. Mereka adalah orang-orang pilihan yang senantiasa hidup lahir dan hatinya. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)